30 Apr 2017

When You Try Your Best But You Don't Succeed

“Gue merasa kalau hal-hal baik, jarang sekali menimpa gue..”


Lagi-lagi pemikiran seperti itu muncul di benak gue yang justru malah membuat gue terlihat menjadi seseorang yang kurang bersyukur.

Tapi, ya bukan berarti gue selalu ditimpa sama hal-hal buruk juga sih, gue merasa kalau semua hal yang gue alami itu cuma hal-hal biasa doang. Jarang banget rasanya ada keajaiban yang tiba-tiba terjadi di kehidupan gue ini. Semuanya kayak…. datar aja … mirip dada gue.

Seperti kejadian yang baru saja gue alami ini.

Hari Jum’at kemarin, disela-sela jam kerja, tiba-tiba Fitroh datang menghampiri gue.

“Puti, kamu mau daftar beasiswa PPA nga?” tanya Fitroh kemudian.

“Oh? Udah ada pengumumannya?” Jawab gue dengan nada yang dibiasa-biasain.

Jujur saja, sebenernya pas gue denger kabar itu, gue girang bukan main. Gue udah nunggu kapan beasiswa PPA itu bakalan ada lagi. Gue sering bolak-balik nanya ke kajur sampai kajurnya mungkin gedek sama gue.

“Kamu rajin-rajin cek mading aja. Saya bosen tiap kali ketemu kamu pasti yang ditanyain beasiswa, sekali-kali kamu tanyain saya udah makan apa belum, pasti saya bakalan langsung jawab.. ”

Mueheheheh

Ketauan deh kalau gue ternyata ngebet banget buat dapet beasiswa.

Ya mau gimana lagi, lagian siapa sih yang nggak mau dapet beasiswa?
Gue juga nggak punya pilihan lain selain ngejar beasiswa supaya (seenggaknya) budget unruk makan bisa aman karena nggak dipake buat bayaran. Masa iya gue harus minta sama OM? Omprengan?   
Hvft.

Selain beasiswa PPA yang gue tunggu-tunggu itu, ada juga beasiswa dari yayasan yang mempunyai  perannya sama dengan beasiswa pada umumnya, yaitu digunakan untuk meringankan beban siswa. Hanya saja dari awal gue udah yakin kalau gue nggak bakalan bisa dapetin beasiswa dari yayasan itu.

Kenapa?

*tjie kepo

Alasannya, karena beasiswa dari yayasan akan diberikan secara otomatis kepada mahasiswa/i yang mempunyai IPK tertinggi di kelas, dan ya, IPK gue belum memenuhi atau bahkan tidak memenuhi persyaratan itu

Sementara itu, peryaratan utama untuk mendaftar beasiswa PPA adalah IPK minimal 3,0, maka dari itu gue merasa lebih percaya diri untuk mencobanya.

Setelah gue pulang kerja, gue memutuskan untuk ke kampus.
Harus Berangkat gasik pokoknya.. batin gue.

Sesampainya di kampus, gue mencoba untuk bertanya langsung ke kajur (lagi). Setelah melihat poin-poin persyaratan untuk pendaftaran beasiswa itu, gue optimis kalau gue bisa mengumpulkannya dalam tempo waktu yang sesingkat-singkatnya.

Oh iya, gue belum bilang ya. Jadi, pengumuman itu di pasang hari Kamis malam tanggal 27 April, dan semua berkas untuk persyaratan pendaftaran beasiswa itu adalah hari Selasa tanggal 2 Mei.

Sengaja banget ya waktunya di mepet-mepetin.

Harusnya dengan waktu kurang lebih 5 hari itu nggak jadi masalah sih, kalau saja nggak kepotong sama hari Minggu dan tanggal merah.

Hvft (2).

Ya, ini ada….
Ini bisa….
hmmm.. ok…
Iyaa…
Gampang…

Gue melingkari setiap poin persyaratan yang menurut gue bisa gue penuhi.

“Pasti dapet, Put. Yang penting mau repot sedikit..” kata-kata dari Fitroh itu selalu terngiang-ngiang di telinga gue.

Yaaah, semuanya memang harus ada pengorbanannya…

Lalu gue kembali melihat lagi poin-poin persyaratan itu, ternyata ada beberapa yang belum gue lingkari.

Persyaratan yang seharusnya menjadi persyaratan yang paling, yaitu fotocopy kartu mahasiswa, print out data dari Forlap Dikti, data nilai sementara (DNS) dan surat keterang dari senat.

Perasaan gue mulai nggak enak ketika gue liat kilatan mata Kajur.

“Ada apa lagi?” tanya beliau.

Tau aja kalu gue mau nanya lagi.
 
“Gini bu, ada beberapa persyartan yang saya belum punya, masalahnya, itu diluar kemampuan saya”

“Loh? Maksudnya gimana?”

“Yang pertama, untuk Kartu Mahasiswa. Saya kan belum dapet bu. terus yang kedua, soal data saya di Forlap Dikti, sudah saya cek, dan sepertinya data saya belum diinput…”

“Ya berarti kamu nggak bisa ngajuin dong? Kita nggak bisa masukin berkasmu kalau datamu nggak ada di Forlap”

Gue diem, nunduk, liatin kaki gue yang cemong. Teringat beberapa jam yang lalu gue harus jalan kaki lumayan jauh ke kampus karena kejebak macet.

