29 Jan 2017

Kali Ini, Mungkin Internet Yang Salah

Belakangan ini berita yang paling viral di media setelah kasus mbak Mirna dan mbak Njess adalah kasusnya Bapak Ahok dan FPI.

“Ahok menghina Al-Qur’an dalam pidatonya di Kepulauan seribu ” itu adalah akar dari masalahnya, kemudian FPI melakukan demo aksi damai yang meminta supaya bapak Ahok di penjarakan.

Gue kira masalahnya bakalan selesai ketika Bapak Ahok mulai di periksa oleh polisi. Ternyata, aksi damai itu terus berlangsung sampai sekarang. Kasusnya pun mulai melar sampai kemana-mana, mulai dari penistaan agama, sampai ke logo uang baru yang katanya mirip palu arit.

Berita yang bermunculanpun semakin bervariasi, ada berita yang datang dari kubu yang mendukung bapak Ahok, kubu yang mendukung FPI, dan kubu yang menginginkan kedamaian yang sesungguhnya.

Sampai akhirnya, gue dan temen-temen gue yang tadinya cuma bisa ngeributin masalah drama Korea, jadi ikut-ikutan bahas masalah Ahok vs FPI. Sayangnya, kita ternyata tidak satu pendapat. “Ahok menghina Al-qur’an” ya, gue setuju kalau bapak Ahok memang salah dalam hal itu, tapi untuk setuju dengan tindakan yang dilakukan oleh FPI, kayaknya gue nggak bisa.

“Gimana? Ahok udah mati belum?” tulis salah seorang temen gue di pm bbm.

“Muslim yang pro kafir itu munafik!”  kata salah seorang teman gue yang lain.

Lama kelamaan statement mereka sukses membuat gue tertohok. Kemudian jiwa curhat bin baper guepun muncul ;

Puti Andini: Mba Maya...

Maya: Iyaaa

Puti Andin: Lagi ngapain? Aku lagi sebel tauk..

Maya: Loh kenapaa??

Puti Andini: "Klo tidak bisa jd singa'y allah setidaknya jangan jadi anjing'y allah({}) Klo tdk suka jangan menghina ulama,,cukup dalam hati dan berdoa=-)"
Gara-gara aku bikin PM bbm yang nyinggung masalah FPI, aku dikatain gitu sama saudara aku, rasanya kayak gimanaaa gitu.

Maya: loh Kok sama put??  Aku share postingan ini di fesbuk cuma kasih caption "mari introspeksi dulu" ,eh dibully abis-abisan.. Sampe dbilang Aku teman pak Ahok yang menyamar jadi muslimah berkerudung.
Lebih sakit mana cobaa?

Puti Andini: Lebih sakit diputusin pas lagi sayang-sayangnya!

Ah gila, bisa sampai banyak gitu mbak komentarnya. Gimana rasanya tuh? Shock nggak? Apa malah seneng karena ngedadak jadi viral?

Masalah agama emang sensitif banget sih ya,  mba.

Aku kadang suka mikir,  imanku yang kurang (ya emang kurang sih) atau gimana? Apa ada yang salah sama aku? Kenapa aku nga sepemikiran sama mereka.

Maya: Sama...  Aku juga. Takut banget pas aku dibilang begitu sama mereka, takutnya secara gak sadar aku memang 'salah'. Tapi gimanapun hati aku itu gak sreg sedipaksain buat sepemikiran sama mereka.

Puti Andini:  Emang menurut mba Maya sendiri gimana?

Maya: Gimana ya, Aku sih trust sama nurani aku sendiri.

Puti Andini : Ya tapi kalau ternyata nurani kita salah? Kalau ternyata hati kita emang udah keras untuk menerima kebenaran?  Hayolo, gimana?

Cara satu-satunya ya diem dari pada dibilang ini itu. Tapi kok lama-lama ikutan gerah juga ya. Dikit-dikit demo, dikit-dikit diboikot.

Apa jangan-jangan kita yang cuma baca beritanya setengah-setengah? Bisa aja kita cuma baca berita dari satu arah aja.

Kasus bapak Ahok yang menghina Alqur’an, awalnya aku marah karena kitab suci kita di bilang “pembohong”. Setelah beliau minta maaf, kok aku bisa dengan mudahnya memaafkan ya? soalnya menurutku, selanjutnya itu jadi urusan dia sama  Tuhan.

