22 Jan 2017

Dari Dulu Udah Aneh

Bagi kalian, anak perantau yang dari kecil tinggal di satu daerah yang sama mungkin tidak akan sulit untuk menentukan kampung halaman kalian. Lain halnya dengan gue yang masih sering sekali dilema harus menentukan akan pulang kampung kemana.

Saat ini, orang tua gue tinggal di Bumi Ayu, sedangkan adik gue, Aldo, sekolah di Purwakarta, sementara itu, nenek gue yang ngurusin gue pas SMK tinggal di Banyumas, dan mereka semua selalu meminta gue untuk ada di tempat mereka di hari yang sama, yaitu pas Lebaran.

Sama halnya dengan kisah pertemanan gue semasa kecil. Segera setelah alm Bapak meninggal, gue tidak pernah menetap di satu tempat, walaupun hanya daerah itu-itu saja, Purwokerto-Purwakarta. Gue harus berkali-kali beradaptasi dengan orang-orang baru, dengan teman-teman baru, tetangga baru dan dengan bahasa yang baru juga. Maka jangan heran, terciptalah kepribadian gue yang seperti sekarang ini.

Source : Google Image
Sebelum gue mulai sekolah di SD, gue banyak menghabiskan waktu gue untuk bermain, sama seperti anak-anak seusia gue waktu itu. Teman main gue di rumah adalah, Erwin, Emul, Aceng dan Diki, Yha mereka memang bandot semua.

Erwin adalah anak tukang warung tempat gue biasa beli ciki berhadiah, bukan ciki doang sih, warung itu juga menjual aneka jenis kebutuhan lainnya, seperti warung pada umumnya. Gue sama Erwin hanya selisih umur satu tahun saja, makanya gue sama dia cukup akrab untuk main tabok-tabokan.

Emul, dia adalah tetangga di belakang rumah gue, Emul ini perawakannya gembul, kulitnya item manis, dia adalah anak yang penurut, jelas, karena dia paling muda dari kami berlima.

Lalu ada Diki, rumahnya Diki tidak terlalu jauh dari rumah gue, hanya terhalang tiga rumah saja. Diki ini orangnya judes, blak-blakan, temperamental, tapi juga sangat perhatian, dia sering membantu gue meringankan isi ciki yang gue makan, Diki juga sering ngajak gue untuk berpetualang, ke kuburan misalnya.

Yang terakhir adalah Aceng, rumah dia persis ada di depan rumah gue. Mang Aceng, begitu biasanya gue manggil dia. Mang Aceng ini sebenernya masih saudaraan sama gue. Orang tuanya dia adalah adik dari nenek gue. Mang Aceng sering sekali bikin gue nagis karena dia sering ngomelin gue, dia sering melarang gue melakukan hal-hal yang gue suka, waktu itu gue suka main air dan mandi bareng sama mereka. Tapi Mang Aceng melarang dan malah mengancam akan mengadukan gue sama Bapak.

Hal lain yang sering kita lakukan adalah bermain lompat-lomptaan di jendela kamar ( waktu itu rumah gue masih rumah panggung tradisional, jadi jendelanya lumayan tinggi), main jelangkung ( keren nggak? keren kan?, dan main layangan ( kalau lagi musim layangan doang ). Biasanya, kami berlima membuat layangan sendiri, Alm bapak-lah yang mengajari kami untuk membuatnya. Lokasi favorite kami untuk membuat layangan adalah di kuburan. Selain tempatnya adem karena banyak pohon besar, juga karena tempatnya sepi. ( Serah dah, Put!)

Setelah gue masuk sekolah, gue akhirnya memiliki teman baru lainnya, kali ini gue punya teman perempuan, namanya Kiki, dan yang satu adalah laki-laki, namanya Samsu. Mereka berdua resmi menjadi teman gue setelah kita sering pulang sekolah bareng. Emul dan Diki waktu itu belum sekolah, sementara Erwin dan mang Aceg adalah kakak kelas gue (tengsin lah mau ngajak pulang bareng juga).

Dari teh Kiki ( gue dipaksa manggil dia eteh, karena dia bilang gue lebih muda dari dia ) gue akhirnya mengenal teman-teman perempuan yang lain, ada Nyai, Melani, Karni, dan Nurul, walaupun tidak semuanya akrab.

Teman gue semakin bertambah ketika gue memutuskan untuk ikut mengaji.

