23 Okt 2016

Sabtu oh Sabtu

“Mbak nanti mau kondangan nggak? Tanggal tua neeh!” Tanya gue sama mbak-embak yang lagi duduk di sebelah gue, namanya Andri.

“nggak tau nih, lagi bokek juga..” jawab dia.

Tiba-tiba mas Bandi (spv di divisi gue) duduk disebelah gue dan bilang “gimana kalo kondangannya pas istirahat nanti, biar sekalian bisa makan siang gratis. Ya anggep aja  uang kondangannya buat beli makan siang”

Seketika gue dan mba Andri saling menatap , kemudian  kami berdua berciuman setuju dengan saran mas Bandi. 

Tanpa ba.bi.bu,  gue pun langsung mengajak temen-temen gue yang lain untuk menjalankan siaasat yang penuh dengan modus ini secara berjama’ah, agar pahalanya berlipat ganda.

Sesuai dengan harapan gue, mereka pun setuju. Sekali dayung, dua tiga piring tandass! Begitu ucap mereka yang terdengar begitu bersemangat. 

Setelah menghitung jumlah jama’ah yang akan berpartisipasi dalam Gerakan Karyawan Pabrik Tanggal Tua atau bisa disingkat dengan (GKPTT), mas Bandi si ketua GKPTT mengeluarkan ide brilliant lainnya, yaitu, dia membuatkan amplop dengan kertas hvs "biar iritnya tambah greget” begitu dia bilang. 

Kami pun mulai berdiskusi tentang berapa jumlah nominal uang yang akan dimasukan ke amplop. Salah satu teman gue kemudiam mengutarakan teori nggak-mau-ruginya,yang kurang lebih seperti ini ; 
“Kalau kita makan siang di rumah makan padang kankurang lebih habis 17ribu, nah, biar nggak rugi kita kondangan 20ribu aja. Lagian juga kita nggak telalu kenal sama orangnya “
Dan ternyata semuanya…. sepakat! 

Terkutuklah kami semua Ya Tuhan.

Kebiasaan menyebalkan para karyawan pabrik ketika akan mengadakan hajatan adalah mereka selalu mengundang semua karyawan pabrik tanpa terkecuali. Mereka (si yang hajat) bakalan minta daftar nama karyawan sama HRD buat ditulisin di udangan. Mereka ( si yang hajat) nggak begitu peduli, entah dia kenal atau enggak, pokoknya semuanya harus di undang. 

Gue sering kesel sama mereka (si yang hajat), karena setiap kali gue lagi lewat pos satpam dan si satpam tiba-tiba nyegat gue sambil bilang “ Put, ada titipan undangan nih”, kening guepun langsung mengkeret, mencoba berfikir dengan keras, Mamit? MAMIT, siapa si ya allah” :’( 
Lha wong gue aja nggak tau dia yang mana, pernah ngobrol juga enggak, tiba-tiba dia ngundang gue . 

Mereka harusnya berfikir ulang buat ngundang orang-orang yang nggak mereka kenal, karena siapa tau mereka malah salah ngundang orang, seperti halnya gue dan temen-temen gue yang nggak mau rugi ini. Bhahah :v . maka rasakanlah!

Bel istirahat sudah dikumandangkan,  kami ber-8 segera bergegas ke lokasi hajatan yang kebetulan nggak begitu jauh dengan lokasi pabrik. Kurang lebih sekitar dua seperempat menit jika ditempuh dengan menggunakan sepeda motor.

Sesampainya TKP, entah karena dorongan rasa lapar yang menjadi-jadi atau apa, gue juga nggak ngerti, dua orang temen gue, Fitroh dan mba Anita langsung berjalan menuju tempat parasman, sementara gue dan temen-temen yang lainnya ngucapin selamat ke mempelai pria. Sebenernya gue pengen bisikin ketelinga si mempelai pria “mereka bukan rombongan kita,mas, suer deh!” sambil nunjuk mereka berdua yang lagi asik mindahin makannan ke piring mereka. Tapi gue urung kan niat gue, mengingat kemungkinan gue bakalan digampar istrinya karena mepet-mepet ke suaminya.
dari kiri ke kanan ; mas Avian, mab Tari, mba Anita, Fitroh, Pengantennya (lupa namanya siapa), mba Maya, mba Andri, Selgom, dan mas Bandi.