Maya: itu juga yang aku percayai, ketika Allah saja maha pemaaf kenapa yang manusia tidak bisa mencontoh hal yang sama?

Puti Andini: Kan nanti ada yang jawab gini mba “Kita bukan Tuhan yang bisa dengan mudah memaafkan kesalahan, kita hanya manusia biasa”

Maya: Presepsi orang kan beda-beda ya, Put. Hahaha. Sulit ah, sulit

Puti Andini: "muslim yang pro Ahok berati munafik"
Gimana tuh mba?

Maya: Kenapa gampang sekali meng'kafir'kan seseorang, sementara diri sendiri saja belum tentu bersih..

Puti Andini: Setelah ada yang punya auto surga, sekarang ada yang punya auto kafir juga.:')
Tapi, mba, aku kayak punya pertentangan batin sendiri "jangan-jangan dengan aku bicara kayak gini secara nggak sadar, aku ini  kafir"
Naudzubillah..

Maya:  Hiih Puti, Naudzubilah, semoga aja enggak..

Gini loh put,kalo menurut aku, maaf kalo misal ternyata pemikiran aku salah atau gimana

Logikanya kalo dia udah mengaku salah dan memohon maaf, apa perlu sebegitunya dihujat?  Sampe dijadiin sayembara buat dibunuh?

Emang menurut mereka kalo membunuh itu gak dosa?
Oh iya kan membunuh pak Ahok ya, ada toleransi dosa ya kalo pak Ahok..

Puti Andini : Mba ngikutin berita sidangnya pak Ahok nggak? Yang terus tiba-tiba meme tentang fitsa hats jadi viral?

Maya : Oh iya, lucu ya put. Anak Indonesia itu kreatif banget, selalu punya celah untuk memviralkan sesuatu.

Puti Andini: Di salah satu artikel yang aku baca, Habib Novel bilang kalau dia nggak memeriksa ulang BAPnya, terus dia juga ngatain bapak Ahok gobl*k karena bilang kalau Fitsa Hats itu dari Amerika, padahal menurut Habib Novel Fitsa Hats itu dari Italia.

Di artikel lainnya, aku baca lagi, kalau ternyata Fitsa Hats ,eh Pizza Hut merupakan restoran berantai dan waralaba makanan internasional yang berasal dari Amerika Serikat, didirikan pada 1958 oleh dua mahasiswa, Dan dan Frank Carney di Wichita, Kansas. Kantor pusatnya sendiri terletak di Texas, AS.

Maya: Untung Habib Novel nggak pernah jadi anak kost, coba kalau pernah, pasti namanya bukan Fitsa Hats, tapi Fitsa Mie. Haha

Puti Andini : Mba maya nggak boleh menghina “ulama”, mau diauto kafir nanti?

Maya: iiih, Puti gitu mulu ngomongnya. Nanti jadi kafir beneran loh!

Puti Andini : Naudzubillah, jangan sampe!

Maya: menurutku, emang banyak hal-hal janggal dari para saksi pelapor itu,  Put. Yang BAPnya sama lah sampe tanda titik komanya juga. Padahal kan pelapornya beda,dan dari tempat yang beda pula.. Yang beda cuma tanggalnya aja. Bukan Cuma itu aja, sepatu yang mereka pakepun, katanya sama persis. Curiga aja nih kalau mereka emang disetting sedemikian rupa buat jadi saksi. Cuma modal pasang badan doing, terus bikin kesaksian palsu.

Puti Andini: Kata siapa tuh mba? Pasti baca di artikel online ya? Hoax tuh Hoax. Mau diauto kafir?

Maya : Putiiiiii…!!

Puti Andini : ehe he he..
Ngomong-ngomong bahas maslah BAP kok aku jadi salfok ke BAP boyband korea ya.. Best Absolute Perfect. Wqwq

Maya: Ini Berita Acara Perkara, Putiyem! -_-

Puti Andini: Aku tertarik sama masalah logo uang baru itu sih mba. Yang katanya mirip palu arit. Bukanya itu emang udah ada dari lama ya? Aku juga udah cek diuang lama kita juga udah ada logo kayak begituan.

