22 Okt 2017

Jangan Melakukan Hal Ini Jika Kamu Belum Pro, Atau Kamu Akan Menyesalinya....

Mungkin sekarang sudah sangat terlambat bagi gue untuk mengucapkan “Welcome Semester 3”, mengingat ternyata 2 minggu lagi sudah akan memasuki masa UTS. Tapi tidak apa-apa, tidak ada kata terlambat selama tidak keluar di dalam..

ASTAGAA.. GUE NGETIK APAAN BARUSAN!!

Semangat gue sangat menggebu-gebu sekali di awal perkuliahan semester ini, selain karena gue sudah menemukan kembaran-kembaran gue di kelas, ternyata masih ada beberapa hal yang yang menjadi alasan lain di balik keantusiasan gue dibandingkan dengan semester sebelumnya. 

Yang jelas, bukan antusias sama mata kuliahnya, sih.

Diawali dengan pencapaian nilai gue di Semester dua kemarin, yang Alhamdulillah ternyata bisa melambung tinggi melebihi ekspekstasi. Padahal, sebelumnya gue sudaah memprediksi kira-kira gue akan mendapatkan beberapa nilai B, tapi ternyata….

Rahasia dong. Wqwq

Anehnya, setiap kali nilai akhir diumumkan di Web kampus, akan tidak afdol jika tidak terjadi yang namanya salah input nilai. Jika semester satu kemarin gue sempet dapat nilai D di mata kuliah Pengantar Teknologi Informasi, maka untuk semester dua kemarin, korbannya adalah nilai mata kuliah PKn.

Mungkin gue tidak se-tercengang saat gue melihat nilai PTI kemarin, karena nilai PKn gue masih dalam batas normal, walaupun perasaan  dongkol tetap ada, terlebih kalau gue ingat perkataan dosennya “Nilai tugas saya ambil dari kalian beli buku atau tidak” dan juga inget kalau soal UTS dan UAS-nya hanya pertanyaan essay tentang pendapat pribadi.

Kembali, setelah gue amati semua nilai mahasiswa/i yang lain, gue semakin yakin kalau nilai PKn gue memang baik-baik saja, mengingat nilai UTS gue cuma dapet tuju koma sekian.

Tapi, alangkah terkejutnya diri ini.... #jeng jeng jeeeeng....!

LEBAY AMAT LU PUT -__-

Iya, gue serius terkejut bukan main ketika gue menerima KHS kemarin. Nilai gue tiba-tiba ada yang berubah, padahal dulu sampai harus komplain, baru bisa berubah nilainya. Lah ini?! Gue yang sudah menerima keputusan bapak dosen dengan sangat legowo, tapi ndilalah gue malah dapat mukzizat.

Berasa kayak abis ditolak sama gebetan, eh taunya gebetannya nolak karena mau nembak duluan. Kan jadi ena.

Tapi tetap saja, nilai gue yang ada di Web kampus tidak berubah. Padahal kan mana tau calon jodoh gue enggak sengaja liat nilai-nilai gue.

Berkat keajaiban dari nilai PKn itulah, gue juga berhasil mendapatkan beasiswa dari yayasan di kampus. Mungkin bisa dibilang tidak seberapa (Dih! Ngga bersyukur amat jadi orang), tapi baru kali ini gue ngerasa bangga sama diri gue sendiri. Dimana gue masih bisa berprestasi (cailah!), padahal gue sedang dalam kondisi 'tidak sehat' jiwanya karena beberapa hal, salah tiganya adalah karena kebanyakan nonton drama korea, pekerjaan yang lagi ribet-ribetnya (sampai sekarang sih inimah), dan mas gebetan yang tidak kunjung peka. 

Wow ! Ternaya alasan terakhir bikin netijen pengin muntah beling.

Berhubung gue sudah menyinggung masalah mas gebetan, yang mana sebenarnya postingan kali ini juga ditujukan untuk membahas dia yang terkasih.

huek..

Kalau kalian pernah baca postingan yang ini, berarti kalian kurang kerjaan tau siapa mas gebetan yang gue maksud itu, karena ini juga merupakan kelanjutan dari carita yang sebelumnya.

Oke, gue anggap saja kalian sudah tau cerita sebelumnya, kalau belum, baca lah! biar tau! HIH!

Singkat cerita, setelah gue mencoba untuk menata kembali kewarasan perasaan gue terhadap mas X, yaitu dengan tidak lagi membahas tentang mas x, ataupun menunggu mas X membalas WhatsApp dari gue. Kemudian secara tiba-tiba, gue mendengar kalau Meta ternyata kembali lagi merajut kasih bersama mantannya. 
Ah elah. Iya, Meta balikan sama mantannya.

Jujur gue sebenarnya senang mendengar hal itu, karena tandanya, perasaan sukanya Meta sama mas X cuma sebatas buat lucu-lucuan saja, berbeda dengan gue yang sampai gue dengar kabar kalau Meta balikan dengan mantannya, perasaan gue masih ada buat mas X, meskipun gue selalu menolak kenyataan itu.

Tapi disisi lain, gue agak kurang setuju kalau Meta balikan lagi sama mantannya, alasannya, yaa karena, Meta pernah cerita tentang kenapa mereka berdua dulu sampai bisa putus. 
Dan ya,,,,
kenapa harus balikan sama mantan yang itu sih? Padahal yang suka sama Meta itu kan banyaaaaa...
Sementara itu, tanpa sepengetahuan siapapun. gue mencoba kembali menjalin komunikasi dengan mas X. Walaupun hanya sebatas nanya tugas yang mana lebih sering berakhir dengan chat gue yang 2 centang biru doang.

Anehnya, gue merasa tidak kapok sama sekali meskipun sudah mendapat penolakan halus (entah itu sebuah penolakan atau memang sifat mas X yang bawannya memang cuek), selama kurang lebih satu semester.

“Kamu udah ngerjain kalkulus?”

“Udah mas, cuma belum selesai, kenapa?”
(padahal aslinya gue sama sekali belum ngerjain)

“Boleh liat, aku kurang paham… :D”
   
“Oke, nanti malem aku kirim” 
(Guepun langsung ngebut buat ngerjain tugas, pokoknya gimanapun caranya, nanti malem harus kelar!)


“Kamu kemarin kuis Akuntasi ngerjain lagi, nga?”

(Sambil mencoba mengingat “kuis? Kuis? Kuis yang mana yaLord?”) 
“Kayaknya udah aku kerjain deh, tapi lupa, nanti aku cek lagi deh ya, kalau ada nanti aku fotoin”

“Makasih .. :) ”

(gue buru-buru whatsApp Musa)
“Nyet, kemarin kamu fotoin soal kuis akuntansi nga? Kalau iya, buruan kirim, sekalian kalau udah ngerjain fotoin juga jawabannya…”

Ya, kurang lebih begitulah gue, terlalu sering berusaha berlebihan demi menyenangkan hati gebetan, sampai lupa kalau gebetan lagi nyenengin hati orang lain juga. (Nanti ini diceritain)

Berbulan-bulan berlalu, tugas demi tugas telah dia konsultasikan ke gue, sampai UAS pun akhirnya tiba.