Uniknya disana ada dua lokasi tempat mengaji, untuk pemula, sangat di ajurkan untuk mengaji di tempatnya mang Wahyu, di sana banyak sekali anak-anak kecil. Kemudian, persis seperti sekolah, setelah dirasa ilmu kita sudah cukup baik, maka kita harus memutuskan akan pindah ketempat yang lebih tinggi, atau menetap di mang Wahyu dan menjadi senior.

Kubu wetan dan Kulon, begitu kita menyebutnya. Walaupun kita hidup di satu desa yang sama, tapi kita tidak sepenuhnya sama. Selalu ada skat yang membuat kita seperti tidak boleh bersatu.

Kubu wetan, di sana ada saudara-saudara gue, ada banyak anak perempuan lainnya yang lebih dominan mengaji di tempatnya Ceu Euning. Sementara gue yang berada di kubu Kulon, mengaji di tempatnya mang Wahyu. Seperti yang sudah gue bilang, ketika kita sudah khatam qur’an kecil, maka kita akan dihadapkan pada pilihan yang cukup sulit. Yaitu pindah atau menetap.

November 2003, Bapak gue meninggal. Mau tidak mau akhirnya gue harus pindah ke Jawa. Belum genap setengah tahun, akhirnya gue kembali lagi ke Purwakarta karena gue merasa tidak betah di Jawa. Saat itu yang jadi masalah adalah, bahasanya. Mungkin karena gue masih terlalu kecil, gue kesulitkan untuk belajar bahasa ngapak. Karena ngapak, tidak semudah seperti kelihatannya meen~

Setelah kembali dari Jawa, gue tidak menempati rumah gue lagi. Gue dititipkan di rumah nenek gue (di Wetan) sementara ibu gue kerja di Bandung. Gue kembali mendapatkan teman-teman baru. Waktu itu gue juga pindah sekolah. Yang asalnya di SD 1 jadi di SD 2, padahal ke dua sekolah itu cuma dibatasi sama lapangan bola. Gue sering di bilang penghianat sama anak-anak SD 1, karena lagi-lagi, SD 1 dan SD 2 adalah dua kubu yang bermusuhan.

Bukan hanya itu, kepindahan gue ke Wetan juga mengharuskan gue pindah ngaji ke tempat Ceu Euning. Karena tidak mau di bilang penghianat lagi, gue memutuskan untuk berpamitan dulu ke mang Wahyu, walaupun akhirnya tetep sama, gue dibilang penghianat.

Tidak perlu waktu lama, akhirnya gue mulai akrab dengan orang-orang wetan, dan teman-teman yang mengaji di tempat ceu Euning. Ada Iin, Hani, Mega, Nina, mereka adalah anak-anak seumuran gue, lalu ada senior-senior di tempat Ceu Euning yang galaknya ngalahin bendahara kelas pas nagih uang kas. Ada Bi Yuli, teh Novi, teh Nunun, teh Popon, Bi Iim, Bi yuni, teh Nur, teh Eneng, teh Cucu, dan masih banyak lagi lainnya.

Biasanya, masa mengaji ini hanya betahan sampai kita SMP, setelah kita masuk SMA dan disibukan dengan hal lainnya, kita semua menjadi lebih jarang mengaji, sampai akhirnya kita keluar dengan sendirinya.

Kenangan indah saat gue kecil nampaknya di mulai dari sini. Di masa ini gue mengenal banyak hal, termasuk cinta monyet. Peran gue dalam percintaan ini bukan menjadi monyetnya, melainkan jadi mak comblangnya.

Zaman gue dulu masih merasakan yang namanya surat-suratan. Masih merasakan yang namanya gemetar saat membaca paragraph awal surat “ To the point aja ya…”. Dan merasa salah tingkat sendiri ketika membaca pantun di akhir surat “ 4 x 4 = 16, sempat tidak sempat harus di balas…”

Kemudian mereka teriak “ Aaaaa… Puti, terima ngga ya, ini harus dibalas atau nggak suratnya? ”, dan gue pun mulai beraksi.

Ada banya pasangan yang akhirnya “jadian” berkat gue. Untuk para perempuan,biasanya gue membantu mereka membalas surat dan tentu mengantarkannya. Dan para laki-laki, biasanya mereka menitipkan surat dan salamnya melalui gue juga. Kalau di ingat-ingat, tugas gue saat itu sangatlah mulia, apalagi gue melakukannya dengan sukarela, alias gratis. Gue ikut senang melihat teman gue satu persatu kewarasannya hilang karena jatuh cinta.

