30 Apr 2017

When You Try Your Best But You Don't Succeed

“Gue merasa kalau hal-hal baik, jarang sekali menimpa gue..”


Lagi-lagi pemikiran seperti itu muncul di benak gue yang justru malah membuat gue terlihat menjadi seseorang yang kurang bersyukur.

Tapi, ya bukan berarti gue selalu ditimpa sama hal-hal buruk juga sih, gue merasa kalau semua hal yang gue alami itu cuma hal-hal biasa doang. Jarang banget rasanya ada keajaiban yang tiba-tiba terjadi di kehidupan gue ini. Semuanya kayak…. datar aja … mirip dada gue.

Seperti kejadian yang baru saja gue alami ini.

Hari Jum’at kemarin, disela-sela jam kerja, tiba-tiba Fitroh datang menghampiri gue.

“Puti, kamu mau daftar beasiswa PPA nga?” tanya Fitroh kemudian.

“Oh? Udah ada pengumumannya?” Jawab gue dengan nada yang dibiasa-biasain.

Jujur saja, sebenernya pas gue denger kabar itu, gue girang bukan main. Gue udah nunggu kapan beasiswa PPA itu bakalan ada lagi. Gue sering bolak-balik nanya ke kajur sampai kajurnya mungkin gedek sama gue.

“Kamu rajin-rajin cek mading aja. Saya bosen tiap kali ketemu kamu pasti yang ditanyain beasiswa, sekali-kali kamu tanyain saya udah makan apa belum, pasti saya bakalan langsung jawab.. ”

Mueheheheh

Ketauan deh kalau gue ternyata ngebet banget buat dapet beasiswa.

Ya mau gimana lagi, lagian siapa sih yang nggak mau dapet beasiswa?
Gue juga nggak punya pilihan lain selain ngejar beasiswa supaya (seenggaknya) budget unruk makan bisa aman karena nggak dipake buat bayaran. Masa iya gue harus minta sama OM? Omprengan?   
Hvft.

Selain beasiswa PPA yang gue tunggu-tunggu itu, ada juga beasiswa dari yayasan yang mempunyai  perannya sama dengan beasiswa pada umumnya, yaitu digunakan untuk meringankan beban siswa. Hanya saja dari awal gue udah yakin kalau gue nggak bakalan bisa dapetin beasiswa dari yayasan itu.

Kenapa?

*tjie kepo

Alasannya, karena beasiswa dari yayasan akan diberikan secara otomatis kepada mahasiswa/i yang mempunyai IPK tertinggi di kelas, dan ya, IPK gue belum memenuhi atau bahkan tidak memenuhi persyaratan itu

Sementara itu, peryaratan utama untuk mendaftar beasiswa PPA adalah IPK minimal 3,0, maka dari itu gue merasa lebih percaya diri untuk mencobanya.

Setelah gue pulang kerja, gue memutuskan untuk ke kampus.
Harus Berangkat gasik pokoknya.. batin gue.

Sesampainya di kampus, gue mencoba untuk bertanya langsung ke kajur (lagi). Setelah melihat poin-poin persyaratan untuk pendaftaran beasiswa itu, gue optimis kalau gue bisa mengumpulkannya dalam tempo waktu yang sesingkat-singkatnya.

Oh iya, gue belum bilang ya. Jadi, pengumuman itu di pasang hari Kamis malam tanggal 27 April, dan semua berkas untuk persyaratan pendaftaran beasiswa itu adalah hari Selasa tanggal 2 Mei.

Sengaja banget ya waktunya di mepet-mepetin.

Harusnya dengan waktu kurang lebih 5 hari itu nggak jadi masalah sih, kalau saja nggak kepotong sama hari Minggu dan tanggal merah.

Hvft (2).

Ya, ini ada….
Ini bisa….
hmmm.. ok…
Iyaa…
Gampang…

Gue melingkari setiap poin persyaratan yang menurut gue bisa gue penuhi.

“Pasti dapet, Put. Yang penting mau repot sedikit..” kata-kata dari Fitroh itu selalu terngiang-ngiang di telinga gue.

Yaaah, semuanya memang harus ada pengorbanannya…

Lalu gue kembali melihat lagi poin-poin persyaratan itu, ternyata ada beberapa yang belum gue lingkari.

Persyaratan yang seharusnya menjadi persyaratan yang paling, yaitu fotocopy kartu mahasiswa, print out data dari Forlap Dikti, data nilai sementara (DNS) dan surat keterang dari senat.

Perasaan gue mulai nggak enak ketika gue liat kilatan mata Kajur.

“Ada apa lagi?” tanya beliau.

Tau aja kalu gue mau nanya lagi.
 
“Gini bu, ada beberapa persyartan yang saya belum punya, masalahnya, itu diluar kemampuan saya”

“Loh? Maksudnya gimana?”

“Yang pertama, untuk Kartu Mahasiswa. Saya kan belum dapet bu. terus yang kedua, soal data saya di Forlap Dikti, sudah saya cek, dan sepertinya data saya belum diinput…”

“Ya berarti kamu nggak bisa ngajuin dong? Kita nggak bisa masukin berkasmu kalau datamu nggak ada di Forlap”

Gue diem, nunduk, liatin kaki gue yang cemong. Teringat beberapa jam yang lalu gue harus jalan kaki lumayan jauh ke kampus karena kejebak macet.

Puti, pasukan wani kesel

Data gue belum ada di Forlap. Salah gue, gitu? Salah temen-temen gue, gitu?

“Terus gimana dong, bu?” tanya gue meminta solusi

“Kalau untuk kartu mahasiswa masih bisa saya urusin, nanti kamu minta ke FO supaya dibuatkan kartu mahasiswa sementara. Nah, Forlapnya itu yang nggak bisa.”
“Kamu yakin udah ngecek di web? Nggak ada? Si xxx itu saya cek udah masuk kok, dia juga satu angkatan sama kamu. 2016 kan?”

Untuk memastikan ucapan gue tersebut, kami berdua akhirnya sama-sama mengecek langsung di web Dikti.

“Oh, iya nggak ada. Kok bisa yah? Berkasmu waktu pendaftaran belum lengkap barangkali, makanya nggak di input sama pihak kampus”

Ampun deh, di-su’udzon muluuuuk…

Beliau kemudian menyarankan gue untuk menemui seseorang yang bertugas menginput data mahasiswa di Forlap. Tanpa banyak tanya lagi gue pun bergegas mencari orang yang dimaksud tersebut.

“Oh iya, saya memang baru input sampai nomor 268, selebihnya memang belum saya input..” tutur beliau.

“Terus saya gimana, Pak? Bapak bisa usahain input data saya dulu nggak?” pinta gue dengan muka yang agak memble.

“Iya, nanti saya coba. Yang penting kamu kumpulin dulu berkas yang lain. Lengkapin semua, jangan sampai nggak jadi ngajuin gara-gara ini”

Gue akhirnya mengiyakan saran beliau.

Tinggal kartu mahasiswa…

Guepun mendatangi bagian FO dan meminta untuk dibuatkan kartu mahasiswa sementara.

“Nanti jam 7 malem kamu kesini lagi. Sebentar juga jadi kok” kata salah satu staffnya.

