22 Okt 2017

Jangan Melakukan Hal Ini Jika Kamu Belum Pro, Atau Kamu Akan Menyesalinya....

Mungkin sekarang sudah sangat terlambat bagi gue untuk mengucapkan “Welcome Semester 3”, mengingat ternyata 2 minggu lagi sudah akan memasuki masa UTS. Tapi tidak apa-apa, tidak ada kata terlambat selama tidak keluar di dalam..

ASTAGAA.. GUE NGETIK APAAN BARUSAN!!

Semangat gue sangat menggebu-gebu sekali di awal perkuliahan semester ini, selain karena gue sudah menemukan kembaran-kembaran gue di kelas, ternyata masih ada beberapa hal yang yang menjadi alasan lain di balik keantusiasan gue dibandingkan dengan semester sebelumnya. 

Yang jelas, bukan antusias sama mata kuliahnya, sih.

Diawali dengan pencapaian nilai gue di Semester dua kemarin, yang Alhamdulillah ternyata bisa melambung tinggi melebihi ekspekstasi. Padahal, sebelumnya gue sudaah memprediksi kira-kira gue akan mendapatkan beberapa nilai B, tapi ternyata….

Rahasia dong. Wqwq

Anehnya, setiap kali nilai akhir diumumkan di Web kampus, akan tidak afdol jika tidak terjadi yang namanya salah input nilai. Jika semester satu kemarin gue sempet dapat nilai D di mata kuliah Pengantar Teknologi Informasi, maka untuk semester dua kemarin, korbannya adalah nilai mata kuliah PKn.

Mungkin gue tidak se-tercengang saat gue melihat nilai PTI kemarin, karena nilai PKn gue masih dalam batas normal, walaupun perasaan  dongkol tetap ada, terlebih kalau gue ingat perkataan dosennya “Nilai tugas saya ambil dari kalian beli buku atau tidak” dan juga inget kalau soal UTS dan UAS-nya hanya pertanyaan essay tentang pendapat pribadi.

Kembali, setelah gue amati semua nilai mahasiswa/i yang lain, gue semakin yakin kalau nilai PKn gue memang baik-baik saja, mengingat nilai UTS gue cuma dapet tuju koma sekian.

Tapi, alangkah terkejutnya diri ini.... #jeng jeng jeeeeng....!

LEBAY AMAT LU PUT -__-

Iya, gue serius terkejut bukan main ketika gue menerima KHS kemarin. Nilai gue tiba-tiba ada yang berubah, padahal dulu sampai harus komplain, baru bisa berubah nilainya. Lah ini?! Gue yang sudah menerima keputusan bapak dosen dengan sangat legowo, tapi ndilalah gue malah dapat mukzizat.

Berasa kayak abis ditolak sama gebetan, eh taunya gebetannya nolak karena mau nembak duluan. Kan jadi ena.

Tapi tetap saja, nilai gue yang ada di Web kampus tidak berubah. Padahal kan mana tau calon jodoh gue enggak sengaja liat nilai-nilai gue.

Berkat keajaiban dari nilai PKn itulah, gue juga berhasil mendapatkan beasiswa dari yayasan di kampus. Mungkin bisa dibilang tidak seberapa (Dih! Ngga bersyukur amat jadi orang), tapi baru kali ini gue ngerasa bangga sama diri gue sendiri. Dimana gue masih bisa berprestasi (cailah!), padahal gue sedang dalam kondisi 'tidak sehat' jiwanya karena beberapa hal, salah tiganya adalah karena kebanyakan nonton drama korea, pekerjaan yang lagi ribet-ribetnya (sampai sekarang sih inimah), dan mas gebetan yang tidak kunjung peka. 

Wow ! Ternaya alasan terakhir bikin netijen pengin muntah beling.

Berhubung gue sudah menyinggung masalah mas gebetan, yang mana sebenarnya postingan kali ini juga ditujukan untuk membahas dia yang terkasih.

huek..

Kalau kalian pernah baca postingan yang ini, berarti kalian kurang kerjaan tau siapa mas gebetan yang gue maksud itu, karena ini juga merupakan kelanjutan dari carita yang sebelumnya.

Oke, gue anggap saja kalian sudah tau cerita sebelumnya, kalau belum, baca lah! biar tau! HIH!

Singkat cerita, setelah gue mencoba untuk menata kembali kewarasan perasaan gue terhadap mas X, yaitu dengan tidak lagi membahas tentang mas x, ataupun menunggu mas X membalas WhatsApp dari gue. Kemudian secara tiba-tiba, gue mendengar kalau Meta ternyata kembali lagi merajut kasih bersama mantannya. 
Ah elah. Iya, Meta balikan sama mantannya.

Jujur gue sebenarnya senang mendengar hal itu, karena tandanya, perasaan sukanya Meta sama mas X cuma sebatas buat lucu-lucuan saja, berbeda dengan gue yang sampai gue dengar kabar kalau Meta balikan dengan mantannya, perasaan gue masih ada buat mas X, meskipun gue selalu menolak kenyataan itu.