Dulu, cinta tidak seribet seperti sekarang ini. cukup dari kejauhan kita melihat si do'i "ooohh... itu pacar saya, ya sudah..." 

Kalau kita seudah merasa tidak cocok ya bubar, putus, kelar semua urusan. Kita juga masih bisa berteman lagi seperti sebelum jadian. Setelah kita putus, kita bebas pacaran dengan siapa saja, termasuk teman kita sendiri. Bahkan mereka malah sengaja tukeran pacar. Keren sekali, bukan?

Coba kita bandingkan dengan kisah cinta zaman sekarang, jika kalian berani berpacaran dengan mantan teman kalian sendiri, sudah biasa dipastikan hubungan pertemanan kalian akan hancur.

Balik lagi ke masalah tugas yang gue emban sebagai mak coblang. lucunya, gue adalah satu-satunya orang yang belum pernah merasakan pacaran dengan orang satu kampung. Mungkin karena gue terlalu sibuk ngurusin hubungan orang lain. hahaha.   

Selain jadi mak coblang, gue juga punya satu tugas yang tak kalah penting lainnya, yaitu jadi hansip setiap malam Minggu,atau kasarannya jagaiin orang yang lagi pacaran. Kalau gue beruntung, kadang gue dapat imbalan permen chewy dari salah satu pasangan. Dulu permen itu termasuk permen legend yang mahal. 
uuuh bahagianya~

Suatu ketika, gue pernah mengalami masalah dengan peran gue sebagai mak comblang. Bermula dari teman gue yang bernama Ai, dia meminta gue untuk mencombalngkan dia dengan salah satu anak laki-laki yang bernama Rifqi, kebetulan juga Rifqi ini masih teman dekat gue. Setelah berhasil mengompori keduanya untuk jadian, akhirnya si Rifqi menitipkan surat cintanya sama gue. Seperti biasa, gue mengantarkan surat itu kepada penerimanya. Sebelumnya, Rifqi tidak bilang kalau surat itu untuk Ai, tapi dengan pd-nya gue memberikan surat itu pada Ai, karena gue merasa memang sedang men-comblangkan Ai denga Rifqi.

Setelah Ai menerima surat itu, dengan mesem-mesem najong, gue nanya ke Ai “ Gimai i? nembak?”, Ai hanya diam melihat gue lalu kemudian dia pergi. Gue nggak ambil pusing sama kejadian itu, gue berfikir mungkin Rifqi belum menyatakan cinta sama Ai, makanya dia terlihat kurang bahagia ketika membaca surat dari Rifqi. “Bukan salah gue” batin gue.

Beberapa hari setelah itu, gue memang merasa kalau sikap Ai ke gue sedikit berubah, padahal biasanya setiap kali Ai melihat gue, dia langsung kelojotan “Putii…. Rifqi gimanaa?!!” sampai kuping gue pengeng. Gue masih berfikiran, mungkin benar Rifqi belum nembak Ai, makanya Ai ngga punya bahan obrolan lagi sama gue. Lalu tiba-tiba, ada salah satu teman gue yang memberikan gue sebuah gulungan kertas yang sudah lumayan lecek.
“Ini apa?” Tanya gue.
“Dari Ai.. “ jawab dia lalu pergi.

Setelah gue buka, gue merasa nggak asing sama amplop itu, ternyata itu memang surat yang tempo hari dititipkan Rifqi sama gue. Gue sempet bingung kenapa Ai memberikan surat itu sama gue, sampai akhirnya gue baca surat itu dan…. Cengo. Ternyata surat itu bukan buat Ai, tapi buat gue. Ternyata Rifqi itu naksirnya sama gue, bukan sama Ai. Di surat itu Rifqi bilang supaya gue jangan nyomblangin Rifqi sama Ai lagi, karena Rifqi sama sekali tidak suka.

Karena gue males ribet nantinya, gue memutuskan untuk menjauhi ke duanya. Gue nggak mau merusak kebahagiaan Ai dengan menerima cintanya Rifqi yang jelas-jelas gue sendiri juga nggak suka.