Lagi-lagi gue mengiakan dan percaya begitu saja.

Hari itu gue memang ada jadwal kuliah jam 8 malam. Tapi gue berinisiatif untuk masuk ke kelas lain (yang jam 7) supaya bisa pulang lebih awal.

Kalau jam 8 ngambil kayaknya masih keburu deh… pikir gue.

“Waduh, belum saya buatkan mba.. gimana kalau besok saja mbak kesini lagi? Sorean sekitar jam 3 ya mbak. Sekalian sama daftar nilai sementaranya nanti saya buatkan”

Gue sebenernya sudah menduga kalau kalimat itu yang bakal gue dengar.


Keesokan harinya, yaitu hari Sabtu, gue datang lagi ke Kampus.
Jadwal kuliah gue hari itu jam 16.30, tapi berhubung gue harus ngurusin hal yang belum selesai kemarin, jam 2 siang gue udah siap-siap berangkat untuk mengantisipasi kalau macet.
((KALAU MACET)

Oot sebentar
Sudah hampir 3 bulan gue berhadapan dengan yang namanya macet. Macet kali ini bukan sembarang macet, tapi bener-bener macet total, sampai kadang angkot yang gue tumpangi nggak bisa jalan sama sekali. Untuk kalian yang tinggal atau melewati jalan di daerah CIMONE-BITUNG mungkin kalian tau banget soal kemacetan ini, yang nggak tau kapan akan berakhir. Gue denger-denger katanya ini semua gara-gara penutupan gerbang tol karang tengah.

Balik lagi ke topik semula.
Gue sampai di kampus sekitar jam 4. Pertama-tama gue cari staff FO yang kemarin berjanji membuatkan gue kartu mahasiswa. 

“Mas, liat Mas X nga? Saya mau ngambil yang kemarin itu..” tanya gue pada salah sati staff FO yang lain

“Oh mas X nya lagi sibuk banget sekarang, nanti kamu kesini lagi jam 5, kayaknya sudah dibuatkan”
Gue mengiayaka lalu kemudian pergi untuk menemui orang yang menginput data di Forlap Dikti.
Sesampainya disana.

“Bawa fotocopy KTP?” tanya beliau.

Lha? Kemaren emang bilang suruh bawa fc KTP? Kok gue nggak denger.

Untung saja, gue sudah mempersiapkan hal semacam itu. Sejelek apapun foto kita di KTP, gue yakin fotocopy-an KTP sangat diperlukan untuk hal-hal semacam ini.

TERUS KORELASINYA APA, MPRET!

“Tulis NPM sama nama Ibu kandung”

Gue manut menuliskannya.

Beliau kemudian mulaimengetikan jarinya di keyboard. dan beberapa detik kemudian...

“Servernya down, jadi nggak bisa saya input sekarang..” kata beliau dengan muka datar ngalahin tembok.

KENAPA NGAK LANGSUNG DIINPUT KEMARIN PAS SAYA DATENG KESINI? KALAU MEMANG BISA LANGSUNG DIINPUT KAYAK GITU MAH, KENAPA HARUS NUNGGU BESOK SEGALA?!! KENAPA PAK? KENAPA?!!

“Oh, gitu ya pak..” jawab gue putus asa.

“Besok kamu kesini lagi deh ya..”

“Besok kan Minggu pak”

“Oh iya, yasudah hari Selasa, gimana?”

“Mepet banget, Pak, waktunya. Kalau nanti maghrib saya kesini lagi boleh, Pak? Tolong bantu cek servernya, siapa tau udah bisa..” usul gue.

“Hmmm, boleh deh..”

Gue meninggalkan ruangan beliau dengan perasan hampa. Hari itu ternyata gue udah dua kali kena PHP cowo.

Hvft (3).

Tinggal surat keteranga dari senat…

Baru saja kaki gue mau melangkah menuju ruang senat, ternyata pas gue liat jam, sudah jam 16.30. mau tidak mau, gue harus masuk ke kelas dulu.

Setengah jam berlalu, gue meminta izin untuk ke belakang sebentar. Gue berniat untuk menagih janji di FO.

Tapi kemudian gue  mendatangi ruangan senat. Kebetulan disana gue bertemu dengan ketuanya langsung. Mungkin saking banyaknya mahasiswa yang meminta surat keterangan dari senat, mereka sudah tau maksud dan tujuan gue datang menemui mereka. Tidak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjelaskan, mereka akhirnya setuju untuk membuatkan gue juga.

Setelah itu, gue kembali mendatangi FO.

“Mas x ada?” tanya gue kepada staff lain, sesampainya disana.

Dia memberikan ekspresi wajah yang mencurigakan.
Percuma-lo-nyari-dia-ha-!
Kalau dijabarkan, mungkin seperti itulah arti ekspresi wajahnya.

“Mas X ada diruangannya, di deket tangga”
Tanpa menghiraukan ekspresi wajahnya lagi, gue langsung bergegas menuju ruangan yang di maksud.

“Permisi mas, saya mau tanya yang kemarin..”kata gue to the point

“Yang kemarin apa?” dia malah balik nanya.

APA?! MINTA APA?? NGGAK INGET KALAU KEMARIN GUE KESINI MINTA APAA?!

“Kartu mahasiswa sama DNS, mas.. sudah jadi? ” mencoba untuk tersenyum walaupun ati mangkel.

Dia kemudian mengacungkan setumpuk dokumen.

“Kamu nggak liat ini? Banyak banget yang minta juga. Ada 30 lebih. Ya belum selesai lah, segini banyaknya kok..” kata dia mulai sewot

LOH?
Gue malah jadi cengo sendiri. Ini gimana sih? Gue belum punya kartu mahasiwa terus itu salah gue, gitu? Salah temen-temen gue, gitu?
Heol~

“Besok Selasa baru bisa jadi..” lanjut dia ketus.

Tanpa memberi jawaban apa-apa, guepun pergi.
Sebelum itu, gue mampir ke ruang senat dulu sebelum kembali kekelas.

“Kak, suratnya saya ambil hari Selasa sore ya..”

“Loh? Selasa pagi kan batas pengumpulannya, nanti jam 8 malem aja kamu ngambil kesini.. ” jawab salah seorang dari mereka.

Seketika semangat gue yang tadinya berapi-api, tiba-tiba langsung padam.
Gue kembali ke kelas dengan membawa harapan kosong.
Banyak banget yang gue pikirkan saat itu.

Apa gue harus nyerah aja ya? Mungkin belum rezekinya.

Apa gue lanjutin dulu sampai akhir?

Ah masa Cuma kayak gitu doing nyerah.

Tapi, kampret! gue males banget berurusan sama mereka lagi.

Ya Allah, kapan sih semuanya bakalan berjalan lancar?

Huh, kayaknya gue kurang berdo’a nih, makanya Allah belum ngasih hal baik ke gue.

Lanjut enggak, enggak lanjut.

Tau depan aja kali ya?

Ah kampret! Coddingan pake nggak running lagi!

“Woooy! Bengong mulu! Gue lagi ngomong  nggak di dengerin ” Bentak makhluk astral di sebelah gue, Musa.
“Bodo ah! Aku lagi pusing tau…”
“Nanti pulangnya bareng gue aja, gue mau ngambil buku di Meta…” ulang dia.
“hmmm..”