Tapi disisi lain, gue agak kurang setuju kalau Meta balikan lagi sama mantannya, alasannya, yaa karena, Meta pernah cerita tentang kenapa mereka berdua dulu sampai bisa putus. 
Dan ya,,,,
kenapa harus balikan sama mantan yang itu sih? Padahal yang suka sama Meta itu kan banyaaaaa...
Sementara itu, tanpa sepengetahuan siapapun. gue mencoba kembali menjalin komunikasi dengan mas X. Walaupun hanya sebatas nanya tugas yang mana lebih sering berakhir dengan chat gue yang 2 centang biru doang.

Anehnya, gue merasa tidak kapok sama sekali meskipun sudah mendapat penolakan halus (entah itu sebuah penolakan atau memang sifat mas X yang bawannya memang cuek), selama kurang lebih satu semester.

“Kamu udah ngerjain kalkulus?”

“Udah mas, cuma belum selesai, kenapa?”
(padahal aslinya gue sama sekali belum ngerjain)

“Boleh liat, aku kurang paham… :D”
   
“Oke, nanti malem aku kirim” 
(Guepun langsung ngebut buat ngerjain tugas, pokoknya gimanapun caranya, nanti malem harus kelar!)


“Kamu kemarin kuis Akuntasi ngerjain lagi, nga?”

(Sambil mencoba mengingat “kuis? Kuis? Kuis yang mana yaLord?”) 
“Kayaknya udah aku kerjain deh, tapi lupa, nanti aku cek lagi deh ya, kalau ada nanti aku fotoin”

“Makasih .. :) ”

(gue buru-buru whatsApp Musa)
“Nyet, kemarin kamu fotoin soal kuis akuntansi nga? Kalau iya, buruan kirim, sekalian kalau udah ngerjain fotoin juga jawabannya…”

Ya, kurang lebih begitulah gue, terlalu sering berusaha berlebihan demi menyenangkan hati gebetan, sampai lupa kalau gebetan lagi nyenengin hati orang lain juga. (Nanti ini diceritain)

Berbulan-bulan berlalu, tugas demi tugas telah dia konsultasikan ke gue, sampai UAS pun akhirnya tiba.

Ngga ada angin ngaa ada hujan, Mas X tiba-tiba nge-chat gue duluan dan ngajak buat belajar bareng. Waktu itu dia meminta gue untuk mengajari dia Kalkulus. Yap! Betul sekali saudara-saudara....
kal. ku. lus.
Sungguh permintaan yang tidak tanggung-tanggung bikin dilemanya.
Mau ditolak, tapi kapan lagi bisa punya kesempatan kayak gitu. Enggak ditolak tapi kok ya kenapa harus minta diajarin Kalkulus, bukan mata kuliah lain aja... yalord :( 

Dengan tekad tidak ingin menyianyiakan kesempatan tersebut, akhirnya, satuhari sebelum hari yang disepakati untuk belajar bareng itu tiba, gue memutuskan untuk belajar Kalkulus dulu seharian. Harus bisa! Pokoknya harus! :')

Waktu yang ditunggupun akhirnya tiba. setelah menentukan waktu dan tempat untuk kencan belajar, gue dan mas X-pun bertemu. Dengan segala kegerogian yang gue rasakan, dengan suara nervouse yang berusaha gue sembunyikan, dan dengan keringat dingin yang mengucur deras di… tangan gue doang, sih, gue bisa dengan leluasa melihat mas X dari jarak yang sangat dekat.



Entah kenapa, waktu berjalan sangat cepat, padahal biasanya buat nunggu satu mata kuliah selesai gue harus nguap-nguap beberapa kali terlebih dahulu, itupun masih tetap dirasa sangat lama. Lain halnya pas gue lagi sama mas X, baru juga duduk, eh udah jam 9 malem. Dasar relativitas waktu sialan!

Hal tak terduga lainnya muncul ketika mas X menawari untuk mengantarkan gue pulang. Awalnya gue tolak, tapi untungnya mas X tetep maksa.
hahaha

*Flashback 1 tahun yang lalu
Gue sedang menyandarkan kepala gue di jendela angkot dan tidak sengaja melihat mas X yang baru sjaa keluar dengan motornya melewati gerbang kampus. Gue tersenyum dan berkata dalam hati “kapan gue bisa dibonceng motornya mas X, ya?"

Satu minggu setelahnya, mas X kembali lagi meminta gue untuk mengajari dia. Saking senangnya, guepun langsung mengiyakan. Mas X tidak tahu bahwasanya bukan hanya dia saja yang diuntungkan dalam kegiatan belajar bareng ini, tetapi gue juga diam-diam mendapatkan keuntungan, yaitu; bisa puas melihat dia.

"Puti, kamu di mana? Mau pulang bareng, nga?" WhatsApp dari Meta muncul di popup layar hp gue.

"Duluan aja, Ta.. Aku ada urusan dulu sama mas X" deleted

"Duluan aja, Ta.." send

Bertepatan dengan malam keramat bagi jomblo di Wilayah Indonesia bagian Alay.  Gue dan mas X memilih untuk belajar di salah satu Indoapril di daerah Bitung.