Ngga ada angin ngaa ada hujan, Mas X tiba-tiba nge-chat gue duluan dan ngajak buat belajar bareng. Waktu itu dia meminta gue untuk mengajari dia Kalkulus. Yap! Betul sekali saudara-saudara....
kal. ku. lus.
Sungguh permintaan yang tidak tanggung-tanggung bikin dilemanya.
Mau ditolak, tapi kapan lagi bisa punya kesempatan kayak gitu. Enggak ditolak tapi kok ya kenapa harus minta diajarin Kalkulus, bukan mata kuliah lain aja... yalord :( 

Dengan tekad tidak ingin menyianyiakan kesempatan tersebut, akhirnya, satuhari sebelum hari yang disepakati untuk belajar bareng itu tiba, gue memutuskan untuk belajar Kalkulus dulu seharian. Harus bisa! Pokoknya harus! :')

Waktu yang ditunggupun akhirnya tiba. setelah menentukan waktu dan tempat untuk kencan belajar, gue dan mas X-pun bertemu. Dengan segala kegerogian yang gue rasakan, dengan suara nervouse yang berusaha gue sembunyikan, dan dengan keringat dingin yang mengucur deras di… tangan gue doang, sih, gue bisa dengan leluasa melihat mas X dari jarak yang sangat dekat.



Entah kenapa, waktu berjalan sangat cepat, padahal biasanya buat nunggu satu mata kuliah selesai gue harus nguap-nguap beberapa kali terlebih dahulu, itupun masih tetap dirasa sangat lama. Lain halnya pas gue lagi sama mas X, baru juga duduk, eh udah jam 9 malem. Dasar relativitas waktu sialan!

Hal tak terduga lainnya muncul ketika mas X menawari untuk mengantarkan gue pulang. Awalnya gue tolak, tapi untungnya mas X tetep maksa.
hahaha

*Flashback 1 tahun yang lalu
Gue sedang menyandarkan kepala gue di jendela angkot dan tidak sengaja melihat mas X yang baru sjaa keluar dengan motornya melewati gerbang kampus. Gue tersenyum dan berkata dalam hati “kapan gue bisa dibonceng motornya mas X, ya?"

Satu minggu setelahnya, mas X kembali lagi meminta gue untuk mengajari dia. Saking senangnya, guepun langsung mengiyakan. Mas X tidak tahu bahwasanya bukan hanya dia saja yang diuntungkan dalam kegiatan belajar bareng ini, tetapi gue juga diam-diam mendapatkan keuntungan, yaitu; bisa puas melihat dia.

"Puti, kamu di mana? Mau pulang bareng, nga?" WhatsApp dari Meta muncul di popup layar hp gue.

"Duluan aja, Ta.. Aku ada urusan dulu sama mas X" deleted

"Duluan aja, Ta.." send

Bertepatan dengan malam keramat bagi jomblo di Wilayah Indonesia bagian Alay.  Gue dan mas X memilih untuk belajar di salah satu Indoapril di daerah Bitung.

Setelah selesai belajar, Mas X menawari gue tumpangan untuk pulang sekaligus mengajak gue untuk makan malam sebagai ucapan terimakasihnya. Tentu saja percakapan mainsream seperti; kamu-mau-makan-di mana-dan-gue-jawab-terserah, tidak bisa gue hindari. Entah kenapa jawaban terserah terlontar dengan sendirinya, seolah mulut gue ini sudah disetting sedemikian rupa menjadi auto jawab ketika di tanya “mau makan di mana?”.

"Udah pernah ke angkringan, mas?" tanya gue dari jok belakang.

"Sering denger tuh tempat itu, tapi aku nga pernah makan di sana..."

"Oke kita makan di sana aja ya... tempatnya deket, makananya murah, tapi banyak kecoanya..." jelas gue.

"......"

"Enggak kok bercanda... hehe"

Di angkringan, gue dan mas X banyak ngobrol ngalor ngidul. Gue kira mas X pendiam, nyatanya dia biasa mengimbangi kecerewatan gue, kok. Sungguh mas X yang berbeda dengan mas X yang ada di chat. berarti sangat wajar kalau gue malah tambah suka setelah bisa berinteraksi secara langsung dengan mas X.

“Sampai ketemu di semester 3 ya…”Ucap gue sambil turun dari motornya.

Hari itu adalah hari terakhir UAS, dan gue merasa sangat sedih. Rasanya saat itu gue ingin setiap hari UAS, supaya gue bisa bertemu dengan mas X setiap hari juga. Terlebih, jika libur kuliah berarti tidak ada tugas kuliah juga dan tentu saja gue menjadi tidak punya alasan untuk menjadikan tugas kuliah sebagai kambing hitam supaya gue bisa memulai obrolan di chat dengan mas X.

Hari-hari berikutnya berlalu dengan sangat membosankan. Dua pertemuan kemarin sukses membuat perasaan gue jadi tambah random. Rasanya tidak adil jika gue menderita sedirian hanya karena menyukai seseorang.

Yang gue lakukan sepulang kerja hanya membuat story di WA, sampai-sampai story gue lebih mirip ketombe saking banyaknya. Tekadang, gue juga menyelipkan sebuah kode-kode rahasia untuk mas X, dengan harapan mas X minimal akan melihat dan membacanya.

Dan ternyata benar saja, mas mX akhirnya penasaran, atau mungkin lebih tepatnya risih.

“Kamu lagi suka sama seseorang?” tanya dia.

“Iya, tapi dianya enggak suka sama aku” balas gue secepat kilat.

“Kok kamu bisa tau kalau dia enggak suka sama kamu? Emang kamu udah nanya langsung ke orangnya?”

“Ya belum sih, cuma menurutku kayaknya enggak ada alasan buat dia suka sama aku..”

“Baiknya kamu pastiin dulu lah, jangan asal nebak, lagian menurutku, siapa sih yang nga suka sama kamu, kamu itu orangnya asik, nyenengin, diajak ngobrol juga nyambung..”

Pas baca kalimat itu, rasanya gue pengen nyeduh kopi G*od Day sambil naik paus terbang.

“kalau cantik mah enggak ya..? hehe”  deleted
 “Gitu ya?’ send
 
“Iya, Puti, coba aja kamu ngomong sama orangnya langsung, biar kamu enggak nebak-nebak sendiri dan penasaran sendiri juga. Apa mau aku bantuin buat ngomong? Siapa orangnya? Satu kampus?”

“Satu kelas, hehe”

“Wah, malah sekelas, yaudah siapa? Biar aku bantuin”

“Jangan deh, aku takut nanti kalau dia tau, dia ngiranya aku ngajak pacaran, terus karena dia engga suka sama aku, dia jadi ngarang banyak alasaan kayak misalnya ‘Maaf aku engga bisa jadi pacar kamu, aku belum boleh pacaran sama ibuku’ atau lebih parahnya lagi nanti dia bilang ‘maaf, aku enggak bisa pacaran sama kamu, karena sebenarnya aku adalah Ultraman’, kan ngeri, Mas. Nanti dianya malah jaga jarak lagi..”