Akhirnya, gue memutuskan untuk pulang. Padahal, seharusnya jam 8 gue ngambil surat keterangan di senat. Tapi, yah... semangat guenya udah hilang.

Diperjalanan pulang, gue masih sibuk beradu argument dengan diri gue sendiri. Musa yang emang hobinya ngecuprus, disepanjang perjalanan cuma jadi backsound doang buat gue. Gue cuma ber-hmmm-hmmm doang, padahal gue sama sekali nggak nyimak apa yang dia omongin.

“Kakak gue, put…..”

“hmmm”
“Udah tengah malem itu…”

“hmmm”

“hahahahahha…”

“hmmm”

Setelah sampai di kontrakan, gue langsung buka laptop dan
.
;
Nonton Drama Korea.

Semoga perasaan gue bisa lebih baik setelah nonton..
\^0^/


16 Apr 2017

[Maksa Cerita] Tunnel

Annyeong haseyo~

Kembali lagi bersama gue, calon istri masa depannya Park Bo Gum yang sekarang kebetulan sedang menyandang status sebagai pacar resminya Nam Joo Hyuk sekaligus gebetannya Park Hae Jin, dan belum lama ini, gue baru saja mengakhiri hubungan gue dengan Lee Min Ho (padahal Lee Min Ho bersikeras ngga mau putus sama gue, loh).

Semua ini karena gue kasian sama mBae Suzy, yaa, sesama cewee, gue ngerti banget lah gimana perasaan mBae Suzy ini. Gue tau kok gimana rasanya digantungin gitu aja sama gebetan.

Hvft,

Pukpuk mBae Suzy...

RIP yang ngedit. V:

Loh?! Mau kemana? Jangan close tab dulu... 
Jangan pokoknya!

Soalnya sekarang gue mau maksa cerita lagi nih, dan nggak mau tau, pokoknya kalian harus baca…..

Kalau tetep enggak mau….

Mmmm

Ya nggak apa-apa juga sih...

Tapi kalau nanti kalian lagi bawa motor/mobil, terus remnya mendadak blong, itu berarti ulah gue, ya..

ㅋㅋㅋㅋㅋㅋㅋㅋㅋ....!!!  (ketawa anaq hitz Korea)

Kali ini gue akan menceritakan sebuah drama Korea yang sekarang ini sedang tayang di Korea. Yaitu Tunnel.


Drama yang berjudul Tunnel/터널/Terowongan ini mengisahkan seorang detektif yang terlempar ke masa modern. Drama ini memiliki 3 pemeran utama, mereka adalah Choi Jin Hyuk yang baru saja keluar dari Wajib Militernya, lalu kemudian pemain base ball yang dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini sudah menjadi aktor yang dibilang lumayan laris ngalahin tante Anggi, yaitu Yoon Hyun Min, dan yang terakhir, untuk pemeran utama wanita diperankan oleh aktris cantek yang bernama Lee Yoo Young.

Choi Jin Hyuk, Lee Yoo Young, Yoon Hyun Min

Drama ini akan ditayangkan di saluran televisi OCN, Korea, mulai tanggal 18 Maret sampai 7 Mei 2017 (kalau tidak ada perubahan) setiap Sabtu dan Minggu pk 22.00 WKS. Drama ini diperkirakan mempunyai  total 16 episode dengan genre detective, crime, thriller, fantasy yang sayang banget kalau sampai gue lewatkan.

Drama Tunnel adalah drama yang menggantikan drama ‘Voice’, maka dari itu tidak heran kalau gue merasa ada sedikit kemiripan antara drama Voice dan Tunnel ini. Namanya juga satu rumah produksi, ya kan?

Kalau dibandingkan dengan drama Voice, menurut gue, Tunnel itu jalan ceritanya lebih mudah untuk diikuti. Tunnel tidak seperti  Voice yang adegannya 80% adalah adegan kekerasan, bahkan Voice juga sempat  mendapat teguran dari KPK (komisi Penyiaran Korea).

Gimana nggak ditegor, lha wong tiap episodenya berdarah-darah gitu, kok. Gue aja sampai sekarang masih bimbang mau lanjut nonton sampai apa enggak. Mau nonton tapi takut nanti nggak doyan makan, nggak nonton tapi gue pengen liat suami tua gue, aa Yesung. Ah!

Drama‘Tunnel’ ini sendiri disutradarai oleh Kim Kyung Chul dan juga Kim Sung Min. Sementara untuk penulis naskahnya adalah Lee Eun Mi. Selain ketiga pemeran utama yang sudah gue sebutkan di atas drama ini juga dibintangi oleh pemeran pendukung lainnya seperti, N ( Park Kwang Ho 1988), Lee Shi Ah (pemeran istri Kwang Ho 1986), Kang Ki Young (Song Min Ah), Kim Dong Young (Sung Shik muda), Joo Hee Bong (Sung Shik dewasa), dan Kim Byung Chul.

Sinopsis Singkat Drama Kore Tunnel

Pada tahun 1986, Park Kwang Ho (Choi Jin Hyuk) seorang detektif yang tengah dihadapkan dengan sebuah kasus pembunuhan berantai yang sudah merenggut banyak nyawa. Para korban pembunuhan tersebut adalah para perempuan muda berkisar usia 20-30 tahun.

Setelah melakukan pencarian si pembunuh yang memakan waktu cukup lama, akhirnya Park Kwang Ho berhasil menemukan tempat persembunyian pembunuh itu, tepatnya di sebuah terowongan. Ketika sedang berusaha mengejar pembunuh itu, Park Kwang Ho justru diserang oleh pembunuh tersebut sampai dia tidak sadarkan diri.

Beberapa saat setelah itu, akhirnya Park Kwang Ho sadarkan diri. Sambil mencari penjahat yang telah dia kejar sebelumnya, Park Kwang Ho berjalan di dalam terowongan itu. Setelah sampai di luar terowongan, ternyata, dunia yang ada dihadapan Park Kwang Ho saat itu sudah tidak sama lagi dengan dunia yang dia tinggali sebelum dia diserang oleh pembunuh tadi. Park Kwang Ho ada di tahun 2016, yang artinya, dia telah melintasi waktu selama 30 tahun.

Ketika Park Kwang Ho keluar dari terowongan itu, sebenarnya dia belum sadar kalau dunianya sudah berbeda. Dia kemudian berjalan menuju ke kantor polisi tempat dia bekerja. Saat sedang menyebrang jalan, Park Kwang Ho hampir tertabrak oleh mobil yang  dikendarai oleh seseorang yang nantinya akan sangat berpengaruh bagi hidup Park Kwang Ho. Dia adalah Park Kwang Ho yang lahir di tahun 1988.


Park Kwang Ho (1988) adalah seorang Kopral yang baru saja akan di pindah tugaskan ke kantor polisi Hwayang. Namun tidak ada yang mengetahui, kalau ternyata dia sedang diburu oleh seseorang.