Maya: Oh itu, hha tau gak?Gara-gara itu aku sampe nyariin uang didompet.. Terus aku terawang terawang , dan ya, kayak kasus pidato pak Ahok itu, perkara udah lama kok baru di protes?

Puti Andini : “Satu kalimat aja, perhatikan semua, saya memberikan warning kepada bangsa Indonesia tentang indikasi kebangkitan PKI, dan saya sudah sampaikan kepada DPR sudah, sama ke publik, tetapi kemudian, karena warning yang saya berikan tentang indikasi kebangkitan PKI, saya dipanggil, maka itu saya sendiri heran,” begitu kata Bibib Rizieq.

Aku sendiri heran bib, kan lambang PKI itu palu arit menyilang, sementara lambang BI nggak menyilang.

Kalo ilmu cocokloginya tingkat tinggi, ya mungkin emang mirip. Yaudah kalo gitu jangan pake celana dalem lagi mba, soalnya celana dalem kan bentuknya segitiga mirip lambang kaum Zionis Yahudi. Hiiih

Maya: Bukanya kamu juga tukan cocokologi ya? Hayo ngaku!
Cocokologi itu ilmu paling nggak masuk akal banget, ,males lah bahasnya juga.  Jangan-jangan nanti kalo aku tusukin cabe keriting terus diatasnya bawang salah juga?
Kasihan petani cabe sama bawang dong, nanti dilaporin juga


Puti Andini: Bazingseeng. Ya emang mirip sih.haha
TAPI, NGAPAIN NUSUKIN BAWANG SAMA CABE?!  Mau minta ujan apa gimana? Bawang sama cabe itu kan lazimnya diiris terus diulek, dijadiin sambel.

Oke, How about this kurungan ayam? Mirip kayak hexagram kan?


Maya: Wah zionis tuh, kafir!  Penjarakan!

Puti Andini : Wuanjer!!

Maya: Astagfirullah udah ah udah!

Puti Andini: Habib Rizieq kelamaan di Arab barang kali ya, jadi agak sliwer liat logo uang Rupiah di Indonesia.

Maya : Lah, kemaren dana buat demo pake mata uang apaan dong? Kan ada logo palu aritnya juga.

Puti Andini: Kesusuh nggak mba? Nek nggak, nanti aku tanyain dulu sama yang ikut demo.

Apa yang mba maya liat?

Maya: Gak ada  apa apa..  Lava gunung merapi?

Puti Andini: Coba teliti lagi.Itu katanya tulisannya PKI.

Maya: Haha mungkin maksudnya DKI put ah parno terus yaa…

Puti Andini: dari pada PKI, lebih sereman ini sih mba. wqwqwq


Puti Andini:  Anak mudanya kebanyakan parno makanya negara maju-maju.
Banyak kok buktinya, salah satumnya adalah, remaja jaman sekarang pasti takut kalau disuruh keluar pas malem Minggu. Bawaannya parno, takut-takut dijalan ketemu mantan yang lagi boncengan sama pacar barunya

Eh… Cem aku udah jadi warga negara yang baik aja. haha

Tapi nga papa kan ya? Kan katanya negara ini negara demokrasi. Kita bebas menyerukan pendapat kita.
Walaupun sekarang yang ada malah pada kebablasan "demokrasinya".

Maya: Bebas!!!  Sampe Bapak Presiden dengan kurang sopannya hanya dipanggil namanya saja, tanpa embel embel Pak atau Bapak.

Puti Andini: Bebasss!  Sampe pacar temen sendiri bebas ditikung.
*ini apa dah

Kalau di fikir-fikir kasusnya HR itu pepek banget ya? Penistaan agama, Penistaan Pancasila, kasus logo uang baru, ngata-ngatain gusdur sampe ke hansip segala..

Maya:  Mungkin nanti HR bakalan jadi Man of The Year. Terkenal dimana-mana. Ada di stasiun tv manapun, di fesbuk, istagram, semuanya ada dia. Daebak!

Puti Andini: orang paling sibuk sih mba tepatnya, sibuk dipanggil sama polisi. hehe

Maya: Mbok ya kasih Anak bangsa ini tontonan yang berkualitas.
Biar hidupnya gak sumpek.