“Hahaha, jadi tambah penasaran aku, siapa orangnya?”

“Mmm... beneran peasaran?”

“Iya…”

“Serius mau tau..?”

“Iya Puti…”

“Jangan kaget tapi, jangan diketawain juga..”

“Ya ampun ini anak… iya aku janji. Yaudah siapa?”

“Kamu….”

Selama 3.8 menit gue liat mas X masih mengetik... tapi balasannya tidak kunjung muncul juga di layar hp gue..

Memang benar rasanya seperti ada beban gue berkurang sedikit setelah gue mengetikan kata “kamu...” tetapi justru malah tergantikan oleh sebuah penyesalan.

Puti lupa kalau cinta sepihak akan berakhir apabila dinyatakan. Entah itu berakhir sesuai dengan harapan atau malah sebaliknya. 

Tapi karena ini cinta sepihak…

Ah, netijen mungkin sudah tau jawabannya.

17 Sep 2017

Puti dan Teman Geblek-nya vol. 2

Sesaat setelah gue membaca selembar KRS yang baru saja gue isi, gue seperti mendengar sebuah bisikan ghaib yang membuat bulu kuduk gue merinding.

“Puti, you have no power here…!”

Gue kira itu benar-benar suara makhluk halus, gue sempat takjub karena gue pikir, kok keren amat ya, hantu ngomongnya pake bahasa Inggris. Tapi untungnya gue cepat-cepat menyadari kalau ternyata itu adalah bisikan dari hati kecil gue sendiri.
Yha~ 

Selamat datang di semester baru.

Di mana di semester ini semuat mata kuliahnya adalah mata kuliah program. Entah harus sedih atau sedih banget malahan, ternyata pikiran tentang gue yang salah jurusan ini semakin gencar menghantui gue. 

Gue bingung sama diri gue sendiri, gue merasa hidup gue nggak match di dalam bidang apapun. Gue nggak tau gue suka apaan, selain suka drama Korea dan suka sama dia, tapi-dianya-engga.

Untungnya, gue masih punya alasan lain kenapa gue harus semangat berangkat kuliah. Alasan itu adalah, untuk bertemu dengan teman-teman gue.

Ciye Puti akhirnya punya temen juga.

Iya, ini mungkin konspirasi yang dibuat oleh alam semesta untuk gue. Di saat gue hampir menyerah untuk bisa berbaur dengan teman-teman perempuan gue di kelas, akhirnya Tuhan mengirimkan gue sekelompok orang yang... rasanya sulit gue deskripsikan dengat kata-kata.

Rasanya mereka bisa melengkapi ruang kosong di hidup gue. 

Kok jadi sok sedih, gini ya?

Padahal di bawah, gue mau beberin aib mereka semua.

HAHAHAHA

Berawal dari percakapan laknat antara gue, Meta, Musa dan Aji pada saat mata kuliah Bahasa Inggris sedang berlangsung.
“Banana is eaten by me…” kata dosen sambil menuliskannya di papan tulis

Gue : “ppppppfffftttttt, the big banana…” sambil nglirik Meta.

Meta : “Musa tuh suka banana yang big..”

Musa : “Bener, kan enak kalau yang big gitu..”

Gue : “Aji kamu mau nga dikasih big banana sama Musa?”

Aji : “Bayanginnya aja udah merinding…”

Gue, Meta, dan Musa saling tukar pandangan sambil nahan ketawa.

Semenjak saat itu lah gue tau kalau ternyata ada yang tidak beres dengan Aji dan Musa. Obrolan kita jadi meluas kesegala aspek yang tidak bisa gue bayangkan sebelumnya.

Gue nggak perlu jaga image buat berteman dengan mereka berdua. Gue bisa bebas ngomongin hal apa saja termasuk hal ‘jorok’ sekalipun (masih dalam batas wajar dan tidak melanggar norma kesopanan). Gue bisa pake jokes apa aja tanpa khawatir mereka akan sakit hati karena ucapan gue. Gue merasa menemukan kembaran-kembaran gue yang lain, yang sama sinting dan nggak beresnya.

Sumber : Pinteret
Jadi, beginilah kurang lebih dunia gue dan teman-teman gue; 

Aji dan Musa adalah sepasang suami istri. Mereka berdua sudah menikah ketika lebaran kemarin. Aji sebenernya akan di boyong ke Lampung supaya tinggal sama orang tuanya Musa. Tapi karena alasan masih kuliah, Aji memilih untuk tetap tinggal di Tangerang bersama Musa di satu petak kontrakan 3x4 meter. Mereka bilang sih, biar romantis.

Beberapa minggu setelah pernikahan mereka, akhirnya mereka di karuniai seorang Putra, atau mungkin Putri? Entahlah, anak itu baru bisa memilih gendernya ketika nanti sudah menginjak usia 30 tahun. Masalah gender ini agaknya memang cukup pelik bagi keluarga kecil  mereka. Terbukti ketika gue bertanya beberapa hal kepada Aji atau Musa.

“Kalian kalau lagi 'gitu', biasanya yang jadi cewe siapa?” tanya gue antusias.

“Batu kertas gunting dulu lah buat nentuin” Musa menjawab dengan mantap.

“Jadi yang kalah nanti di bawah…” tambah Aji.

Diambil dari nama Musa dan Aji, nama anak mereka yang baru saja menginjak 20 tahun adalah Pramusaji.

Gue sebenarnya agak kasian sama Pramusaji ini. Ya, gimana nggak kasian. Dia harus punya orang tua yang nggak jelas macem Aji sama Musa.

Masa iya, anak baru lahir udah disuruh kerja. Sementara bapaknya, si Musa, nganggur.

Nggak cuma itu, biar Musa dan Aji bisa bebas mau 'ngapain aja' di rumah, Pramusaji sering disuruh lembur kerja.

“Saya mah, mendingan lembur, teh, dari pada di rumah sama mereka dibius muluk, biar pingsan” Ujar Pramusaji dengan wajah sedihnya.

Benar-benar orang tua yang durhaka sama anaknya.

Belakangan juga baru ketahuan kalau ternyata proses pembuatan Pramusaji dilakukan di semak-semak. Gue nggak tau deh, kalau Pramusaji tahu tentang kebenaran ini, apakah dia akan tetap bertahan menjadi anak Aji dan Musa atau tidak.

Walaupun punya orang tua yang, katakanlah, bedebah, Pramusji masih bisa dibilang cukup beruntung, dia masih punya dua orang tante dan om yang tidak kalah bedebahnya juga.

INI BERUNTUNG DARI MANANYA, ASTAGA!! Jerit Pramusaji dalam hati

Melihat kondisi Pramusaji yang teramat sangat menderita itu, bahkan penderitaan bawang putih-pun masih belum apa-apa kalau dibandingkan dengan penderitaannya Pramusaji. Gue dan Meta akhirnya sepakat untuk menjadi tante angkatnya Pramusaji. Disusul oleh TB dan Mas Dani yang kemudian menjadi om angkatnya Pramusaji. 