Kesalahpahaman pun muncul, ketika Park Kwang Ho (dari 1986) datang ke Kantor polisi Hwayang. Orang-orang mengira bahwa dia adalah Park Kwang Ho (1988), kecuali salah seorang dari mereka, yaitu Kim Sung Shik, ketua team mereka yang mengenali wajah Park Kwang Ho, karena dulu Kim Sung Shik adalah bawahan Park Kwang Ho (tahun 1986).
 

Park Kwang Ho harus menerima nasibnya yaang kini terdampar di tahun 2016. Dia kehilangan semuanya, termasuk istrinya yang tertinggal di tahun 1986.

Sambil mencari cara agar dia bisa kembali lagi ke tahun 1986, karena tidak punya pilihan lain Park Kwang Ho pun memutuskan untuk memakai identidas Park Kwang Ho (1988) agar dia tidak dicurigai orang-orang.

Park Kwang Ho kemudian menjadi partner Kim Sun Jae (Yoon Hyun Min). Kim Sun Jae adalah seorang letnan yang selalu terobsesi untuk menangkap seorang penjahat. Mereka berdua dicap sebagai partner sinting sekaligus menakutkan, karena mereka tidak pernah akur dan sangat tempramental.

BRomance detected nih.. kira-kira bakalan nyaingin the dumb and the dumber ahjussi goblin sama malaikat maut, nggak ya?
Shin Jae Yi (Lee Yoo Young) kemudian hadir ditengah-tengah mereka berdua. Karena dari kecil  Shin Jae Yi sangat menyukai hal-hal yang berbau kriminal, maka dari itu, dia mempelajari psikologis tentang seorang kriminal. Berkat keahliannya itu, BRomance sinting, Park Kwang Ho dan Kim Sun Jae, banyak terbantu olehnya.

Setiap kasus yang mereka bertiga tangani, lama kelamaan mengerucut ke kasus pembunuhan berantai yang sedang diselidiki oleh Park Kwang Ho di tahun 1986. Termasuk keberadaan Park Kwang Ho asli yang tidak diketahui. Seolah semua sudah diatur sedemikian rupa. Ketika Park Kwang Ho dari masa lalu datang, tiba-tiba Park Kwang Ho di masa depan menghilang begitu saja. Demikian juga tentang keberadaan si pembunuh berantai yang kemungkinan besar ikut terbawa ke tahun 2016.

Komentar gue tentang Dram Tunnel

ASDSDHFDKJDGNDFNGDFJBVD!!!
Anjir! Gue penasaran banget sama drama ini, kampret! Hih!

Di setiap episode drama ini menceritakan tiap kasus yang berbeda, yang bikin gue mendesah “owh gawd! Kok bisa kepikiran sampe kesitu ya?”

Cerita tentang detective dan thriller yang sangat kental tidak membuat drama ini  menyeramkan, karena diselingi dengan bumbu komedi juga.

Kayak misalkan pas pertama kali Park Kwang Ho sadar kalau dia ada di tahun 2016. Dia nggak tau hal-hal yang berbau-bau modern, dia nggak tau smartphone itu apa? internet itu apa? dia nggak tau gps, dia nggak tau cctv, dia nggak tau komputer. Park Kwang Ho hidup di zaman, dimana laporan masih diketik dengan menggunakan mesin ketik. Dia harus banyak menyesuaikan diri dengan teknologi modern yang digunakan dalam setiap menangani kasus.

Atau adegan dia sama bawahannya dulu, dimana di tahun 2016, bawahannya malah menjadi atasan Kwang Ho. Sung Shik jadi dilema, mau manggil Sunbae, atau manggil nama doang. Karena dilihat dari penampilan, usia Sung Sik jauh lebih tua dibandingkan Kwang Ho.


“Oh, bagai mana cara memasukan foto kedalam benda itu”.
Sambil hpnya digetok-getok

Kalau  kisah cintanya, hmmm gue sih yakin banget kalau Sun Jae naksir sama Prof Shin Jae Yi. Tapi, itu juga cuma sedikit banget diceritainnya. Jadi nggak bakalan bisa bikin kalian bilang “ah cinta-cintaan muluk”

Saat gue nulis postingan ini, drama ini baru tayang 6 episode saja. Kebayang kan gimana penasarannya gue.

Saking penasarannya, gue sampai punya asumsi sendiri perihal drama ini.

Yang pertama
Gue menduga kalau Prof Shin Jae Yi adalah anaknya Park Kwang Ho (dari tahun 1986), kalau nggak salah baca subtitle, istrinya Park Kwang Ho itu lagi hamil muda pas ditinggal sama Park Kwang Ho. Karena biar bagaimanapun, Park Kwang Ho sudah pergi selama 30 tahun. Walaupun disitu diceritakan kalau orang tua Prof Shin Jae Yi sudah meninggal gara-gara kebakaran dan kemudian dia diadopsi pas umur 15 tahun.

Anehnya, sampai Prof Shin Jae Yi dewasa, dia nggak pernah lihat jenazah ibunya, dan kasus kebakaran itu ditutup begitu saja. Hmmm

Belum lagi, Pas Park Kwang Ho nyari identitas Istrinya di tahun 2016 tapi nggak ketemu, malah justru nggak terdaftar sama sekali di Kantor kependudukan, gue curiga kalau ada hal besar yang terjadi dalam kurun waktu 30 tahun itu (bagi Kwang Ho mungkin satu malam). We’ll see..

Ke dua.
Kim Sun Jae adalah anak tentara, yang 30 tahun lalu istrinya ditemukan tewas sama Park Kwang Ho.

Ke tiga.
Si pembunuh berantai tahun 1986, bisa melakukan perjalanan waktu juga. Disini gue malah mencurigai dokter forensic yang selalu meng-autopsi para jenazah korban pembunuhan.

Ke empat.
Park Kwang Ho (1988) sudah mati dibunuh pembunuh berantai itu. Bisa jadi, pembunuh cuma tau nama Park Kwang Ho tapi nggak tau wajah Park Kwang Ho. Soalnya mereka juga ketemunya di lorong terowongan yang gelap. Baik si pembunuh ataupun Park Kwang Ho, masing-masing tidak bisa saling melihat wajah. Jadi pas dia ketemu sama Park Kwang Ho di tahun 2016, dia mengira kalau itu adalah Park Kwang Ho yang dia cari.

Kalau pembunuhnya beneran bisa melakukan perjalanan waktu, berarti drama ini mirip drama W. Soalnya sama-sama bisa keluar masuk dimensi berbeda.

Hmmmm.

Lanjoot

Ke lima.
 
kemuingkinan Park Kwang Ho nggak bisa balik lagi ke tahun 1986 deh, kalaupun bisa balik, mungkin cuma sebentar. Abis itu menetap di tahun 2016.

Ke enam. 
Gue sangat yakin seyakin yakinnya orang yakin, kalau kalian nggak baca semua tulisan gue. Hayolo ngaku!

Dahlahya~
Bukan kalian aja kok yang cape baca postingan gue yang tulisannya awut-awutan ini, soalnya gue yang nulis juga tangannya ngerasa pegel sakpole.