Puti Andini : Mending nonton yucup aja mba, ada yanglek.

Maya:  -_________-

Puti Andini: Mba setuju nggak sih sama keberadaan ormas FPI?

Maya: Bukan masalah setuju atau gak setuju, tapi kalo misal malah bikin rakyat kepecah belah gini apa manfaatnya? Demo lagi, demo lagi, udahmah Jakarta macet, dibikin tambah macet sama ribuan massa yang demo. Belum lagi yang demo itu kebanyakan masih muda-muda ya? Emanya mereka nggak sekolah atau kerja?

Beda, kalo justru bikin damai pasti tanpa diminta pun kita bakalan bangga sama FPI.

Puti Andini: Kan katanya ini gara-gara baju kotak-kotaknya pak Ahok, yang bikin warga negara jadi tekotak-kotak. Analogi yang warbyazak!

Emang mba Maya tinggal di Jakarta? Kok ngurusin macetnya Jakarta?

Wah, makanya sekali-kali ikutan demo, demo juga kan termasuknya kerja, dapet makan gratis pula.

Mau tau ngga istilah yang sekarang identik sama mereka?
"Panasbung, pasukan nasi bungkus"

Maya: Oh, itu siapanya sama panastak ya? Pasukan nasi kotak. Wqwq

Puti Andini: Bhahak :V ternyata tau juga..
Jadi mba Mba maya itu panasbung atau panastak?

Maya: Boleh phone a friend ga buat minta bantu jawab pertanyaanmu?
Harusnya Puti bisa menyimpulkan sendiri kan pro sama siapa?

Puti Andini:  Aku masih polos mba, nggak tau apa-apa..

Aku sering baca di media sosial tentang isu2 kebangkitan islam 212. Itu hoax bukan ya? Masalahanya aku cuma liat (di media sosial juga sih) mereka berkumpul sedemikian banyaknya, yang katanya puluhan ribu umat, atau bahkan jutaan (nggak tau di winzip apa gimana. Kok bisa sebanyak itu) kayak orang mau demo. (YA EMANG DEMO BEGO!)

Bukanya kalau islam  bangkit itu :
Muncul pengusaha muslim yang bikin pabrik-pabrik, sampai bisa mengalahkan perusahaan asing
Muncul ilmuan muslim yang bikin teknologi tinggi, bersaing dengan microsoft, google ,apple.
Muncul teknisi-teknisi handal dan profesor "asli" muslim yang bikin mobil motor dan alutsista canggih.
Muncul akuntan dan bangkir-bangkir muslim yang ahli ekonomi.
Gitu,,

Kata mbah google juga…

Aku sing nga pro siapa-siapa sebenernya. Cuma banyak kesel aja,  padahal menurutku (lagi-lagi ini menurutku. *terima kasih demokrasi) itu cuma kepentingan kelompok tapi selalu bawa-bawa umat islam. Serba salah. Diem dibilang nga peduli. Kasih komentar dibilang kafir.

Maunya kita ngikutin FPI, kalau nggak mau, berati kafir.

Gitu aja terus sampe kinder joy netes.

Kebenaran sama kebohongan sekarang wananya udah nga hitam sama putih lagi.

Maya: Abu abu ya.. Apa putih gading put?

Puti Andini: Gajelas mba warnanya. Haha sama kayak masa depan aku. Buram.
#duh puti fokus
Yang jelas ini tanda-tanda kiamat.
Nanti akan ada banyak kebohongan lagi.

Maya: mendingan berbenah diri yuk!! Kurang-kurangin main medsos. Karena segala berita yang kita dapet 98% itu dari medisos semua. Kita nggak tau yang mana yang hoax yang mana yang bener.
Kayak obrolan kita nih, semuanya sumbernya dari internet. Kacau!
Medingan kalau mau tau kebenarannya, langsun turun aja ke lapangan.

Puti Andini: Mau ikut demo maksudnya? Yaudah yuk! Biar lebih dramatis, kita ngesot aja dari Tangerang ke Jakarta, jangan jalan kaki, udah mainstream..

Kan katanya (kata artikel di Internet) bakalan diadakan aksi amat istimewa mega ultra super duper spesial damai 212 bulan Februari nanti. 