Tugas kami berempat hanya satu, yaitu, mem-bully Aji dan Musa sampai kami di tegur dosen karena ribut terus.

Bhahaha

Beberapa waktu lalu, Aji sempat uring-uringan sama Musa. Setelah diselidiki, ternyata Musa memang telah berbuat salah kepada Aji.

Karena stress dan punya tekanan batin yang disebabkan oleh bully-an kami (om dan tantenya Pramusaji) yang selalu mengatai Musa sebagai orang tua yang tidak mau bertanggung jawab untuk menafkahi Aji dan pramusaji, Musa memutuskan untuk kembali bekerja lagi sebagai, cowok panggilan. 

Yap! Benar, Musa kembali lagi mangkal bersama dengan banci-banci Citra Raya.
Awalnya Aji tidak bisa menerima keputusan Musa itu, tapi karena diiming-imingi akan dibelikan lingering berenda warna pink, akhirnya Ajipun luluh.

Gue dan Meta memerankan Tante bedebah dengan sangat baik. Dimana ada kesempatan, pasti Aji dan Musa sudah kami bully habis-habisan. Kalau TB, dia bisa dikatakan lumayan jarang membully mereka berdua, tapi sekalinya udah niat, bisa bikin Aji sama Musa menyesal karena lahir ke dunia. Mas Dani? Hmmm, dia jarang banget memerankan om bedebah dengan baik dan benar. Masih dipertimbangkan apakah dia akan dipertahankan sebagai om yang bedebah atau akan diturunkan jabatannya sebagai tim hore saja.
Karena kami, khususnya gue dan Meta merasa belum puas jika hanya membully Aji dan Musa ketika di kampus saja, maka dari itu kamipun memutuskan untuk membuat sub-grup kelas di WhatsApp.

Kami merasa kami punya dunia sendiri, kami butuh wadah untuk menyalurkan aspirasi-aspirasi laknat kami, yang tidak mungkin kami tuangkan di dalam grup kelas, dan grup tersebut kami berinama “BANANA SWAG”.

Banyak percakapan-percakapan kami yang kadang tidak lulus sensor begitu saja di chat grup. Dan gue sama sekali nggak merasa risih. Padahal, dulu gue pernah left grup cuma gara-gara ada yang chat ‘jorok’, tapi dengan mereka, entah kenapa gue nggak merasa keberatan sama sekali.

Misalnya,

Ngomongin biji sampai ke pentil.

Pentil ban, maksudnya.




atau,



Membicarakan program hidup untuk masa depan.



yang mau booking Musa secara online, bisa cp ke gue ya...


Jadi gimana ya jelasinnya..

Setiap kali gue bertemu dengan mereka, gue merasa kalau gue masuk ke dimensi yang berbeda. Dimensi yang dipenuhi imajinasi-imajinasi yang sebenernya nggak berguna semacam itu, tapi justru bisa membuat gue lebih bersemangat lagi untuk menjalani hari-hari gue.

Sumber : Pinterest
Mungkin kalau teman-teman lain di kelas nggak sengaja denger apa yang kami bicarakan, mereka akan bilang kalau kami ini aneh.

Banyak banget percakapan-percakapan yang semakin hari rasanya semakin bertambah vulgar, banyak kata-kata kasar yang terlonta begitu saja, tapi justru bisa membuat kami jadi semakin mengenal satu sama lain.

Dan, yaa...
Harapan gue di semester baru ini semoga..

mmm apa ya?

Semoga mereka tidak merasa menyesal karena dipertemukan dengan orang macam gue.

Bonus;

Musa sang penakluk tante-tante.

kafer boy wannabe

Musa, Meta, Puti, Miskat (Pramusaji), dan Aji.

6 Agu 2017

That X

Saat itu, kuliah umum semester satu sedang berlangsung. Hari pertama dimana gue resmi menjadi seorang mahasiswa.

Ketika gue sedang khidmat-khidmatnya megamati calon-calon teman gue untuk kurang lebih 4 tahun ke depan, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang memanggil gue.

“Mbak, boleh minta tolong fotoin kita, nga?”

Setelah yakin “mbak” yang dimaksud adalah gue, guepun bersedia menyanggupi permintaan dari cowo tersebut.

“Oke, aku hitung ya… 1…2…” 

Ada jeda beberapa detik sebelum akhirnya gue menghitung sampai 3, ketika mata gue menangkap sosok yang lumayan menyita perhatian gue.

Gue hanya tersenyum dan,

“3….Oke sip!” lanjut gue.

“He is so tall and hansome as hell~”

Lagu mbak Tay-tay terngiang di kepala gue secara tiba-tiba.

***

Hari pertama kuliah, gue mencoba kembali mencari sosok itu, tapi sayangnya, gue tidak menemukannya. “Barangkali kita memang beda kelas” batin gue.

Waktupun terus berjalan sebagai mana mestinya.

Sesekali gue masih mencari dia ketika gue sedang di kampus.

Beberapa bulan setelah itu, ada salah seorang mahasiswa dari kelas lain, sebut saja namanya Budi, yang meminta untuk memasukan temannya ke grup WhatsApp kelas gue. Karena gue termasuk admin di grup kelas, maka tanpa banyak tanya guepun memasukan orang tersebut.

Dan kontak itu hanya gue beri nama C.

Alasan Budi meminta untuk memasukan temannya itu ke grup kelas, adalah, mereka berniat untuk ikut mata kuliah Agama di kelas gue, itu berarti mereka harus masuk ke kelompok di kelas gue juga.

Karena gue awalnya gue cuma kenal sama Budi, akhirnya gue meminta Budi saja yang masuk di kelompok gue, sementara itu si C gue sarankan untuk masukan ke kelompok lain.

Dulu, gue dan Meta lumayan sering bikin rusuh di grup WA kelas. Kita berdua benar-benar kritis sama apa yang teman-teman lain bahas di Grup.  Kebetulan, di kelas gue memang kebanyakan anak cowo-nya, makanya terkadang bahasaan mereka suka melenceng kemana-mana, dan itu membuat gue dan Meta gerah.

“Kalian itu mahasiswa, bukan orang-orang terminal!“ Kata gue dengan kesal.

Bukan cuma bahasan mereka di grup kelas yang kadang bikin gue merasa “ Ya Allah, ini kenapa gue dapet temen-temen model mereka sih?” ada juga segelintir anak-anak yang pm gue secara personal di WhatsApp.

“Puti, kamu orangnya yang mana sih?”

“Minta foto kamu dong, Put?”

“Ganti ava WA-nya dong, biar tau Puti yang mana?”

Baca chat dari mereka aja rasanya bikin gue pengen muntah beling.