Pokoknya, gue sangat merekomendasikan drama Korea ini. Ceritanya nggak lebay kok! Gue jamin deh. Genrenya emang fantasy, tapi banyak banget pesan moral yang bisa kita ambil dari cerita ini. Intinya tuh kayak; ya memang drama ini menceritakan tentang perjalanan waktu yang nggak mungkin banget ada di dunia nyata, tapi cerita soal kesetiaan, perjuangan, kerja sama, tanggung jawab, cara untuk menghadapi trauma, itu bukan cerita fantasy, kan?


Another story

Gue sebenernya kasian sama N, tokoh yang memerankan Park Kwang Ho 1988. Adegannya cuma sedikit, pas dishoot kamera pas mukanya cemong-cemong gitu, nggak ada dialognya pula. Eh, ketemu-ketemu udah mati gitu aja, boro-boro bisa dialog. Dapet kesempatan buat pamer abs, cuma beberapa detik doang, abis itu perutnya malah bedah karena mau diautopsi. Nasibmuu ya, eN....
wqwqwq



9 Apr 2017

Cerita tentang DDP

Setelah hidup selama hampir 22 tahun, akhirnya gue merasakan bahwa ternyata hidup gue juga bisa berguna untuk orang lain.

*standing applause please..

Muhahaha

Sudah sejak lama gue ingin melakukan donor darah, dan baru kali ini gue berhasil mewujudkannya. Sesaat setelah gue keluar dari gedung PMI, gue merasakan kebahagiaan yang tiada terkira, berbeda dengan teman gue yang terlihat seperti kurang darah (yakali abis donor darah terus jadi kurang darah -_-). Gue justru sangat bersemangat sampai-sampai gue pengin koprol keliling parkiran. Gue merasa kalau gue sudah jadi pahlawan untuk kehidupan seseorang di luar sana. Andai saja gue bisa melakukan sayembara seperti:

“Siapapun yang menerima darah gue nanti, kalau dia laki-laki maka akan gue jadikan suami, dan apabila yang menerima darah gue adalah perempuan, maka perempuan itu harus mempunyai saudara laki-laki yang nantinya akan dijadikan suami gue…”

Ntaps jiwa!

Seperti yang gue katakan, gue memang sudah memendam hasrat ingin melakukan donor darah sejak lama. Selain karena ingin menolong sesama, tujuan utama gue yang sebenernya adalah, gue sangat ingin mengetahui golongan darah gue.

Ha-ha-ha-ha

Puti. 22tahun, belum mengetahui golongan darahnya sendiri

Gara-gara gue tidak tahu golongan darah gue itu apa, gue sering kali mengosongkan pertanyaan di sebuah formulir yang mengharuskan gue untuk mengisi golongan darah gue. Atau kadang, kalau misalkan harus banget diisi, biasanya bakal gue isi asal-asalan (hehe maafkeun~). Kadang-kadang gue isi O, atau AB, atau malah darah suci. 

Dan sepertinya memang gue sudah punya firasat kalau golongan darah gue adalah O, soalnya pas kemarin dicek, golongan darah gue mamang benar-benar O.

Puti Daebak!
Puti Jjang!

*koprolkelilingBlog

Selain masalah pengisian folmulir, ada juga masalah lain yang selama ini sangat membebani batin gue karena ketidaktahuan gue tentang golongan darah gue sendiri. Masalah itu adalah, gue nggak bisa baca artikel tentang sifat-seseorang-berdasarkan-golongan-darah.

Syedih rasanya.

Jadi selama ini gue tetap bertahan membaca ramalan bintang doang.

Hvft.

Balik lagi ke masalah donor darah. Gue dan ketiga teman gue yang lain, yaitu Mba Anis, Iswati, dan Isti sepakat untuk pergi ke PMI di daerah Curug, Tangerang, dengan menggunakan Grab, kebetulan juga, hari itu gue ada jadwal kuliah, dan lokasi PMI tersebut memang tidak jauh dari kampus.

"Habis donor langsung kuliah..." fikir gue

Belum apa-apa, mba Anis yang notaben-nya adalah orang yang selfie-addict sudah mewanti-wanti gue.
“Puti, nanti aku dicandid ya…”


Sementara gue sedang sibuk ngurusin kode promo Grab, mereka dengan tidak tahu malu malah selfie di dalem mobil.
ah, elah, punggung gue ngga fotogenik banget woy! :')

Sesampainya disana, kami berempat disambut oleh gerombolan bapak-bapak yang lagi rumpi-rumpi nggak ganteng

"Dek mau kemana?..." dengan tatapan tidak bersahabat

"Anu pak, mau donor darah..."

Seketika wajah bapak-bapak itupun berubah menjadi sedikit bersahabat.

"Oh ya, silahkan, langsung masuk saja ya..." menunjuk pintu masuk.

Gedung PMI saat itu kebetulan sedang sepi, jadi suara percakapan gue dan teman-teman gue yang sebenernya cuma bisik-bisik doang menjadi terdengar sangat keras karena gema.

"Ini kita terus ngapain?" tanya gue bingung.

"Ngisi formulir dulu mbak.." jawab Isti

"Lah aku nggak bawa ktp weeh..."  Kata iswati polos.

Kami semua memandang iswati dengan tatapan yakali-Is-kita-mau-daftar-pemilu.

hening sesaat lalu terdengar percakapan lainnya.

"Iswati, nanti candid aku ya,,," pinta mba Anis

"Aku juga pokonya..."  Isti nggak mau kalah.

Kini giliran gue dan Iswati yang saling menatap.

Akhirnya setelah semua percakpan tidak berfaedah itu, kami memutuskan untuk mengisi formulir..... sambil candid.

bangqe.

Mba yang jilbab merah itu nggak bisa akting dikit kali ya, kalau senyum-senyum gitu nanti nggak keliatan kalau lagi dicandid.

Auto Tidak pokoknya.
Setelah selesai mengisi formulir, kami berempat masuk ketempat registrasi. Disana sudah ada petugas PMI yang nantinya akan menginput data kita, apabila kita belum terdaftar, mengecek apakan HB kita cukup untuk melakukan donor darah, memeriksa tensi kita dan tentunya hal yang gue tunggu yaitu, memeriksa golongan darah kita. 

#flashback, 6 Jam sebelum donor.

"Mba Put, nanti kalau aku nggakbisa donor gimana ya? soalnya itu ku takut kurang gara-gara jarang makan sayur.." kata Iswati khawatir,

"Itu? itu apa? oh iya, BH ya?" jawab gue sotoy.

"Kok BH sih? HB kali mbak Put.... #@%$&%##%*####$^&*&)(...."

"Muahahahaha, aku lupa, serius!"

Yang pertama melakukan pemeriksaan adalah mba Anis. Sambil memeriksa, petugas itu juga menanyakan banyak hal seperti.

"Tidur cukup?"

"Sedang haid?" 

"Sedang mengkonsumsi obat?"

"Punya alergi?"

Mba Anis cuma ngangguk-ngangguk sama geleng-geleng doang persis kayak personil band Projectpop yang lagi manggung.

"leng geleng geleng geleng geleng geleng geleng...
guk angguk-angguk angguk angguk guk..."

Akhirnya gue mengetahui satu hal, kalau ternyata bukan cuma gue doang yang belum memngetahui golongan darahnya sendiri, tapi Mba Anis dan Iswati juga sama-sama belum tahu golongan darah mereka masing-masing.