Maya: -_-

Puti Andini: Tau berita HR yang terbaru nggak mba? Masih anget banget ini. Katanya ponpes HR yang di Bogor, kepemilikan tanahnya masih belum jelas.

Maya: Hoax itu. Menurutku itu adalah upaya Pendzholiman terhadap imam besar FPI Habieb Rizieq Syihab yang kita semua muliakan.



Gimana udah mirip panasbung belum?

Puti Andini: Xianjeeeer!
Wqwq :V :V

Maya: Puti, nanti kalau beneran chat kita kamu posting di internet, terus kita kena UU ITE gimana dong?

Puti Andini: ngarep amat jadi viral, mba….

Maya: bukannya gitu.. kok aku jadi takut ya, Put? Kita tadi ngomongin apaan sih?


Maya: Puut?

Puti Andini: Maaf mba, semalem ketiduran. Ehe he he..

-


Gue mohon maaf apa bila postingan ini menyinggung pihak-pihak tertentu. Obrolan diatas murni hanya menurut pendapat gue doang, tanpa bermaksud mau menjelek-jelekan siapapun. Kalaupun memang banyak salah kata, mungkin karena gue yang salah dalam membaca berita di internet.

Sebagai warganegara Indonesia, tentunya gue juga ingin mempunyai Negara yang aman, tanpa adanya konfli. “Bhineka Tunggal Ika” berbeda-beda tetapi tetap satu. Apapun Rasnya, sukunya, agamanya, warna kulitnya, kita semua satu, yaitu Warga Negara Republik Indonesia.

Sudah menjadi kewajiban kita sebagai umat manusia untuk saling mengingatkan apabila seseorang berbuat salah, bukanya mengucilkan.

22 Jan 2017

Dari Dulu Udah Aneh

Bagi kalian, anak perantau yang dari kecil tinggal di satu daerah yang sama mungkin tidak akan sulit untuk menentukan kampung halaman kalian. Lain halnya dengan gue yang masih sering sekali dilema harus menentukan akan pulang kampung kemana.

Saat ini, orang tua gue tinggal di Bumi Ayu, sedangkan adik gue, Aldo, sekolah di Purwakarta, sementara itu, nenek gue yang ngurusin gue pas SMK tinggal di Banyumas, dan mereka semua selalu meminta gue untuk ada di tempat mereka di hari yang sama, yaitu pas Lebaran.

Sama halnya dengan kisah pertemanan gue semasa kecil. Segera setelah alm Bapak meninggal, gue tidak pernah menetap di satu tempat, walaupun hanya daerah itu-itu saja, Purwokerto-Purwakarta. Gue harus berkali-kali beradaptasi dengan orang-orang baru, dengan teman-teman baru, tetangga baru dan dengan bahasa yang baru juga. Maka jangan heran, terciptalah kepribadian gue yang seperti sekarang ini.

Source : Google Image
Sebelum gue mulai sekolah di SD, gue banyak menghabiskan waktu gue untuk bermain, sama seperti anak-anak seusia gue waktu itu. Teman main gue di rumah adalah, Erwin, Emul, Aceng dan Diki, Yha mereka memang bandot semua.

Erwin adalah anak tukang warung tempat gue biasa beli ciki berhadiah, bukan ciki doang sih, warung itu juga menjual aneka jenis kebutuhan lainnya, seperti warung pada umumnya. Gue sama Erwin hanya selisih umur satu tahun saja, makanya gue sama dia cukup akrab untuk main tabok-tabokan.

Emul, dia adalah tetangga di belakang rumah gue, Emul ini perawakannya gembul, kulitnya item manis, dia adalah anak yang penurut, jelas, karena dia paling muda dari kami berlima.

Lalu ada Diki, rumahnya Diki tidak terlalu jauh dari rumah gue, hanya terhalang tiga rumah saja. Diki ini orangnya judes, blak-blakan, temperamental, tapi juga sangat perhatian, dia sering membantu gue meringankan isi ciki yang gue makan, Diki juga sering ngajak gue untuk berpetualang, ke kuburan misalnya.