Bukan apa-apa, hanya saja gue tidak mau dianggap melakukan perbuatan tidak menyenangkan dengan mengirim foto gue yang sebenarnya masuk kedalam kategori disturbing picture. Kan dosa jadinya.

Tapi, setelah gue install aplikasi byuti ples, barulah gue berani mengganti avatar WhatsApp dengan foto gue sendiri.

#dibakarmasal

“Oh jadi, ini yang namanya, Puti…” muncul notif chat dari C.

“-___________-”
***
 
“Puti…… Aku sekelompok loh sama mas X” pekik Meta girang

“Siapa?” Tanya gue.

“Itu loh, yang kamu ceritain pas dulu kuliah umum…” papar Meta

“Hah? Serius? Oh namanya X? dia yang dari kelasnya Budi itu? Astagaaa…”

“Tau gitu dia aja yang gue masukin kekelompok gue, bukan malah Budi” lanjut gue dalam hati.

***

Obrolan gue dan Meta-pun tentang mas X semakin menjadi-jadi.

“Ya Allah, Putiiii… dia itu cool bangettttt” Meta histeris

“Kan udah ku bilang dari awal juga, Ta. Aku suka sama dia at the first sight. Makanya aku sering nyari-nyari dia di kampus. Taunya malah satu kelompok sama kamu”

“Mueheheeh..” Meta tertawa puas.

***

“Mas X itu keren banget loh Put” Kata Meta sepulang kuliah setelah dia presentasi Agama

“Kenapa emang?” tanya gue penasaran.

“Kemaren dia ngga sempet ngumpul buat bahas presentasi tadi, tapi kamu liat sendiri kan? Dia bisa lancar gitu presentasinya… aaaahhhhkkkk” jelas Meta panjang lebar.

“Pilihanku emang ngga salah kan, Ta?”

“Ahhhh dia kesayangankuu~”

“Kesayanganku juga, Ta…” gue nggak mau ngalah

“Ah iya, Mas X kesayangan kita…” 

kata Meta sambil meluk-meluk gue. Dan akhirnya kita kayak orang lesbi yang lagi pacaran di jalan.

***

Gue merasa jadi orang bego se-desa Konoha. Gimana engak, hampir tiap kali ke kampus, gue berharap bisa papasan sama mas X, ternyata gue udah punya kontak WhatsAppnya dari lama. Lebih kampretnya lagi, gue pernah beberapa kali mengabaikan chat dari dia.

Penyesalan itu memang sama kayak mahasiswa, datangnya pasti selalu terlambat.

***

“Puti… tau nggak? katanya, mas X pindah ke kelas kita…”

“Seius, Ta?”

“Iya seriuss, besok liat aja di absen kelas B”

“Ah senangnyaaaa~”

Gue dan Meta pelukan lagi di jalan macem orang Lesbi jilid II.

***

Setelah memastikan beberapa kali, ternayata memang benar, mas X pindah ke kelas gue.

Akibat kepindahan si pemicu detak jantung gue itu #eaaak #silahkan muntah

Gue jadi tidak bisa berkonsentrasi dengan baik saat jam kuliah berlangsung. Rasa-rasanya leher gue ada auto muter ke belakang -nya buat ngeliat mas X.

Bukan cuma itu aja, gue dan  Meta sering histeris macam orang yang abis dapet uang kaget 10jt kalau mas X lewat di depan kita berdua.

***

Gue dengan cara gue, dan Meta dengan caranya sediri berhasil mengungkap sedikit identitas mas X itu.

“Dia kerja di KFC, Put”

“Iya, ternayta da lulusan tahun 2010 ya, Ta”

“Kirain seumuran, hehe, tapi kok nggak ketara gitu ya”

“Orang ganteng mah bebas, Ta”

“Dia suka basket tau, Put”

“Pantes aja tinggi gitu kayak galah..”

“hahahha” ketawa bareng tanpa pelukan.

“Dia ngekost di daerah Cikupa loh, Ta…”

“Udah tau..”

“Asem!”

“Semalem aku mo nembak dia, eh malah chatku dipotong gitu aja” aku Meta.

“W-W-What!! kampret bener kamu, Ta. Nyuri start duluan”

“Ya, abisan aku gregetan banget sama dia”
“Dia suka banget memutuskan chat dengan kata “Yaudah deh…”, iya kan?”

“Nah, iya tuh bener… hahahaha”

“Orang ganteng mah bebas, Ta”

***

“Aku nggak semangat nih?”

“Kenapa?” Tanya gue

“Mas X ngga masuk” jawab Meta

“Iya, sama, udah yuk pulang aja….” gue ikutan ngawur

***

“Puti…. Mas x ngajak belajar bareng” Kata Meta tiba-tiba.

Degggg

Ada perasaan lain yang gue rasakan saat Meta mengatakan itu. Gue nggak tau kenapa tiba-tiba dada gue sakit, padahal gue nggak punya penyakit asma.

Mungkinkah ini yang dinamakan dengan gejala awal penyakit asma?

#dibakarmasal(2)

Dari awal, gue tidak berencana untuk menjadikan mas X sebagai milik gue sendiri. Gue mau berbagi dengan Meta juga. Toh, kayak gitu aja udah bisa bikin gue seneng. Tapi kenapa tiba-tiba perasaan gue sakit pas Meta bilang kalau mas X mau belajar bareng sama Meta.

Gue mulai mencari tau tentang perasaan apa yang sebenarnya gue rasakan sama mas X itu. Gue masih nggak terima kalau gue ternyata bisa jatuh cinta semudah itu.

Oke, gue emang tipe orang yang gampang suka sama seseorang, tapi ya itu cuma sebatas suka, tanpa ada niatan buat memiliki. Contohnya, gue suka sama oppa-oppa Korea. (itu beda kasus woy!)

Ya intinya, gue nggak mau kalau harus marah sama temen sendiri cuma gara-gara hal remeh kayak gitu, apalagi masalah cowo.

Gue jauh lebih lama kenal sama Meta dari pada sama mas X.

Maka dari itu, untuk mengindari terjadinya konflik yang tidak gue inginkan, gue memilih untuk mengurangi bahasan tentang mas X dengan Meta.

Gue nggak tau Meta ngerasain hal yang sama kayak gue juga atau tidak. Gue juga nggak tau tingkat sukanya dia ke mas X seperti apa, apakah lebih besar dari gue, atau biasa saja.

Tapi terkadang, hati memang tidak pernah bisa seiya sekata dengan otak.

-To be Continue......

4 Jun 2017

Gawat! Jerawat Ternyata Bisa Membuat Puasa Makruh

Bagi gue, Ramadhan kali ini sedikit berbeda dari Ramadhan-Ramadhan sebelumnya. Alasannya, karena gue bisa ikut menjalankan puasa dari hari pertama, itu artinya, sudah bisa dipastikan gue juga bisa ikut menjalankan sholat idul Fitri setelah 4 tahun absen gara-gara, you know, lah.