Kejadian itu terulang lagi, kali ini kasusnya sedikit berbeda. Ada Gilang dan Emang yang tergila-gila sama salah satu teman gue, Hana. Hana beberapa tahun yang lalu memang mirip dengan Acha Septriasa, apa lagi Hana baru saja pindah dari Kota, kulitnya belem mbusik seperti gue dan teman-teman lainnya.

Gilang dan Emang ini berteman cukup dekat, mereka bersaing secara sehat untuk memperebutkan Hana. Gilang sering curhat sama gue soal perasaannya itu, karena gue merasa kasihan, gue kemudian membantu Gilang untuk mendekati Hana. Gue sering menceritakan hal-hal baik tentang Gilang sama Hana, gue juga sering menjelek-jelekan Emang supaya Hana nantinya milih Gilang.

Harapan gue akhirnya terkabul, Hana mulai suka Gilang. Tapi Gilang memang kampet! Dia malah nembak gue . Gue nggak tau harus bilang apa ke Hana. Satu-satunya hal yang bisa gue lakukan adalah, menjauhi Gilang.  

Gue merasa Gilang nggak menghargai usaha gue. Pertemanan gue sama Gilangpun akhirnya berubah, kita tidak sedekat seperti sebelumnya. Gue sempet bolos ngaji selama satu minggu. Dan selama itu pula, Gilang sering nanyain gue sama saudara gue, yang justru bikin gue makin benci sama Gilang.

Entahlah, dulu gue memang punya sedikit kelainan, gue berbeda dari teman-teman gue. Gue akan membenci seorang laki-laki ketika dia menyatakan cintanya sama gue. Perasaan aneh seperti takut, ilfeel, dan bingung mau ngapain kalau udah pacaran, membuat gue kesulitan untuk mendapatkan pacar.

Ini cerita udah ngawur dari awal, yang tadinya mau cerita temen-temen pas kecil, kenapa jadi melebar kemana-mana dah...

Lalu bagaimana nasibnya Erwin, Emul, Aceng dan Diki? atau nasib teman-teman baru gue di wetan?
Yaudahlah, mungkin nanti disambung lagi, 
kalau inget.

  47 komentar:

  1. Kebanyakan teman-temanmu cowok ya, nama-nama mereka juga cukup unik.. Erwin, Emul, Aceng dan Diki.. :D

    Wahh... jadi mak comblang, ittsss... malah kacau.. kayak cerita di film ya..

    Mmmm... kok bisa tiba-tiba benci sama cowok yg menyatakan cinta ke kamu?
    Takut dipatahin hatimu ya?, tenang aja... ng semua cowok kayak gitu, meski kenayakan sih kayak gitu.. ahahahaa.. :D

    #SalamKunjunganBalik

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, soalnya yang rumahnya disekitaran rumahku anak laki semua.

      cerita di film yang kayak cerita ku :P

      nggak tau, susah jelasinnya. benci karena takut sih sebenernya. cuma nga tau juga kenapa bisa takut.

      Hapus
  2. hati-hati banyak yang benci malah berbalik rasa cinta loh hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. benci nya bukan benci yang mengutuk gitu sih, mba. cuma sebatas sebel.

      Hapus
  3. Masa kecil itu adalah masa yang paling membahagiain, mau cewek atau cowok, mainnya... Main tabok aja hehe,

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang paling membahagiakan dari masa kecil adalah, kita bisa bebas telanjang.
      eh

      Hapus
  4. Hmmm
    Tolong dund mak comblangin saya sama isyana, plis

    BalasHapus
  5. Biasanya kalau sudah cerita dimasa kecil itu, beuh kemana2 pasti. Soalnya banyak sekali kalau diceritakan mah.. haha

    Banyak laki-lakinya ya teman-temannya.. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahah, tuls. apalagi saya yang masa kecilnya dimana-mana.

      hu.um nih..

      Hapus
  6. Masa kecilmu bahagia.....hehe

    Ngomongin masalah percintaan, Terkadang bisa membuat kita dilema.

    Gua langsung spechless ngebaca paragraf terakhir ketiga.......rasanya campur aduk kaya kopi susu

    BalasHapus
    Balasan
    1. nggak juga sih. masa kecil saya jomblo dek.

      oh itu, enak dong ya berarti.

      Hapus
  7. Ya ampun, ibu artis yah dulu. Sibuk nyomblangin, sibuk ditaksir orang. Pasti ibu pacarnya Aliando sekarang.

    BalasHapus
  8. put, gak cerita teman masa kini kamu ??