Yang terakhir adalah Aceng, rumah dia persis ada di depan rumah gue. Mang Aceng, begitu biasanya gue manggil dia. Mang Aceng ini sebenernya masih saudaraan sama gue. Orang tuanya dia adalah adik dari nenek gue. Mang Aceng sering sekali bikin gue nagis karena dia sering ngomelin gue, dia sering melarang gue melakukan hal-hal yang gue suka, waktu itu gue suka main air dan mandi bareng sama mereka. Tapi Mang Aceng melarang dan malah mengancam akan mengadukan gue sama Bapak.

Hal lain yang sering kita lakukan adalah bermain lompat-lomptaan di jendela kamar ( waktu itu rumah gue masih rumah panggung tradisional, jadi jendelanya lumayan tinggi), main jelangkung ( keren nggak? keren kan?, dan main layangan ( kalau lagi musim layangan doang ). Biasanya, kami berlima membuat layangan sendiri, Alm bapak-lah yang mengajari kami untuk membuatnya. Lokasi favorite kami untuk membuat layangan adalah di kuburan. Selain tempatnya adem karena banyak pohon besar, juga karena tempatnya sepi. ( Serah dah, Put!)

Setelah gue masuk sekolah, gue akhirnya memiliki teman baru lainnya, kali ini gue punya teman perempuan, namanya Kiki, dan yang satu adalah laki-laki, namanya Samsu. Mereka berdua resmi menjadi teman gue setelah kita sering pulang sekolah bareng. Emul dan Diki waktu itu belum sekolah, sementara Erwin dan mang Aceg adalah kakak kelas gue (tengsin lah mau ngajak pulang bareng juga).

Dari teh Kiki ( gue dipaksa manggil dia eteh, karena dia bilang gue lebih muda dari dia ) gue akhirnya mengenal teman-teman perempuan yang lain, ada Nyai, Melani, Karni, dan Nurul, walaupun tidak semuanya akrab.

Teman gue semakin bertambah ketika gue memutuskan untuk ikut mengaji.

Uniknya disana ada dua lokasi tempat mengaji, untuk pemula, sangat di ajurkan untuk mengaji di tempatnya mang Wahyu, di sana banyak sekali anak-anak kecil. Kemudian, persis seperti sekolah, setelah dirasa ilmu kita sudah cukup baik, maka kita harus memutuskan akan pindah ketempat yang lebih tinggi, atau menetap di mang Wahyu dan menjadi senior.

Kubu wetan dan Kulon, begitu kita menyebutnya. Walaupun kita hidup di satu desa yang sama, tapi kita tidak sepenuhnya sama. Selalu ada skat yang membuat kita seperti tidak boleh bersatu.

Kubu wetan, di sana ada saudara-saudara gue, ada banyak anak perempuan lainnya yang lebih dominan mengaji di tempatnya Ceu Euning. Sementara gue yang berada di kubu Kulon, mengaji di tempatnya mang Wahyu. Seperti yang sudah gue bilang, ketika kita sudah khatam qur’an kecil, maka kita akan dihadapkan pada pilihan yang cukup sulit. Yaitu pindah atau menetap.

November 2003, Bapak gue meninggal. Mau tidak mau akhirnya gue harus pindah ke Jawa. Belum genap setengah tahun, akhirnya gue kembali lagi ke Purwakarta karena gue merasa tidak betah di Jawa. Saat itu yang jadi masalah adalah, bahasanya. Mungkin karena gue masih terlalu kecil, gue kesulitkan untuk belajar bahasa ngapak. Karena ngapak, tidak semudah seperti kelihatannya meen~

Setelah kembali dari Jawa, gue tidak menempati rumah gue lagi. Gue dititipkan di rumah nenek gue (di Wetan) sementara ibu gue kerja di Bandung. Gue kembali mendapatkan teman-teman baru. Waktu itu gue juga pindah sekolah. Yang asalnya di SD 1 jadi di SD 2, padahal ke dua sekolah itu cuma dibatasi sama lapangan bola. Gue sering di bilang penghianat sama anak-anak SD 1, karena lagi-lagi, SD 1 dan SD 2 adalah dua kubu yang bermusuhan.

Bukan hanya itu, kepindahan gue ke Wetan juga mengharuskan gue pindah ngaji ke tempat Ceu Euning. Karena tidak mau di bilang penghianat lagi, gue memutuskan untuk berpamitan dulu ke mang Wahyu, walaupun akhirnya tetep sama, gue dibilang penghianat.