Setelah selesai belajar, Mas X menawari gue tumpangan untuk pulang sekaligus mengajak gue untuk makan malam sebagai ucapan terimakasihnya. Tentu saja percakapan mainsream seperti; kamu-mau-makan-di mana-dan-gue-jawab-terserah, tidak bisa gue hindari. Entah kenapa jawaban terserah terlontar dengan sendirinya, seolah mulut gue ini sudah disetting sedemikian rupa menjadi auto jawab ketika di tanya “mau makan di mana?”.

"Udah pernah ke angkringan, mas?" tanya gue dari jok belakang.

"Sering denger tuh tempat itu, tapi aku nga pernah makan di sana..."

"Oke kita makan di sana aja ya... tempatnya deket, makananya murah, tapi banyak kecoanya..." jelas gue.

"......"

"Enggak kok bercanda... hehe"

Di angkringan, gue dan mas X banyak ngobrol ngalor ngidul. Gue kira mas X pendiam, nyatanya dia biasa mengimbangi kecerewatan gue, kok. Sungguh mas X yang berbeda dengan mas X yang ada di chat. berarti sangat wajar kalau gue malah tambah suka setelah bisa berinteraksi secara langsung dengan mas X.

“Sampai ketemu di semester 3 ya…”Ucap gue sambil turun dari motornya.

Hari itu adalah hari terakhir UAS, dan gue merasa sangat sedih. Rasanya saat itu gue ingin setiap hari UAS, supaya gue bisa bertemu dengan mas X setiap hari juga. Terlebih, jika libur kuliah berarti tidak ada tugas kuliah juga dan tentu saja gue menjadi tidak punya alasan untuk menjadikan tugas kuliah sebagai kambing hitam supaya gue bisa memulai obrolan di chat dengan mas X.

Hari-hari berikutnya berlalu dengan sangat membosankan. Dua pertemuan kemarin sukses membuat perasaan gue jadi tambah random. Rasanya tidak adil jika gue menderita sedirian hanya karena menyukai seseorang.

Yang gue lakukan sepulang kerja hanya membuat story di WA, sampai-sampai story gue lebih mirip ketombe saking banyaknya. Tekadang, gue juga menyelipkan sebuah kode-kode rahasia untuk mas X, dengan harapan mas X minimal akan melihat dan membacanya.

Dan ternyata benar saja, mas mX akhirnya penasaran, atau mungkin lebih tepatnya risih.

“Kamu lagi suka sama seseorang?” tanya dia.

“Iya, tapi dianya enggak suka sama aku” balas gue secepat kilat.

“Kok kamu bisa tau kalau dia enggak suka sama kamu? Emang kamu udah nanya langsung ke orangnya?”

“Ya belum sih, cuma menurutku kayaknya enggak ada alasan buat dia suka sama aku..”

“Baiknya kamu pastiin dulu lah, jangan asal nebak, lagian menurutku, siapa sih yang nga suka sama kamu, kamu itu orangnya asik, nyenengin, diajak ngobrol juga nyambung..”

Pas baca kalimat itu, rasanya gue pengen nyeduh kopi G*od Day sambil naik paus terbang.

“kalau cantik mah enggak ya..? hehe”  deleted
 “Gitu ya?’ send
 
“Iya, Puti, coba aja kamu ngomong sama orangnya langsung, biar kamu enggak nebak-nebak sendiri dan penasaran sendiri juga. Apa mau aku bantuin buat ngomong? Siapa orangnya? Satu kampus?”

“Satu kelas, hehe”

“Wah, malah sekelas, yaudah siapa? Biar aku bantuin”

“Jangan deh, aku takut nanti kalau dia tau, dia ngiranya aku ngajak pacaran, terus karena dia engga suka sama aku, dia jadi ngarang banyak alasaan kayak misalnya ‘Maaf aku engga bisa jadi pacar kamu, aku belum boleh pacaran sama ibuku’ atau lebih parahnya lagi nanti dia bilang ‘maaf, aku enggak bisa pacaran sama kamu, karena sebenarnya aku adalah Ultraman’, kan ngeri, Mas. Nanti dianya malah jaga jarak lagi..”

“Hahaha, jadi tambah penasaran aku, siapa orangnya?”

“Mmm... beneran peasaran?”

“Iya…”

“Serius mau tau..?”

“Iya Puti…”

“Jangan kaget tapi, jangan diketawain juga..”

“Ya ampun ini anak… iya aku janji. Yaudah siapa?”

“Kamu….”

Selama 3.8 menit gue liat mas X masih mengetik... tapi balasannya tidak kunjung muncul juga di layar hp gue..

Memang benar rasanya seperti ada beban gue berkurang sedikit setelah gue mengetikan kata “kamu...” tetapi justru malah tergantikan oleh sebuah penyesalan.

Puti lupa kalau cinta sepihak akan berakhir apabila dinyatakan. Entah itu berakhir sesuai dengan harapan atau malah sebaliknya. 

Tapi karena ini cinta sepihak…

Ah, netijen mungkin sudah tau jawabannya.

Aku Adalah

Puti Andini

Pengabdi Wifi Telkom...

Bagian dari

Your Lucky Number

Kategori