    BalasHapus
  9. Ternyata lu seorang Mak Comblang toh, Put. Uhuy! Wqwq.

    Hm... gimana, ya. Itu konyol banget, sih, yang Rifqi suka sama lu tapi malah ngasih ke Ai. Gokil! Menyakiti perasaan teman secara tidak sengaja. :))

    BalasHapus
  10. Gapapa kesulitan dpat pacar...nanti langsung jadi suami hahahah

    BalasHapus
  11. Gue jadi tau kenapa dulu lo gak pacaran.

    Karena cowok yang nyatain perasaannya pasti langsung lo jauhin, ya gimana mau pacaran. Susah sih emang kalo udah ada yang nyatain cinta terus kembali berteman, memang lebih baik di jauhin.

    Hm.. gue bingung nih, lo pulang ke Jawa? bukannya Purwakarta itu juga di Jawa ? Kenapa gak di tulis aja nama kotanya, bagi orang Sumatera seperti gue, provinsi di pulau Jawa, ya semuanya termasuk ke dalam pulau Jawa.

    Misal, "Liburan yuk, ke Jawa." Padahal dia ke Yogyakarta, bukan 3 provinsi yang ada kata Jawa.

    Ah, hanya soal persepsi aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha, dulu mah waktu masih kecil mikirnya nggak terlalu jauh sih. jauhin aja dulu, ntar juga dia suka sama orang lain lagi. masalah selesai. kita bisa temenan lagi. wqwq

      iya ya? wah, puti ini memang kebiasaan. ya abisan aku sering dibilangin "puti kamu orang jawa ya?" pas di Purwakarta. jadi mindsetku purwakarta ya Purwakarta, Jawa ya Jawa. beda. wqwq maafkeun~

      Hapus
  12. Purwakarta ada di jawa, Purwokerto ada di jawa. Pulang ke Jawa? ah sudahlah hehe. Kenapa orang jawa barat kalau nyebut orang jawa tengah dan jawa timur itu jawa? apa dahulu jawa barat itu pulau tersendiri ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe, hehe,
      iya saya dan sejajaran orang sunda mengaku salah.
      ya mau gimana lagi, lha wong kita ngomong "pitnah" aja nga bisa pake F.
      eh nga ada hubungannya ya?

      Hapus
  13. astaga, kecil kecil udah main jelangkung... keren lah :D
    btw gimana main jelangkungnya ? sukses

    purwakarta sama purwokerto beda yak ?

    njir, jadi mak comblang, ane ngakak sih pas yang ngasih surat ke ai, rupanya itu surat buat lu
    njir, mungkin dalem hati si ai kayak gini, dasar nih cewek, minta mak comblangin malah dia yang dapet, di pamer pamerin lagi huh kezeelll

    hahahahaa
    sungguh kau tlah menyakiti hatinya :v

    BalasHapus
    Balasan
    1. kagaaaaaa.. haha

      beda dunks.

      yeee, aku nggak pamer ya. soalnya aku emang bener-bener ngak tau.
      si Rifqi noh yang harusnya disalahin, bukan akikah..

      Hapus
  14. permen chewy, sulit untuk menemukannya sekarang ini...
    dlu pernah merantau di Purwakarta di stasiun Purwakarta, tau gitu minta bantuan mak Comblang bia ga kesekian di Purwakarta, eh *kesepian

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, dulu termasuk permen mahal ya.
      lebih mahal dari milkita. wqwq

      dulunya itu tahun berapa?

      Hapus
  15. Ceritanya absurd banget dah ya wqwq .
    Apa semua anak rantau emang kayak gini ya kelakuannya ..

    Gue juga punya banyak kayak Asep, nazar Azis mereka itu anak yang sangat-sangat aneh, apalagi kalo ....

    Loh ko jadi melebar gini komentarnya ..

    Okedeh aku tunggu cerita keanehan selanjutnya ya teh ..
    Btw GA usah pacaran teh jomblo sampe halal aja ya lebih asyique muehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. kayak gini gimana maksudnya?

      kalooo???

      anjir, ini komen terkentang sepanjang sejarah perkomentaran...
      haha

      insyaAllah :))

      Hapus
  16. Suasana masa kecil yang hampir sama lah dengan yg aku alami di desaku, tapi yang jadi pembeda main jelangkung, di sini gak ada.