Tidak perlu waktu lama, akhirnya gue mulai akrab dengan orang-orang wetan, dan teman-teman yang mengaji di tempat ceu Euning. Ada Iin, Hani, Mega, Nina, mereka adalah anak-anak seumuran gue, lalu ada senior-senior di tempat Ceu Euning yang galaknya ngalahin bendahara kelas pas nagih uang kas. Ada Bi Yuli, teh Novi, teh Nunun, teh Popon, Bi Iim, Bi yuni, teh Nur, teh Eneng, teh Cucu, dan masih banyak lagi lainnya.

Biasanya, masa mengaji ini hanya betahan sampai kita SMP, setelah kita masuk SMA dan disibukan dengan hal lainnya, kita semua menjadi lebih jarang mengaji, sampai akhirnya kita keluar dengan sendirinya.

Kenangan indah saat gue kecil nampaknya di mulai dari sini. Di masa ini gue mengenal banyak hal, termasuk cinta monyet. Peran gue dalam percintaan ini bukan menjadi monyetnya, melainkan jadi mak comblangnya.

Zaman gue dulu masih merasakan yang namanya surat-suratan. Masih merasakan yang namanya gemetar saat membaca paragraph awal surat “ To the point aja ya…”. Dan merasa salah tingkat sendiri ketika membaca pantun di akhir surat “ 4 x 4 = 16, sempat tidak sempat harus di balas…”

Kemudian mereka teriak “ Aaaaa… Puti, terima ngga ya, ini harus dibalas atau nggak suratnya? ”, dan gue pun mulai beraksi.

Ada banya pasangan yang akhirnya “jadian” berkat gue. Untuk para perempuan,biasanya gue membantu mereka membalas surat dan tentu mengantarkannya. Dan para laki-laki, biasanya mereka menitipkan surat dan salamnya melalui gue juga. Kalau di ingat-ingat, tugas gue saat itu sangatlah mulia, apalagi gue melakukannya dengan sukarela, alias gratis. Gue ikut senang melihat teman gue satu persatu kewarasannya hilang karena jatuh cinta.

Dulu, cinta tidak seribet seperti sekarang ini. cukup dari kejauhan kita melihat si do'i "ooohh... itu pacar saya, ya sudah..." 

Kalau kita seudah merasa tidak cocok ya bubar, putus, kelar semua urusan. Kita juga masih bisa berteman lagi seperti sebelum jadian. Setelah kita putus, kita bebas pacaran dengan siapa saja, termasuk teman kita sendiri. Bahkan mereka malah sengaja tukeran pacar. Keren sekali, bukan?

Coba kita bandingkan dengan kisah cinta zaman sekarang, jika kalian berani berpacaran dengan mantan teman kalian sendiri, sudah biasa dipastikan hubungan pertemanan kalian akan hancur.

Balik lagi ke masalah tugas yang gue emban sebagai mak coblang. lucunya, gue adalah satu-satunya orang yang belum pernah merasakan pacaran dengan orang satu kampung. Mungkin karena gue terlalu sibuk ngurusin hubungan orang lain. hahaha.   

Selain jadi mak coblang, gue juga punya satu tugas yang tak kalah penting lainnya, yaitu jadi hansip setiap malam Minggu,atau kasarannya jagaiin orang yang lagi pacaran. Kalau gue beruntung, kadang gue dapat imbalan permen chewy dari salah satu pasangan. Dulu permen itu termasuk permen legend yang mahal. 
uuuh bahagianya~

Suatu ketika, gue pernah mengalami masalah dengan peran gue sebagai mak comblang. Bermula dari teman gue yang bernama Ai, dia meminta gue untuk mencombalngkan dia dengan salah satu anak laki-laki yang bernama Rifqi, kebetulan juga Rifqi ini masih teman dekat gue. Setelah berhasil mengompori keduanya untuk jadian, akhirnya si Rifqi menitipkan surat cintanya sama gue. Seperti biasa, gue mengantarkan surat itu kepada penerimanya. Sebelumnya, Rifqi tidak bilang kalau surat itu untuk Ai, tapi dengan pd-nya gue memberikan surat itu pada Ai, karena gue merasa memang sedang men-comblangkan Ai denga Rifqi.