Merasa sudah cukup untuk berbasa-basi, gue dan temen-temen gue yang lainnya langsung menuju ke pokok tujuan kita datang kesini, yaitu makan.
kunyah terus!!
"yang ini bisa dikantongin nggak ya?"

Perut kenyang, hati senang, kami pun pulang.

Hari Sabtu merupakan hari yang mengharuskan kaki gue bekerja lebih cepat daripada otak, gimana enggak? jadwal kuliah gue jam 3, iya jam 3, padahal gue keluar kerja jam setengah 3. Bisa dibayangin gimana gue harus gece ke kampus, nyari-nyari tebengan ke depan, dan bermacet-macetan di angkot, dan itu nggak cukup dengan waktu cuma setengah jam. Ditambah, hari Sabtu adalah hari menuju malam minggu. Gak perlu dijelasin, kalian yang udah baligh pasti ngerti.

Beberapa menit sebelum bel pulang bunyi, spesial untuk hari Sabtu, biasanya gue udah ready duluan di pos satpam. Hari Sabtu itu kudu, harus, musti, wajib TengGo. Namun apa yang terjadi seteah gue cekroll absen “BRESSSS, DUAARRR” hujan deres yang tiba-tiba turun disertain dengan gluduk. Kalian bisa bayangin gimaa perasaan gue saat itu. Hancur!

Gue berjalan menuju pintu lobi, dan berharap ini semua cuma mimpi. Sempat terlintas di pikiran gue buat bolos kuliah, “hujan-hujan gini enaknya tiduran dikasur sambil ena-ena sama bantal guling” bisik setan di kuping kiri. Dan malaikat dikuping kanan pun menjawab “ ada baiknya sebelum tidur makan indomie kuah rasa soto pake telor, cabe rawitnya lima dan sawinya sekebon”.  
Bhangkay! ini setan sama malaikat malah bikin gue dilema gini sih?! 

Setelah gue pastikan lagi, ternyata yang berbisik di kuping sebelah kanan gue adalah si setan, lalu, kemana gerangan si malaikat? Oh rupanya dia lagi tidur sambil ena-ena, sama bantal guling . Bajirut memang!

Jam udah menunjukan pukul 14.45, gue masih berdiri di depan lobi mengharapkan akan datangnya keajaiban. Sambil ngitung kancing baju “bolos, enggak, bolos, enggak” kalo sampe ujung kancing ternyata “enggak” gue bakal ngulangin lagi sampe berakhir dengan “bolos”. Nthaps!
Gak lama kemudian, gue liat hujan deres udah mulai berubah jadi gerimis, yang lumayan deres juga. karna gak mau meniya-nyiakan kesempatan emas ini, akhirnya gue nekat lari keparkiran kayak orang kesetanan buat nyari tebengan. Seperti yang udah gue bilang, kaki gue bisa  bergerak lebih cepat dari pada otak gue.

Singkat cerita, gue sampai dikampus jam 15.20 dengan kondisi baju kayak gembel. Iya, baju gue kecipratan genangan air yang ada dijalan ketika gue berdiri di pinggir jalan buat nunggu angkot. Sedih baget lah kalo diceritainmah :"(

Gue adalah mahasiswa langganan telat di hari Sabtu, dosen gue untungnya udah memaklumi itu, dengan konsekwensi gue harus siap jadi bulan-bulannanya dia ketika pelajaran berlangsung. Hari itu cuma ada dua mata kuliah, yaitu Akuntansi dan Ekonomi. Sepertinya semesta sedang berkonspirasi buat menguji kesabaran gue lagi, tanpa persiapan apapun, ke dua makul itu mendadak ngadain pre-test. Kampret sekali bukan?!

Ditengah semua keputusasaan ini, ingin sekali rasanya gue menyampaikan penggalan hadits ini kepada bapak dosen ;
“Barang siapa yang mempermudah kesulitan orang lain, maka Allah ta’ala akan mempermudah urusannya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim).

