6 Agu 2017

That X

Saat itu, kuliah umum semester satu sedang berlangsung. Hari pertama dimana gue resmi menjadi seorang mahasiswa.

Ketika gue sedang khidmat-khidmatnya megamati calon-calon teman gue untuk kurang lebih 4 tahun ke depan, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang memanggil gue.

“Mbak, boleh minta tolong fotoin kita, nga?”

Setelah yakin “mbak” yang dimaksud adalah gue, guepun bersedia menyanggupi permintaan dari cowo tersebut.

“Oke, aku hitung ya… 1…2…” 

Ada jeda beberapa detik sebelum akhirnya gue menghitung sampai 3, ketika mata gue menangkap sosok yang lumayan menyita perhatian gue.

Gue hanya tersenyum dan,

“3….Oke sip!” lanjut gue.

“He is so tall and hansome as hell~”

Lagu mbak Tay-tay terngiang di kepala gue secara tiba-tiba.

***

Hari pertama kuliah, gue mencoba kembali mencari sosok itu, tapi sayangnya, gue tidak menemukannya. “Barangkali kita memang beda kelas” batin gue.

Waktupun terus berjalan sebagai mana mestinya.

Sesekali gue masih mencari dia ketika gue sedang di kampus.

Beberapa bulan setelah itu, ada salah seorang mahasiswa dari kelas lain, sebut saja namanya Budi, yang meminta untuk memasukan temannya ke grup WhatsApp kelas gue. Karena gue termasuk admin di grup kelas, maka tanpa banyak tanya guepun memasukan orang tersebut.

Dan kontak itu hanya gue beri nama C.

Alasan Budi meminta untuk memasukan temannya itu ke grup kelas, adalah, mereka berniat untuk ikut mata kuliah Agama di kelas gue, itu berarti mereka harus masuk ke kelompok di kelas gue juga.

Karena gue awalnya gue cuma kenal sama Budi, akhirnya gue meminta Budi saja yang masuk di kelompok gue, sementara itu si C gue sarankan untuk masukan ke kelompok lain.

Dulu, gue dan Meta lumayan sering bikin rusuh di grup WA kelas. Kita berdua benar-benar kritis sama apa yang teman-teman lain bahas di Grup.  Kebetulan, di kelas gue memang kebanyakan anak cowo-nya, makanya terkadang bahasaan mereka suka melenceng kemana-mana, dan itu membuat gue dan Meta gerah.

“Kalian itu mahasiswa, bukan orang-orang terminal!“ Kata gue dengan kesal.

Bukan cuma bahasan mereka di grup kelas yang kadang bikin gue merasa “ Ya Allah, ini kenapa gue dapet temen-temen model mereka sih?” ada juga segelintir anak-anak yang pm gue secara personal di WhatsApp.

“Puti, kamu orangnya yang mana sih?”

“Minta foto kamu dong, Put?”

“Ganti ava WA-nya dong, biar tau Puti yang mana?”

Baca chat dari mereka aja rasanya bikin gue pengen muntah beling.

Bukan apa-apa, hanya saja gue tidak mau dianggap melakukan perbuatan tidak menyenangkan dengan mengirim foto gue yang sebenarnya masuk kedalam kategori disturbing picture. Kan dosa jadinya.

Tapi, setelah gue install aplikasi byuti ples, barulah gue berani mengganti avatar WhatsApp dengan foto gue sendiri.

#dibakarmasal

“Oh jadi, ini yang namanya, Puti…” muncul notif chat dari C.

“-___________-”
***
 
“Puti…… Aku sekelompok loh sama mas X” pekik Meta girang

“Siapa?” Tanya gue.

“Itu loh, yang kamu ceritain pas dulu kuliah umum…” papar Meta

“Hah? Serius? Oh namanya X? dia yang dari kelasnya Budi itu? Astagaaa…”

“Tau gitu dia aja yang gue masukin kekelompok gue, bukan malah Budi” lanjut gue dalam hati.

***

Obrolan gue dan Meta-pun tentang mas X semakin menjadi-jadi.

“Ya Allah, Putiiii… dia itu cool bangettttt” Meta histeris

“Kan udah ku bilang dari awal juga, Ta. Aku suka sama dia at the first sight. Makanya aku sering nyari-nyari dia di kampus. Taunya malah satu kelompok sama kamu”

“Mueheheeh..” Meta tertawa puas.

***

“Mas X itu keren banget loh Put” Kata Meta sepulang kuliah setelah dia presentasi Agama

“Kenapa emang?” tanya gue penasaran.

“Kemaren dia ngga sempet ngumpul buat bahas presentasi tadi, tapi kamu liat sendiri kan? Dia bisa lancar gitu presentasinya… aaaahhhhkkkk” jelas Meta panjang lebar.

“Pilihanku emang ngga salah kan, Ta?”