Tapi ada hal lain juga yang membuat gue kecewa. Gue merasa kalau Ramadhan kali ini ibadah gue cenderung menurun. Biasanya gue rajin banget ikut sholat tarawih, tapi kali ini, gue sama sekali belum pernah ikut sholat tarawih. Kalau Ramadhan sebelumnya,  gue masih suka tadzarus, sekarang.. hmmmph :'( sedih ..

Semakin gue dewasa (re: tua) gue cenderung lebih susah untuk mengontrol diri gue sendiri. Termasuk dalam hal ibadah. Dulu mah boro-boro berani nunda sholat, kalau denger adzan terus gue ketauan masih asik di depan tv, kwhnya langsung di matiin sama almarhum nenek gue. 

Apalagi kalau lagi bulan puasa kayak gini, selain dituntut harus lebih rajin lagi ibadahnya, gue juga harus bisa meninggalkan hal-hal yang dianggap bisa membatalkan atau membuat makruh puasa. Misalnya, makan (INI MAKSUDNYA APAAN YA?!), ngupil, bersihin kuping, main di air, sikat gigi, bohong, marah, nangis, muntah, berdarah, ngomongin orang, deket-deket sama temen cowo, sampai nonton tv-pun dilarang. Pokoknya, gue bener-bener menjauhi hal-hal tersebut.

Makanya, gue memilih untuk banyakin tidur kalau siang. Biar pahala puasanya nggak rontok.

Ah~ gue jadi kangen dibawelin kayak dulu lagi. Sekarang baru kerasa, hidup kalau nggak ada yang nge-bawelin jadinya ya seenaknya gini.

Kayak kemarin nih, gue merasa ragu-ragu, apakah puasa gue diterima atau enggak. Semua ini gara-gara jerawat kampret yang hinggap di wajah manis gue ini (silahkan muntah)

Nah! Baru tau kan kalau ternyata jerawat bisa bikin puasa kita makruh.

Penasaran kenapa?

Ya, kalian juga (yang punya jerawat) harus hati-hati kalau nggak ingin bernasib sama kayak gue ini.
Jadi ceritanya gini…

Gue ngga tau kesalahan apa yang pernah gue lakukan di masa lalu, sehingga gue dikirimi dua jerawat sekaligus. Sebenarnya, gue udah nggak aneh sama yang namanya jerawat, malah bisa dikatakan kalau gue udah cukup bersahabat sama mereka.

Tapi kali ini berbeda, mereka tiba-tiba muncul dipermukaan wajah gue dengan ukuran jumbo, kira-kira mungkin sebesar kacang polong.

Oh ya, maaf, gue nggak bisa upload gambarnya, karena ini termasuk ke dalam kategori disturbing picture. Jadi kalau kalian mau bilang NO PICT = HOAX, mendingan langsung japri ke gue aja, nanti gue kirimin gambarnya.

Wqwqwqwqwq

Ya, kan siapa tau kalian nggak percaya.

Jerawat kampret ini sudah mewarnai hari-hari gue selama kurang lebih dua minggu. 
Parah bats kan?! 

Makanya, gue kemana-mena lebih memilih menggunakan masker. 

Gue nggak mau membuat orang-orang berdosa sama gue karena gue yakin, ketika mereka melihat apa yang methuthuk di wajah gue ini mereka akan langsung melontarkan kata-kata  yang….  Hhhh~
Ketika di kampus-pun, gue memilih untuk tidak membuka masker gue, bahkan ketika jam kuliah sedang berlangsung. 

Malah, sempat terlintas di fikiran gue untuk menggunakan cadar.

Hari demi hari berhasil gue lewati dengan penuh penderitaan (apalagi kalau cuci muka). Tak henti-hentinya gue berdo’a agar jerawat ini bisa segera kempes dan enyah selama-lamanya dari wajah gue.

Bukannya kempes, gue malah mendapatkan satu lagi kiriman jerawat jumbo yang tumbuh di tengah-tengah dua jerawat sebelumnya. Gue nggak ngerti deh, konspirasi macam apa yang sebenarnya sedang terjadi di diri gue ini.

Harapan untuk bisa buka bersama sama gebetanpun kandas.

Loh apa hubungannya?

Ya, gue mana berani lah nunjukin komuk gue di depan gebetan , apalagi pas buka puasa, yang ada dia bakalan mual-mual duluan. Bukannya kenyang makan, malah masuk rumah sakit. Kan repot.

Duh ilaahh, ekspektasi lu diajak buka bersama sama gebetan. Pertanyaannya, emang punya gebetan?

Hehe, ini kenapa jadi bahas gebetan ya?
oke, balik lagi ke masalah jerawat.

Karena mereka sekarang bertiga, kayaknya nggak ada salahnya kalau gue menamai mereka dengan nama, acne triplet (diambil dari nama song triplet) MAKSA BANGET ANJIR!

Hari ini, seperti biasa, gue akan menyembunyikan jerawat-jerawat gue ini di balik masker. Setelah 3.8 menit gue ngorek-ngorek laci lemari, ternyata gue tidak menemukan satupun masker.  Ada sih, tapi itu masker bekas kemarin, yang aromanya sudah sedikit berubah. Gue yakin, sudah banyak bakteri juga yang menghuni masker tersebut. Kalau tetep nekat gue pakai, bisa-bisa, jerawat gue mengeluarkan jurus kagebunshin no jutsu lagi. Kan ngeri.

Ditengah semua keputusasaan itu, akhirnya gue mendapatkan sebuah ide dari bang ChanYeol di salah satu music videonya yang judulnya LOTTO.

Penampakan Chanyeol Exo
Hansaplast!
Ya, gue bisa menutupi mereka dengan hansaplast. Pikir gue.
 
Ternyata, gue lumayan cukup kere, gue juga nggak punya hansaplast.

Untungnya gue cerdas!

Walaupun gue nggak punya hansaplast, gue masih punya tetangga.

Oke, gue harus minta hansaplast ke tetangga.

Guepun bergegas menuju ke rumah tetangga sebelah.

“Ibu, maaf, punya hansaplast…” kata gue to the point setelah sampai di depan pintu rumahnya.

Kebetulan, pintu rumah si ibu itu sedang terbuka.

Dia menatap gue sebentar..
Sedetik..
Dua detik..
Tiga detik..
Si ibu malah tertidur.

YA ELAH, GUE NGGAK LAGI NGE-HIPNOTIS KELEUS!

“Sebentar… “ jawab si ibu sambil melangkah masuk kedalam rumahnya.

“Hansaplast biasa kan? mau berapa?” terdengar si ibu sedikit berteriak dari dalam.

“Satu aja bu, cukup kok…”

Si ibupun keluar membawa satu buah hansaplast.

“Perlu alkohol ngga?” tanya si ibu yang sekarang mimik mukanya berubah menjadi sedikit khawatir.

“Nggak usah bu, cuma luka sedikit doang kok..” gue berusaha menolak karena bingung.

Tepatnya gue bingung, mau jujur atau lebih baik bohong perihal kegunaan si hansaplast tersebut.