Entah bagaimana caranya gue melewati itu semua, yang jelas gue lihat jam tangan udah menunjukan jam 18.05, gue tersenyum lega, itu tandanya semua mata kuliah sudah berakhir, hanya menyisakan kondisi gue yang udah nggak karuan.
kurang lebih seperti ini
Senyum gue tiba-tiba mengkeret lagi setelah gue inget kalo malam ini gue ada jadwal buat nugas sama temen-temen kelompok gue. Angan-angan tentang kasur dan indomie telor pun mendadak sirna seketika.
Gue cuma bisa berharap mereka amnesia dan lupa kalau ada jadwal buat kelompokan. 

Ditengah keributan kelas, gue mencoba berjalan jinjit-jinjit menuju pintu kelua, tanpa sepengetahuan mereka. Ketika tangan gue sempurna memegang gagang pintu itu, dan kemudian memutarnya, tiba tiba gue denger seseorang manggil  gue.

“woy, put, mau kemana lu? Jadi kan malem ini?”

Gue sadar, dia adalah temen satu kelompok gue. mulut ini berbisik “faklah”

Sambil nyengir kuda gue pun menjawab dengan nada sok tegar  
“saya mau ke mushola dulu, mas (alibi). Ma ngerjain tugas, ya? Hmm iya, jadi kok, nanti saya tunggu di samping perpus”

“ok!” jawab dia mantap.

Gue melangkah gontai menuju ke perpustakaan, sampai di sana, gue ngeliat mereka udah pada kumpul.
Setengah jam untuk bahas tugas, dan dua jam untuk  bahas hal-hal yang awalnya nggak peting, tapi lama-lama jadi bahasan yang yang cukup berat untuk sebuah bahasan malam Minggu.

Percakapan dimulai dari gue yang bertanya perihal agama sama salah seorang temen kelompok gue, mas Syahroni. Dari awal gue liat dia di kelas, gue yakin dia adalah tipe orang yang pemahaman agamanya baik. Terus mas Dani ikut-ikutan nanya soal mimpi-mimpi aneh yang sering dia alami, dan mas Musa yang mengeluh kenapa dia sekarang lalai daram beribadah.

gerimis syahdu di malam Minggu dan  bahas soal kematian.

Semuanya dijawab dengan santai oleh mas Syahroni. Dia bahkan menceritakan tentang salah seorang temannya yang pernah mengalami mati suri. Dia cerita bagai mana awal mula temannya itu meninggal sampai ada di alam kubur. Apa aja yang temennya lihat di sana, temennya juga bilang tentang jembatan siratal mustaqim. Banyak banget pokoknya, sampe-sampe gue minta mereka berhenti ngobrol. Gue merinding banget. Sumpah.

Gue sempet bilang kalo gue nggak percaya sama temennya mas Syahroni itu, tapi kemudian mas Syahroni malah nantangin gue buat ketemu orangnya secara langsung. Jelas gue tolak! Gila aja, Cuma dengerin dari mas Syahroni aja gue merinding apalagi dari orangnya langsung.

Sampai akhirnya hujan turun lebih deres lagi, kami ber- 4 memutuskan untuk masuk kedalam kampus dan tetap melanjutkan sharing sambil nunggu hujan reda.

Acara nugas gue kali ini nggak zonk lagi kayak yang sebelumnya, yaitu nugas cuma buat jadi ajang pdkt bagi pihak tertentu. Hih!

Hujan reda, dan gue memutuskan buat nyari tebengan pulang.

“Akhirnya hari Sabtu gue sudah berakhir, selamat malam minggu buat kalian para insan yang sedang bersiap untuk ena-ena di kasur sama batal guling” guemam gue sambil benerin selimut.

  9 komentar:

  1. Hujan deres itu kayaknya doa dari yg punya hajat
    Seenak jidadnya, dia cuma dijadiin lahan makanan buat neng dkk

    BalasHapus
  2. Ngamplopnya pake HVS,.. itu makan nya banyak banget ya... untung banyak lah...

    BalasHapus
  3. Ini 8 orang cuman 20 rebu atau per orang 20 rebu. Kalo ber-8 terus cuman ngasih 20 rebu agak kampret ya. Tekor bandar mah kalo begitu caranya :(

    BalasHapus

Tinggalin jejak dulu ya sebelum close tab,.. ^0^
Biar bisa dikunjungin balik \m/

Aku Adalah

Puti Andini

Pengabdi Wifi Telkom...

Bagian dari

Your Lucky Number

Kategori