Setelah pengecekan selesai, akhirnya mba Anis divonis tidak bisa melakukan donor darah karena darah dia adalah darah suci.

Bohong ding. 

Mba Anis nggak bisa donor karena apa yang Iswati khawatirkan sebelumnya terjadi sama mba Anis, yaitu, HBnya kurang. HB mba Anis hanya 12.5 saja, sedangkan syarat untuk melakukan donor darah HB harus diatas 12.5. 

"Berat badan nggak mempengaruhi HB ya, mas?" tanya gue penasaran.

"Enggak, HB ini pengaruhnya sama makanan, kita harus makan banyak sayuran sama kacang-kacangan"

"Kalau kurang tidur?"

 "Bisa juga sih..."

Gue kemudian teringat kalau malamnya gue baru tidur setelah jam setengah dua pagi, gue mungkin sering makan kacang-kacangan tapi jadwal tidur gue yang acak-acakan bisa membuat gue terancam gagal donor lagi.

Dari pada penasaran, gue akhirnya meminta untuk langsung dites.

Pertanyaan pertanyaan yang sama dari petugas PMI yang sebelumnya ditanyakan ke Mbak Anis, kembali ditanyakan ke gue.

"Tidur cukup..?"

Gue diem sesaat dan berfikir "Yeah, berbohong demi kebaikan itu nggak apa-apa kok"

"Cukup banget... saya tidur jam berapa ya, sore banget deh pokoknya, mas.."

Tensi gue lumayan tinggi, yaitu sekitar, 130, tapi itu masih normal, kok.

HB gue juga lolos, karena mencapai 12.9, ini semua berkat bubur kacang ijo semalam.

Itu artinya, gue bisa melakukan donor darah.

Tjie, akhirnya ada yang mau megang tangannya.
A-sa!!

Dilanjutkan dengan Isti, yang juga lolo, lalu kemudian Iswati. Sayang sekali Iswati tidak lolos karena tensi dia yang rendah, yaitu dibawah 110.

"Ini anak penyabar banget kayaknya.." batin gue.

Kami semua digiring menuju padang Mashar tempat dimana gue dan Isti akan menyerahkan sekantong darah kami berdua. Antara grogi dan antusias bercampur menjadi satu. Gue sama sekali tidak merasa takut, hanya saja, gue tidak berani untuk melihat jarum suntik yang digunakan untuk menyedot darah gue. Ngilu banget rasanya, liat jarum segede gitu.

Untuk merileks-kan pikiran gue, gue mulai menanyakan banyak hal sama si petugas PMI. salah satunya adalah:

"Mas, sakitan diputusin pas lagi sayang-sayangnya atau ditusuk jarum itu?"

Teman-teman gue malah histeris sendiri mendengar pertanyaan gue.

Demi menjaga situasi agar tetap kondusif, gue akhirnya menggani pertanyaan gue yang lebih berbobot. seperti :

"Manurut mas, darah suci itu golongan darahnya apa, ya?"

Masnya cuma diem, senyum, sambil nahan emosi. Mungkin saat itu dia berfikir untuk menyedot darah gue sampai habis, supaya gue nggak berisik. 

10 menit berlalu, kantong darah gue tidak kunjung terisi penuh, gue juga melihat kalau darah gue warnanya hampir hitam. Kata mas-mas petugasnya, itukarena gue kurang minum air putih.

Ya iya lah, orang gue kalau aus minumnya air bening -_-

Mas-mas Petugas itu lalu memberikan gue sebuah bola kecil, teksturnya lumayan kenyal, kemudian dia meminta gue untuk meremas-remasnya secara perlahan.

"Mba, kalau takut bilang aja, janga tegang..."

Kalimat mas-mas petugas itu langsung menohok harga diri gue.

Akhirnya ketahuan juga kalau gue sebenernya takut setengah mampus.

Karena gue terlalu tegang, akibatnya sampai sekarang postingan ini gue publish, tangan gue masih kerasa banget sakitnya.

Sial.

Meskipun begitu, gue sama sekali tidak kapok untuk kembali mendonorkan darah gue lagi. Setelah tiga bulan, gue akan berjanji akan kembali lagi untuk mengunjungi mas-mas petugas PMI.

Perlahan tapi pasti, akhirnya kantung darah gue terisi penuh. Gue menatap takjub kantung itu.

"Darahku, kau harus berguna bagi orang lain ya..." 


Begitulah cerita tentang Donor Darah Pertama gue.
Semoga nanti gue bisa cerita lagi tentang Donor Darah ke-Dua dan seterusnya.

2 Apr 2017

Lagu dan Permaian Yang Menemani Gue Tumbuh

Hampir semua orang sepakat, bahwa anak yang lahir di tahun 1990-2000 adalah anak-anak dengan masa kecil yang paling bahagia. Dimana di masa itu, kita masih belum terpengaruh dengan kemajuan teknologi seperti sekarang ini. Anak-anak jaman sekarang lebih sering menghabiskan waktu dengan duduk sambil main gadget. Berbeda dengan kita (anak 90-an) dulu, kita adalah anak-anak  yang sangat aktif bahkan gue mungkin termasuk anak yang aktifnya kebangetan

Oke, dari pada ngomongin “kita”, takutnya gue nanti malah jadi baper sendiri (you know, laahh…) lebih baik gue ngomongin diri gue sendiri sebagai anak 90-an yang mempunyai masa kecil nan ceria dan bahagia.

Seperti yang sudah gue katakan sebelumnya, gue adalah anak yang lumayan hyperaktif. Gue cenderung lebih suka main keluar rumah dari pada main di dalam rumah (main boneka misalnya).

Ada begitu banyak hal yang bisa gue lakukan diluar rumah, apalagi dulu gue memang tinggal di Desa. Apapun bisa dijadikan permainan, yah, bisa dikatakan sarana dan prasarana permainan di Desa itu udah memenuhi SNA (Standar Nasional Alam).

Ngomongin masalah permainan jaman gue kecil dulu, gue jadi inget satu hal, hampir semua permainan yang pernah gue lakukan, ada beberapa yang juga diiringi dengan sebuah lagu. Dan beberapa diantaranya masih sangat gue hafal. Nada dari setiap lagu sebenernya hampir sama, begitupun dengan daerah lain sepertinya, mungkin cuma liriknya aja kali ya yang diganti?

Ini adalah contoh beberapa lagu pengiring permainan yang masih gue inget sampai sekarang. Berhubung masa kecil gue dulu dihabiskan di tanah Sunda, maka lagu pengiring permainan yang gue akan sebutkan di bawah, tentunya kebanyakan dengan menggunakan Bahasa Sunda.



Lagu pengiring:
    Cing ciripit
    Satulang sabajing
    Saha nu kajepit..
    Omeng!

Cara bermain:
Lagu ini biasanya digunakan untuk menentukan pemburu (omeng) dalam sebuah permainan kejar-kejaran. Si pemburu nantinya wajib menangkap salah satu teman yang berlarian ke berbagai arah.