Setelah Ai menerima surat itu, dengan mesem-mesem najong, gue nanya ke Ai “ Gimai i? nembak?”, Ai hanya diam melihat gue lalu kemudian dia pergi. Gue nggak ambil pusing sama kejadian itu, gue berfikir mungkin Rifqi belum menyatakan cinta sama Ai, makanya dia terlihat kurang bahagia ketika membaca surat dari Rifqi. “Bukan salah gue” batin gue.

Beberapa hari setelah itu, gue memang merasa kalau sikap Ai ke gue sedikit berubah, padahal biasanya setiap kali Ai melihat gue, dia langsung kelojotan “Putii…. Rifqi gimanaa?!!” sampai kuping gue pengeng. Gue masih berfikiran, mungkin benar Rifqi belum nembak Ai, makanya Ai ngga punya bahan obrolan lagi sama gue. Lalu tiba-tiba, ada salah satu teman gue yang memberikan gue sebuah gulungan kertas yang sudah lumayan lecek.
“Ini apa?” Tanya gue.
“Dari Ai.. “ jawab dia lalu pergi.

Setelah gue buka, gue merasa nggak asing sama amplop itu, ternyata itu memang surat yang tempo hari dititipkan Rifqi sama gue. Gue sempet bingung kenapa Ai memberikan surat itu sama gue, sampai akhirnya gue baca surat itu dan…. Cengo. Ternyata surat itu bukan buat Ai, tapi buat gue. Ternyata Rifqi itu naksirnya sama gue, bukan sama Ai. Di surat itu Rifqi bilang supaya gue jangan nyomblangin Rifqi sama Ai lagi, karena Rifqi sama sekali tidak suka.

Karena gue males ribet nantinya, gue memutuskan untuk menjauhi ke duanya. Gue nggak mau merusak kebahagiaan Ai dengan menerima cintanya Rifqi yang jelas-jelas gue sendiri juga nggak suka.

Kejadian itu terulang lagi, kali ini kasusnya sedikit berbeda. Ada Gilang dan Emang yang tergila-gila sama salah satu teman gue, Hana. Hana beberapa tahun yang lalu memang mirip dengan Acha Septriasa, apa lagi Hana baru saja pindah dari Kota, kulitnya belem mbusik seperti gue dan teman-teman lainnya.

Gilang dan Emang ini berteman cukup dekat, mereka bersaing secara sehat untuk memperebutkan Hana. Gilang sering curhat sama gue soal perasaannya itu, karena gue merasa kasihan, gue kemudian membantu Gilang untuk mendekati Hana. Gue sering menceritakan hal-hal baik tentang Gilang sama Hana, gue juga sering menjelek-jelekan Emang supaya Hana nantinya milih Gilang.

Harapan gue akhirnya terkabul, Hana mulai suka Gilang. Tapi Gilang memang kampet! Dia malah nembak gue . Gue nggak tau harus bilang apa ke Hana. Satu-satunya hal yang bisa gue lakukan adalah, menjauhi Gilang.  

Gue merasa Gilang nggak menghargai usaha gue. Pertemanan gue sama Gilangpun akhirnya berubah, kita tidak sedekat seperti sebelumnya. Gue sempet bolos ngaji selama satu minggu. Dan selama itu pula, Gilang sering nanyain gue sama saudara gue, yang justru bikin gue makin benci sama Gilang.

Entahlah, dulu gue memang punya sedikit kelainan, gue berbeda dari teman-teman gue. Gue akan membenci seorang laki-laki ketika dia menyatakan cintanya sama gue. Perasaan aneh seperti takut, ilfeel, dan bingung mau ngapain kalau udah pacaran, membuat gue kesulitan untuk mendapatkan pacar.

Ini cerita udah ngawur dari awal, yang tadinya mau cerita temen-temen pas kecil, kenapa jadi melebar kemana-mana dah...

Lalu bagaimana nasibnya Erwin, Emul, Aceng dan Diki? atau nasib teman-teman baru gue di wetan?
Yaudahlah, mungkin nanti disambung lagi, 
kalau inget.

Aku Adalah

Puti Andini

Pengabdi Wifi Telkom...

Bagian dari

Your Lucky Number

Kategori