    Yang bikin aku teringat masa SMP dapet surat dari seorang wanita yg pembukaannya "To the point aja yah" wkwkwk sumpah ngakak aku kalo inget, btw suratnya masih aku simpan kayaknya. Kalau gak dimakan rayap sih.

    Kebanyakan kalau masa kecil ya gitu, ada kubu wetan kulon juga, sampe segede ini masih terbelah menjadi dua nih, tapi itu cuma sebutan, kami tetep berteman kok.

    BalasHapus
    Balasan
    1. tos dulu dong sesama anaq generasi tahun 90'.. #prokkk eaaak

      iya sih, cuma tetep aja berkubu-kubu. intensitas main barengnya juga bakalan jarang.

      Hapus
  17. banyak banget tokoh ceritanya di sini :))

    ngerik juga ya anak ini, bikin kliennya makcomblangnya malah berlaih target. gak hanya sekali. dua kali. DUA KALI!
    Fix, kamu berbakat jadi PHO :"))

    BalasHapus
    Balasan
    1. anjiir PHO :')) (dagunya dua, soalnya sekarang gendats)

      Hapus
  18. Hidupnya no maden amat ya Anjelli. Tapi justru yang kalao dipikir pikir sekarang bikin masa kecilmu jadi lebih berwarna dan anti mainstream. Kamu jadi punya banyak teman dan banyak pengalaman. Gue juga suka cara kamu menuturkan cerita cerita itu, bikin gue pingin nulis soal masa kecil gue juga, Tapi kalau boleh saran, bisa dipenggal menjadi 2 posingan ini...biar yang baca bisa bertahan baca sampai akhir.
    tapi, dulu gue juga bertahan ngaji cuman sampe SMP aja, SMA kita udah terlalu banyak kegiatan jadi ngajinya terbengkalai. :( Padahl dulu ngaji itu gratis ya. Sekarang mah apa apa bayar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. "no maden" wah bahasa baru ini, apa aku aja yang kudet nih?

      ayooo nulis juga, siapa tau temen kecil kita ada yang baca. walaupun setelah itu abis kena tabok.

      jaman sekarang mah jangankan sampe SMP, SD masih ngaji aja udah uyuhan.

      Hapus
  19. weww... bocah somagede...
    gkgkgkgk

    BalasHapus
  20. weww... bocah somagede...
    gkgkgkgk

    BalasHapus
  21. Baca dari awal jadi ngerasa lagi noltalgia waktu jamannya masih ingusan. Yang bedain cuma mak comblang. Iya, dlu peran gue bukan mak comblang.
    Emang bener sih pacaran jaman dulu itu lebih sehat dari pada sekarang. Dulu cuma mesem mesem doang juga udah seneng.
    Tapi ya beda jaman beda kelakuan hehe
    Mengaji juga sekarang di kampung2 sudah mulai jarang, apalagi anak2 SMA yang udh mulai sibuk dengan urusan remajanya. Susah untuk dikasih arahan agamis.
    "Tukeran pacar" itu ngakak banget :v hahaha
    Nice post :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. pacaran jaman dulu kalau makan 4 sehat 5 sempurna ya, makanya sehat, kalo sekarang kan makannya di mekdi sama ka ef cih. junk food semua.

      semenjak gadget menyerang sih tepatnya.

      serius loh. cuma gantian doang.

      Hapus
  22. patkalipat samadengan nambelas....

    Ya allah, aku dulu tukang post temen

    BalasHapus
    Balasan
    1. sempat nga sempat harus dibalas.

      buah jeruk buah delima, tulisan buruk jangan dihina.
      wqwq

      sama dong kita...

      Hapus
  23. "Bingung mau ngapain kalau udah pacaran"

    iya, ya ngapain?

    (saya juga bingung) #lho

    BalasHapus
    Balasan
    1. coba dulu udah jaman internet, pertanyaan kayak gitu pasti bisa aku tanyain ke google.
      wqwq

      Hapus
  24. gw juga dari umur 0 - 22 tahun ini masih aja tinggal di daerah yang sama dan rumah yang sama :D
    kadang gw iri sama temen yang orang tuanya pindah2 tugas.. temennya jadi banyak dimana2 hahaha

    BalasHapus

Tinggalin jejak dulu ya sebelum close tab,.. ^0^
Biar bisa dikunjungin balik \m/

Aku Adalah

Puti Andini

Pengabdi Wifi Telkom...

Bagian dari

Your Lucky Number

Kategori