Penentuan pemburu dilakukandengan cara:
Salah satu teman akan membuka telapak tangannya untuk ditempati telunjuk semua peserta permainan. Ketika lagu Cing ciripit telah selesai dinyanyikan, tanpa aba-aba terlebih dulu, telapak tangan yang dijadikan tempat untuk menaruh jari telunjuk semua peserta itu, akan menangkap salah satu telunjuk yang berada pada telapak tangannya yang lamban untuk mengangkat jari telunjuknya. Jika hal itu terjadi, maka telunjuk yang tertangkap, maka ia diwajibkan menjadi pemburunya.



Lagu Pengiring :
    Slep dur, slep dur
    Dilas dipan dipan debur
    Kahijina kaduana
    Katiluna kaopatna
    Kalimana kagenepna
    Katujuhna nu pandeuri

Cara bermain :
Lagu ini biasa dimainkan untuk memerangkap seorang teman dalam sebuah permainan. Cara memerangkapnya, sejumlah teman harus berbaris dan bergiliran masuk ke dalam terowongan yang dibangun oleh dua pasang tangan. Ketika lagu Slep Dur selesai, terowongan yang terbuat dari  sepasang tangan tadi seolah-olah mendadak runtuh hingga teman yang sedang lewat dibawahnya.

Sebelum itu, si dua pasangan ini telah menentukan benda apa yang nantinya akan dipilih oleh setiap peserta yang terperangkap.

Misalnya, teman gue pilih anting, dan gue kalung, nantinya kita akan menanyai teman kita yang terperangkap itu, untuk memilih anting atau kalung. Kalau dia memilih kalung maka dia akan menjadi anggota gue.

Setelah semua peserta berhasil tertangkap, maka akan terbentuk dua grup, yaitu grup anting dan kalung. Setelah itu kita akan melalukan Tarik tambang, yang kalah, bertugas untuk menggendong pemenangnya.




Lagu pengiring :
    Paciwit-ciwit lutung
    Si lutung pindah ka tung-tung
    Paciwit-ciwit lutung
    Si lutung pindah ka tung-tung

Cara bermain :
Gue sekarang lagi mikir, kok dulu gue bisa bahagia banget ya mainin permainan ini. Padahal mainnya cuma nyubit punggung tangan temen-temen yang lain sampai membentuk sebuah tumpukan yang tinggi.
Setiap kali kata “silutung pindah ka tung-tung” diucapkan, maka otomatis tangan yang paling bawah akan pindah keatas untuk mencubit punggung tangan yang paling atas.
Kalu dipikir-pikir, permainan ini sampai kapanpun nggak bakalan ada ujungnya.

Lagu pengiring:
    Eundeuk-eundeukkan lagoni
    Meunang peucang sahiji
    Leupas deui ku aki
    Beunang deui ku nini

    Eundeuk-eundeukkan lagoni
    Meunang peucang sahiji
    Leupas deui ku nini
    Beunang deui ku aki

Cara bermain :
Lagu ini dinyanyikan ketika kita semua, ah, maksud gue ketika gue dan teman-teman gue berada diatas pohon. Sambil menggoyang-goyangkan pohonnya, gue dan teman-teman gue akan menyanyikan lagu tersebut secara bersahut-sahutan.

Semakin keras goyangannya, semakin seru, dan semakin tinggi juga kemungkinan kita jatuh dari pohon karena dahannya patah.




Lagu pengiring:
    Ucang-ucang angge
    Mulung muncang ka parangge
    Digogog ku anjing gede
    Anjing gede nu pa lebe
    Ari gog, gog cungungung

Cara bermain:
Sebenernya ini bukan permainan, sih. Lagu ini biasanya dinyanyikan oleh orang tua kepada anaknya atau kakak yang lagi ngemong adiknya, atau siapa aja deh yang lagi jagain anak kecil.

Si anak kecil itu akan ditaruh dipunggung kaki sambil diayun-ayunkan. Di penghujung lagu “cungungung….” Maka ayunan akan dilakukan lebih tinggi, setelah itu akan terdengar suara tawa anak kecil tersebut.

Kalau gue emang nggak tau diri sih orannya, walaupun udah gede, tapi masih sering minta ucang angge sama emak gue, ya walaupun yang didapet cuma jitakan doang. Setidaknya gue sudah berusaha.

Lagu pengiring:
    Punten mangga, ari ga
    Gatot kaca, ari ca
    Cau ambon, ari bon
    Bonteng asak, ari sak
    Sakit perut, ari rut
    Rujak asem, ari sem
    Sempal-sempil, ari pil
    Pilem rame, ari me
    Meja makan, ari kan
    Kantong kosong, ari song
    Songsong lampu, ari pu
    Pulau Jawa, ari wa
    W*DUK SIA!!!!!

Cara bermain :
Lagu ini bisa dinyanyikan tanpa permainan, bisa juga dinyanyikan dengan permainan. Gue sendiri bingung mau jelasin permainannya. Yang jelas, permainan ini dilakukan oleh dua orang dengan melakukan high five berulang-ulang.

#pembaca mulai ngebayangin

Haduh! Bukan kayak gituu… bukan!

Lagu ini sebenarnya berurutan dengan lagu-lagu yang lain.

Yang pertama diawali dengan lagu
    Mi mi mi mi
    Mi atas mi bawah
    Mi depan mi belakang
    Mi 1 2 3
    Mi 3 2 1
    Mi gulung gulung  (menggulung-gulungkan kedua tangan)
    Mi gulung gulung
    Mi ciut..ciut (posisi semua jari dibentuk moncong)
    Mi ciut..ciut
    Mi keplek…keplek (mengepak-ngepakan ketek)
    Mi keplek.. keplek

 Setelah selesai lalu mulai dengan high five diiringi lagu.

    bapak bawa apa pak, bawa lemari..
    kuncinya dimana pak, ada di susii..
    susi minta susu pak, ada di sapi..
    sapi minta rumput pak, ada di sawah..
    sawah minta air pak, ada di gunung..
    gunung minta api pak, ada di kompor..
    kompor minta minyak pak, ada di warung..
    warung minta uang pak, ada di bank..

Dua kali high five dilanjut dengan.
    Bang-bang-bang..
    Kalima-lima gobang-bang..
    Bangkong ditengah-tengah sawah-wah..
    Wahai tukang bajigur-gur..
    Guru sakola desa-sa..
    Saban poe ngajajar-jar..
    Jarum paragi ngaput-put..
    Purti nu gareulis-lis..
    Lisung kadua-dua halu-lu..
    Luhur kapal udara-ra..
    Rangrag di Jakarta-ta..
    Taun dua rebu-bu..
    Buah meunang ngala-la..
    Lauk meunang nga jaring-ring..
    Ringkok aki-aki.. Aki ngaringkuk disuguan t*i orok lila-lila jadi montok...

Udah gitu doang.. kentang banget kan lagu nya?

Lagu pengiring:
    Cing ogo-ogo..
    Kalau mancing bogo..
    Sidakep bari balem..

Cara bermain:
Semua peserta permainan harus jongkok. Aturannya, nggak boleh keliatan gigi, ketawa, keliatan celana dalam (kalau anak cewek dulu sering pake rok), atau baju/roknya nempel ketanah. Kalau itu terjadi, berarti dia nanti yang jadi kucing.