“Beneran?..” si ibu itu memastikan lagi

“Kecil banget kok lukanya…” gue meyakinkan

“Abis ngapain emang? Keiris piso?” si ibu makin kepo.

“Mmm… kejepit.. hmmmm kegores lemari. Iya, tadi lagi beres- beres, terus nggak sengaja tangannya kegores sama… Apa ya tadi, nggak tau kayu atau paku gitu…”

BENAR SEKALI!!! Akhirnya gue memutuskan untuk berbohong di bulan suci Ramadhan ini. tidak tanggung-tanggung, kali ini gue berani membohongi orang tua.

Ya lagian, si ibu pake tanya-tanya segala. Yakali gue mau bilang.

“Ini loh bu, buat nutupin jerawat…” kan aneh.

Setelah si ibu itu memberikan hansaplast, tanpa berlama-lama lagi gue langsung balik ke kontrakan gue.

Pilihan gue buat minta hansaplast kayaknya adalah kesalahan besar yang gue lakukan. Sarusnya gue beli aja dari pada harus bohong segala dan bikin puasa gue makruh.

Setelah memasang hansaplast itu di wajah gue, tiba-tiba terdengar seseorang mengetuk pintu.

“Put… Put …”
Ternyata itu suara si ibu tadi.

Gue buru-buru melepaskan hansaplast yang sudah gue tempel di wajah gue tadi.

“Kenapa bu ? ” tanya gue setelah membukakan pintu

“Ini….” kata si ibu sambil menunjukan sesuatu dia bawa di tanggannya.

Tau apa yang si ibu itu bawa?
Ternyata si ibu bawa, alkohol, kain kasa, betadine, dan plester satu roll.

Gue hampir nggak percaya sam apa yang gue lihat.

“Ayo Puti… berfikiiirrr…. Ayooo beri alasan yang masuk akal..” ucap gue dalam hati

“Ya ampun ibu… jadi ngerepotin. Lukanya cuma dikit doang kok.. beneran…”

Gue memikirkan banyak kemungkinan setelah gue mengucapkan kalimat barusan. Salah satu kemungkinan yang terburuk adalah; gimana nanti kalau si ibu terusan nanya “Mana coba liat lukanya?”

Gue nggak tau lagi deh bakalan ngasih tau alesan apa lagi. Atau mungkin aja gue bakalan jawab jujur, kalau hansaplast itu gue pake buat nutupin jerawat. Tapi nanti dia bakalan tau kalau gue udah bohongin dia.

Ya Allah, nggak lagi-lagi deh gue bohongin ibu-ibu yang tingkat kekhawatirannya di atas-rata ibu-ibu pada umumnya.

Eh, tapi kayaknya semua ibu emang gitu si yah? Gampang paniq, gampang khawatir.

Dia menatap gue sebentar.
Gue membalasnya dengan senyuman yang meyakinkan kalau gue benar-benar baik-baik saja.

“Yaudah kalau gitu, nanti bilang aja ya kalau butuh sesuatu lagi…” kata si ibu sambil pergi meninggalkan gue.

Fyuuuh….
 Untung aja ~

Gue langsung menutup pintu. Memasang kembali hansaplast di wajah gue. Dan buru-buru berangkat ke kampus, sebelum si ibu berubah fikiran lagi. Bisa-bisa dia balik lagi dan menawarkan gue sesuatu di luar dugaan gue lagi, seperti ; “Perlu ibu panggilkan ambulance?”

Lagi-lagi gue membuat wrong decision, karena nekat menempel hansaplast di wajah manis gue ini. benar saja, sesampainya di kampus, gue malah jadi pusat perhatian mahasiswa lain, tanpa terkecuali dosen gue.

“Puti, itu kenapa mukanya kok di pake-in hansaplast?”

“Abis duel sama begal, pak” jawab gue asal.

“Bohong, itu pasti jerawat ya?...”

“…..”

“Jerawat kan?”

“…..”

“ Iya kan…?”

Ingin marah, tapi inget kalau lagi puasa..

bonus :
Penampakan Suami masa depan gue, dan gue.
Reaksi pembaca :


Ya, begitulah~ 
Gara-gara jerawat setitik, makruh puasa seharian.

Sedikit saran dari gue,  supaya pahala puasa kalian tetep aman selama bulan puasa walaupun kalian jerawatan adalah ;

1. Belilah masker sebanyak-banyaknya.
2. Usahakan jangan sampai jerawatan.

Udah gitu doang.

***

Nih, hadist yang mengatakan hukum berbohong di bulan puasa :

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903)

***



28 Mei 2017

Minta Ganti tanggal Lahir

“Mah, dulu mamah nikah umur berapa?” Tanya gue tiba-tiba di salah satu percakapan telpon dengan ibu gue.

“Mmmm… berapa ya? Kayaknya 20 tahun deh” jawab ibu gue sedikit ragu-ragu.

“Berarti pas mamah umur 22 tahun, anak mamah udah bisa jalan ya?” tanya gue lagi.

“Iya, udah bisa makan sendiri malah.. hahaha”

“….”

Hening sesaat

“Put…” terdengar ibu gue memanggil nama gue dan membuyarkan lamunan gue.

“Mah, anakmu udah gagal nih… hahha”

“Loh? Gagal gimana?” tanya ibu gue heran.

“Lha wong mamah umur 20 tahun udah nikah, umur 22 anaknya udah bisa jalan. Lah aku? Jangankan punya anak, calaon bapaknya aja nggak tau siapa ” papar gue.

“Kirain gagal kenapa. Put, emang kamu kira rumah tangga itu enak? Masih muda kok pikirannya sempit gitu. katanya mau ngejar cita-cita dulu………”

Setelah mendapat siraman rohani selama kurang lebih setengah jam, gue memutuskan untuk menyudahi obrolan gue di telpon dengan ibu gue.

Gue merenung sejenak.

Lucu juga, kenapa tiba-tiba gue menanyakan hal itu. Padahal rasanya baru kemarin gue mengolok-ngolok seorang teman dengan kata-kata “Ngomongin nikah mulu sih, bosen dengernya”,ternyata sekarang gue sedang di posisi itu.

ternyata ini yang dinamakan kemakan omongan sendiri.

Sebenernya gue juga belum mau mikir jauh-jauh, sampai masalah nikah segala. Cuma kayaknya, alam bawah sadar gue udah terhipnotis dengan sendririnya sama lingkungan di sekitar gue, baik itu lingkungan dunia nyata maupun dunia maya.

Sebentar-sebentar, dapet undangan, pas buka medsos, liat temen-temen di kampung udah pada gendong anak semua.
Kalau dibilang iri, kayaknya bukan iri juga deh. Terus perasaan apa dong ini namanya?

Perasaan pengin nikah?

Hah!
Asem bener!

Pantesan teteh Taylor Swift bikin lagu yang judulnya 22, ternyata sensasi berumur 22 tahun ini seperti ini yah.

Betewe, hari ini, tanggal 28 May 2017 gue resmi berumur 22 tahun, loh..