“Ahhhh dia kesayangankuu~”

“Kesayanganku juga, Ta…” gue nggak mau ngalah

“Ah iya, Mas X kesayangan kita…” 

kata Meta sambil meluk-meluk gue. Dan akhirnya kita kayak orang lesbi yang lagi pacaran di jalan.

***

Gue merasa jadi orang bego se-desa Konoha. Gimana engak, hampir tiap kali ke kampus, gue berharap bisa papasan sama mas X, ternyata gue udah punya kontak WhatsAppnya dari lama. Lebih kampretnya lagi, gue pernah beberapa kali mengabaikan chat dari dia.

Penyesalan itu memang sama kayak mahasiswa, datangnya pasti selalu terlambat.

***

“Puti… tau nggak? katanya, mas X pindah ke kelas kita…”

“Seius, Ta?”

“Iya seriuss, besok liat aja di absen kelas B”

“Ah senangnyaaaa~”

Gue dan Meta pelukan lagi di jalan macem orang Lesbi jilid II.

***

Setelah memastikan beberapa kali, ternayata memang benar, mas X pindah ke kelas gue.

Akibat kepindahan si pemicu detak jantung gue itu #eaaak #silahkan muntah

Gue jadi tidak bisa berkonsentrasi dengan baik saat jam kuliah berlangsung. Rasa-rasanya leher gue ada auto muter ke belakang -nya buat ngeliat mas X.

Bukan cuma itu aja, gue dan  Meta sering histeris macam orang yang abis dapet uang kaget 10jt kalau mas X lewat di depan kita berdua.

***

Gue dengan cara gue, dan Meta dengan caranya sediri berhasil mengungkap sedikit identitas mas X itu.

“Dia kerja di KFC, Put”

“Iya, ternayta da lulusan tahun 2010 ya, Ta”

“Kirain seumuran, hehe, tapi kok nggak ketara gitu ya”

“Orang ganteng mah bebas, Ta”

“Dia suka basket tau, Put”

“Pantes aja tinggi gitu kayak galah..”

“hahahha” ketawa bareng tanpa pelukan.

“Dia ngekost di daerah Cikupa loh, Ta…”

“Udah tau..”

“Asem!”

“Semalem aku mo nembak dia, eh malah chatku dipotong gitu aja” aku Meta.

“W-W-What!! kampret bener kamu, Ta. Nyuri start duluan”

“Ya, abisan aku gregetan banget sama dia”
“Dia suka banget memutuskan chat dengan kata “Yaudah deh…”, iya kan?”

“Nah, iya tuh bener… hahahaha”

“Orang ganteng mah bebas, Ta”

***

“Aku nggak semangat nih?”

“Kenapa?” Tanya gue

“Mas X ngga masuk” jawab Meta

“Iya, sama, udah yuk pulang aja….” gue ikutan ngawur

***

“Puti…. Mas x ngajak belajar bareng” Kata Meta tiba-tiba.

Degggg

Ada perasaan lain yang gue rasakan saat Meta mengatakan itu. Gue nggak tau kenapa tiba-tiba dada gue sakit, padahal gue nggak punya penyakit asma.

Mungkinkah ini yang dinamakan dengan gejala awal penyakit asma?

#dibakarmasal(2)

Dari awal, gue tidak berencana untuk menjadikan mas X sebagai milik gue sendiri. Gue mau berbagi dengan Meta juga. Toh, kayak gitu aja udah bisa bikin gue seneng. Tapi kenapa tiba-tiba perasaan gue sakit pas Meta bilang kalau mas X mau belajar bareng sama Meta.

Gue mulai mencari tau tentang perasaan apa yang sebenarnya gue rasakan sama mas X itu. Gue masih nggak terima kalau gue ternyata bisa jatuh cinta semudah itu.

Oke, gue emang tipe orang yang gampang suka sama seseorang, tapi ya itu cuma sebatas suka, tanpa ada niatan buat memiliki. Contohnya, gue suka sama oppa-oppa Korea. (itu beda kasus woy!)

Ya intinya, gue nggak mau kalau harus marah sama temen sendiri cuma gara-gara hal remeh kayak gitu, apalagi masalah cowo.

Gue jauh lebih lama kenal sama Meta dari pada sama mas X.

Maka dari itu, untuk mengindari terjadinya konflik yang tidak gue inginkan, gue memilih untuk mengurangi bahasan tentang mas X dengan Meta.

Gue nggak tau Meta ngerasain hal yang sama kayak gue juga atau tidak. Gue juga nggak tau tingkat sukanya dia ke mas X seperti apa, apakah lebih besar dari gue, atau biasa saja.

Tapi terkadang, hati memang tidak pernah bisa seiya sekata dengan otak.

-To be Continue......

Aku Adalah

Puti Andini

Pengabdi Wifi Telkom...

Bagian dari

Your Lucky Number

Kategori