Setelah ada yang jadi kucing (pokonya kita akan mencari kesalahan sekecil apapun, kalau tetep nggak ada pelanggaran, bisa jadi "gerak" juga termasuk pelanggaran), nanti dia harus nangkep salah satu temen lain supaya dia nggak jadi kucing lagi.

Aturan selanjutnya, setiap kucing tidak bisa menangkap kita kalau kita jongkok, jadi kalau misalkan kita sudah mau ketangkap, kita harus buru-buru jongkok. Yang jongkokpun tidak sembarang bisa bangun, dia harus dibangunkan dulu oleh peserta lain yang sudah bangun.

Kalau dipikir-pikir sekarang, ngapain ya kita minta dibangunin kalau nantinya bakalan dikejar sama kucing, mending juga jongkok aja sambil scrolling TL Instagram.

Eh, gimana deh?


Lagu pengiring:
    Kotak pos mari kita isidengan para pelaku,
    Yang ditanya harus menjawab…

    Kita sudah buat kesepakatan nama- nama yang akan dipakai untuk permaian ini, misalkan nama hewan.

    Mainnya sambil bikin lingkaran, telapak tangan kita ditumpuk sama telapak tangan sebelah kita, cara mainnya dengan menepuk tangan teman di sebelah kita.

    Si Puti minta hurup M (orang Sunda nggak bisa ngomong ef)
    Lama-lama menjadi Monyet..

    Nah, pas “nyet”nya itu berakhir ditangan siapa, maka dialah nanti yang akan mempunyai nama samaran Monyet.

Cara bermain:
Setelah semuanya mempunyai nama samaran, tersisa satu orang tanpa nama samara, biasanya yang paling akhir, maka kita akan mulai bermain kucing-kucingan (lagi), bedanya, yang jadi kucing matanya harus ditutup kain.

Si kucing harus menghafal semua nama samara, sebab kalau dia berhasil menangkap salah seorang pemain, dia harus menyebutkan nama samarannya. Kalau salah, berarti gagal.

Disini yang jadi kucing bakalan apes banget deh pokoknya. Kalau nggak hati-hati bisa-bisa benjol karena nabrak sesuatu yang tidak diinginkan.

Lagu pengiring:
    Pak camat jualan tomat
    Yang beli harus hormat
    Bu siti jualan anting
    Yang beli orang sinting

    Pak camat ketiban papan
    Matinya jam delapan
    Dikubur tahun depan
    Yang bergerak anaknya setan

Cara bermain:
Setelah lirik terakhir diucapkan, seketika kita semua tidak akan bergerak layaknya patung. Nanti kalau ada yang gerak berarti dia kalah.

Terus diapain? Cuma diketawain doang, abis itu nyanyi lagi, gitu terus berulang-ulang sampai pak camat ketiban papan beneran..

Lagu pengiring:
    Ampar-ampar pisang..
    pisang ku belum matang..
    masak sebiji digulung blai-bali..
    mangga lepok mangga lepok..
    masak sayur lepok...
    Bengkok dimakan api..
    apinya cang kesurupan...  (akibat lupa lirik)
    Bengkok dimakan api...
    apinya cang kesurupan..

Cara bermain:
Lagu ini dinyanyikan oleh dua orang dengan cara...

mmmm ...

Mainnya pake kaki gitu deh.

#pembaca mencoba ngebayangin lagi.

Bukan tendang-tendangan juga, masya Allah..!!

Ah udah nga usah dibayangin. Salah muluk!

Lagu pengiring:
    Minyak kayu putih digosok kebadan,
    Bendera merah putih, tandanya menang.

Cara bermain:
Lagu ini dipakai kalau mau suit. Sama halnya kayak,

Lagu pengiring:
    Cang kacang panjang,
    Nu panjang omeng!

Cara bermain:
Biasanya lagi-lagu pendek kayak gitu dipakai cuma buat mennentukan siapa kucingnya doang.

"Mau main apa neeh kita teman-teman?"

"Petak umpet aja yu..."

"Yang jaga siapa?"

"Yaudah, pake minyak kayu putih aja.."

Selain lagu pengiring mainan, ada juga lagu yang hanya dinyanyikan saja, tanpa ada permainan khususnya.

Nah, lagu ini biasanya dipake buat mengejek seseorang, atau temen yang nyebelin. Kalau sekarang kan biasanya sindir-sindirannya pake status di medsos, kalau dulu pake lagu.

    Trang trang kolentrang
    Si londok paeh nundutan
    Tikusruk kana durukan
    Mesat gobang kabuyutan
    Nyeh prot, nyeh prot
    Bujur kudu cecendeteun
    Dibura ku laja tuhur
    Laja tuhur beunang ngunun
    Beunang ngunun tujuh taun
    Kadalapan di burakeun

Kalau yang diatas mungkin cuma sebatas menyindir atau mengejek, lagu yang satu ini digunakan untuk mengajak berkelahi.

Kalau tawurannya Genji mungkin diawali dengan “Genji---eeeeh !!! Urrrryaaaa…!” kalau tawuran ala gue kecil dulu, ya dengan lagu itu,  tapi kita nggak pernah sampain berantem beneran juga, sih.
Biasanya aksi saling ejek ini terjadi antara kubu anak laki-laki dan anak perempuan.

    Tampolong bahe,
    Belut ditalian,
    Ulang ngomong bae,
    Gelut sakalian.

    Putih-putih melati Alibaba..
    Merah-merah delima Pinochio..
    Siapa yg baik hati Cinderella..
    Tentu disayang Mama..
    Aa masa? Ya gengsi dong..

    Apa lo liat-liat...
    Bapak lo jago silat...
    Ta* nya bulat-bulat..
    Seperti kue donat..

    Telur-telur... ulet-ulet,,,
    kepompong kupu-kupu,,
    kasihan deh lu...

Kalau yang terakhir ini mungkin lebih familiar ya? Gue dulu sampai hafal beberapa variasi gerakan tangannya. Kalian iya nggak?

Terus yang terakhir, lagu yang bahkan sampai sekarang gue nggak ngerti apa maksudnya.

    Ja leuleu ja
    Tulak tuja eman gog
    Seureuh leuweung bay
    Jambe kolot (je) bug
    Ucing katinggang songsong ngek!

Yang gue tau artinya cuma kalimat terakhir doang. Tapi kok dulu gue sering banget ya nyanyiin lagu itu ?

Masih menjadi sebuah misteri.

Sebenernya masih ada banyak lagi lagu pengiring dan permainan yang pernah gue mainkan. Tapi gue cuma ulas beberapa aja, soalnya takut kepanjangan juga. Kasian yang baca, mending kalau ngerti, kalau enggak?

Yang jelas, gue sangat berterimakasih kepada pengarang lagu-lagu itu dan juga tentunya para penemu permainan-permaian tersebut. Karena berkat kalian semua, masa kecil gue menjadi sangat menyenangkan.

Mau nutup postingan pakai kalimat apaan ya?

hmmm..

Yaudahlah, pakai pertanyaan aja..

Coba dong sebutin lagu pengiring permainan dan permaianan di daerah kalian apa aja?

sumber semua gambar: Google images

Aku Adalah

Puti Andini

Pengabdi Wifi Telkom...

Bagian dari

Your Lucky Number

Kategori