Sebenenrnya belum sih, soalnya gue lahir jam 8 malem. Jadi masih beberapa jam lagi baru gue bener-bener resmi berumur 22 tahun.

Orang yang pertama kali ngucapin selamat ulang tahun ke gue adalah, diri gue sendiri.

Yang kedua adalah, bukalapak.


Yang ketiga adalah, admin Indo Hadiah.

Wohooo ^^


Yawla, gini amat hidup gue..

Gue bukan tipe orang yang suka sama hal-hal kayak : diucapin selamat ulang tahun, atau ngucapin ulang tahun sambil cipika-cipiki, dikasih kue tart sambil tiup lilin, atau sebaliknya, ngasih kue tart ke orang lain. 
Gue bukan orang yang pinter sama hal-hal macem itu.

Gue kadang suka mikir 'Kok gue nggak bisa ya foto-foto kayak yang lain pas mereka ulang tahun, terus di upload di sosmed, seru aja gitu keliatannya'

lain halnya sama gue, setelah gue ngasih kue tart atau dikasih, biasanya ada jeda sebentar, terus gue nanya;

“Ini terus mau ngapain lagi?”

“Udah, makan sepotong, abis itu lanjut tidur” Kata temen gue.

“Nggak difoto dulu nih?” tanya temen gue yang lain

“Nggak lah, ngantuk…” jawab gue

Iya, gue emang sedatar itu.

Bahkan biasanya, sebulan sebelum gue ualng tahun, gue udah berpesan sama temen kos gue.
“Pokoknya, tidak ada kue tart diantara kita..”

Tapi tetep aja, meskipun gue udah bilang gitu sama mereka, pasti gue tetep dapet kue tart. Kan gue bingung, abis tiup lilin mau ngapain. Hvft

Terlepas dari itu semua, ada sesuatu yang tidak pernah gue lewatkan ketika gue sedang ulang tahun, yaitu, insomnia. Gue juga nggak ngerti kenapa, setiap tanggal 27 Mei malam, gue pasti nggak bisa tidur, gelisah, ngak tau mikirin apa, ngarep dikasih surprice malem-malem

Kayak sekarang ini nih, gue bangun kesiangan gara-gara abis sahur gue malah tidur lagi. Untung tempat kerja gue cuma di belakang kosan gue, jadi gue bisa pake baju sambil jalan ke tempat kerja.

Gue bersyukur karena saat ini gue lagi… ehmmm apa yah namanya? Kata yang lebih manusiawi dari jomblo apaan ya?
 Ya itu lah pokonya, gue jadi nggak harus bingung nunjukin ekspresi apa pas dikasih surprise sama pacar gue. Mau nangis, tapi nggak sedih, mau terkejut, tapi kok nggak bisa, mau nunjukin ekspresi ‘soooo sweet banget siiih kamuuu thayaaang’ boro-boro.

Ini adalah 28 Mei yang ke 22 kalinya bagi gue. 28 Mei kali ini adalah 28 Mei yang sangat tenang dan membahagiakan, meskipun yang ngucapin cuma bukalapak sama admin indo-hadiah.

Kenapa gue bilang seperti itu, karena dari SMK, gue tidak pernah merasa tenang ketika gue ulang tahun. Mungkin itu adalah awal mula penyebab kenapa gue selalu insomnia ketika malam sebelum gue ulang tahun. Karena gue memikirkan nasib gue di sekolah besoknya.

Entah dari mana tradisi nyeplokin-telor-ke-temen-yang-ulang-tahun itu bemula, yang jelas, gue juga ikut terseret kedalam tradisi lucknut tersebut.

28 Mei 2011
Gue sukses jadi bantar gebang berjalan.

Pertama, gue disiram air satu jembangan besar. Lalu di lempari telor sampai kepala gue pusing. Dilanjut lagi dengan disiram air es, kemudian dibaluri denga tepung terigu. Belum puas sampai disitu, saku di baju dan rok gue diisi dengan pasir-pasir yang ada dipinggir jalan.

Gue cuma bisa pasrah, mengingat sebelumnya gue juga melakukan hal yang sama ke teman gue yang lain.

Cobaan terbesar gue selanjutnya adalah, dengan kondisi seperti itu, gue harus pulang ke rumah naik bus. Bisa dibayangkan, di sepanjang perjalanan, ada berapa banyak orang yang tersiksa karena mencium aroma tubuh gue yang sangat dahsyat itu.

28 Mei 2012
Kejadiannya hampir sama dengan kejadian tahun lalu. Hanya saja, kali ini gue berhasil melarikan diri, walaupun akhirnya ketangkep juga. Dan yaaahh… jadi bantar gebang berjalan lagi.

28 Mei 2013
Tidak ada aksi bajong-membajong saat itu, karena kebetulan hari itu adalah hari dimana gue resmi pergi merantau. Teman-teman gue yang biasnya ngerjain gue juga tidak ada satupun yang mengucapkan selamat ulang tahun untuk gue. 

Ya, tepatnya mereka sedang marah sama gue.

Jangankan ucapan selamat ulang tahun, ucapan selamat tinggal saja, sama sekali tidak gue dapatkan. 

Sedih sih, tapi gue mungkin pantes didiemin sama mereka karena gue memang salah.
Mereka pantes kecewa karena gue lebih milih ikut konvoi kelulusan sekolah ketimbang menghabiskan waktu terakhir di SMK bersama mereka. Makannya, cuma gue doang yang nggak punya foto perpisahan sama temen-temen sekelas gue.

Puti nakal sih abisan.

28 Mei 2014
Ahirnya gue merasakan rasanya dikasih surprise sama pacar, ya walaupun, seperti yang udah gue jelaskan tadi, gue bingung mau ngapain setelahnya,

Jam 12 malem, pintu kosan gue digedor-gedor kenceng banget. Gue nggak kaget sama sekali, karena gue udah tau rencana si pacar dan beberapa temen gue itu. Gue tetep tidur dan nggak mau bukain pintu.

15 menit berlalu, dengan segala bujuk rayu mereka, akhirnya gue mau membukakan pintu. Ditambah, gue juga nggak enak sama tetangga-tetangga, karena mereka berisik banget tengah malem.

“Ngapain sih? Nggak lucu banget tau..” bentak gue sama si pacar

'Loh kok gue malah marah? Yaudahlah bodo amat' pikir gue.

28 Mei 2015
“Maaf ya, aku nggak bisa bikin kamu bahagia, kayaknya kita mendingan temenan aja…”
Glek..

“Putus?” tanya gue meminta kejelasan

Dia cuma tersenyum.

28 Mei 2016

28 Mei 2017
Gue kesiangan dan masuk kerja tanpa mandi.

Ha-ha-ha
Ha-ha-ha-ha
Makkk, anakmu gini amat nasibnya, tiap kali ulang tahun malah apes mulu. Boleh nggak kalau anakmu ini minta ganti tanggal lahir aja, mak?

Aku Adalah

Puti Andini

Pengabdi Wifi Telkom...

Bagian dari

Your Lucky Number

Kategori