Puti, pasukan wani kesel

Data gue belum ada di Forlap. Salah gue, gitu? Salah temen-temen gue, gitu?

“Terus gimana dong, bu?” tanya gue meminta solusi

“Kalau untuk kartu mahasiswa masih bisa saya urusin, nanti kamu minta ke FO supaya dibuatkan kartu mahasiswa sementara. Nah, Forlapnya itu yang nggak bisa.”
“Kamu yakin udah ngecek di web? Nggak ada? Si xxx itu saya cek udah masuk kok, dia juga satu angkatan sama kamu. 2016 kan?”

Untuk memastikan ucapan gue tersebut, kami berdua akhirnya sama-sama mengecek langsung di web Dikti.

“Oh, iya nggak ada. Kok bisa yah? Berkasmu waktu pendaftaran belum lengkap barangkali, makanya nggak di input sama pihak kampus”

Ampun deh, di-su’udzon muluuuuk…

Beliau kemudian menyarankan gue untuk menemui seseorang yang bertugas menginput data mahasiswa di Forlap. Tanpa banyak tanya lagi gue pun bergegas mencari orang yang dimaksud tersebut.

“Oh iya, saya memang baru input sampai nomor 268, selebihnya memang belum saya input..” tutur beliau.

“Terus saya gimana, Pak? Bapak bisa usahain input data saya dulu nggak?” pinta gue dengan muka yang agak memble.

“Iya, nanti saya coba. Yang penting kamu kumpulin dulu berkas yang lain. Lengkapin semua, jangan sampai nggak jadi ngajuin gara-gara ini”

Gue akhirnya mengiyakan saran beliau.

Tinggal kartu mahasiswa…

Guepun mendatangi bagian FO dan meminta untuk dibuatkan kartu mahasiswa sementara.

“Nanti jam 7 malem kamu kesini lagi. Sebentar juga jadi kok” kata salah satu staffnya.

Lagi-lagi gue mengiakan dan percaya begitu saja.

Hari itu gue memang ada jadwal kuliah jam 8 malam. Tapi gue berinisiatif untuk masuk ke kelas lain (yang jam 7) supaya bisa pulang lebih awal.

Kalau jam 8 ngambil kayaknya masih keburu deh… pikir gue.

“Waduh, belum saya buatkan mba.. gimana kalau besok saja mbak kesini lagi? Sorean sekitar jam 3 ya mbak. Sekalian sama daftar nilai sementaranya nanti saya buatkan”

Gue sebenernya sudah menduga kalau kalimat itu yang bakal gue dengar.


Keesokan harinya, yaitu hari Sabtu, gue datang lagi ke Kampus.
Jadwal kuliah gue hari itu jam 16.30, tapi berhubung gue harus ngurusin hal yang belum selesai kemarin, jam 2 siang gue udah siap-siap berangkat untuk mengantisipasi kalau macet.
((KALAU MACET)

Oot sebentar
Sudah hampir 3 bulan gue berhadapan dengan yang namanya macet. Macet kali ini bukan sembarang macet, tapi bener-bener macet total, sampai kadang angkot yang gue tumpangi nggak bisa jalan sama sekali. Untuk kalian yang tinggal atau melewati jalan di daerah CIMONE-BITUNG mungkin kalian tau banget soal kemacetan ini, yang nggak tau kapan akan berakhir. Gue denger-denger katanya ini semua gara-gara penutupan gerbang tol karang tengah.

Balik lagi ke topik semula.
Gue sampai di kampus sekitar jam 4. Pertama-tama gue cari staff FO yang kemarin berjanji membuatkan gue kartu mahasiswa. 

“Mas, liat Mas X nga? Saya mau ngambil yang kemarin itu..” tanya gue pada salah sati staff FO yang lain

“Oh mas X nya lagi sibuk banget sekarang, nanti kamu kesini lagi jam 5, kayaknya sudah dibuatkan”
Gue mengiayaka lalu kemudian pergi untuk menemui orang yang menginput data di Forlap Dikti.
Sesampainya disana.

“Bawa fotocopy KTP?” tanya beliau.

Lha? Kemaren emang bilang suruh bawa fc KTP? Kok gue nggak denger.

Untung saja, gue sudah mempersiapkan hal semacam itu. Sejelek apapun foto kita di KTP, gue yakin fotocopy-an KTP sangat diperlukan untuk hal-hal semacam ini.

TERUS KORELASINYA APA, MPRET!

“Tulis NPM sama nama Ibu kandung”

Gue manut menuliskannya.

Beliau kemudian mulaimengetikan jarinya di keyboard. dan beberapa detik kemudian...

“Servernya down, jadi nggak bisa saya input sekarang..” kata beliau dengan muka datar ngalahin tembok.

KENAPA NGAK LANGSUNG DIINPUT KEMARIN PAS SAYA DATENG KESINI? KALAU MEMANG BISA LANGSUNG DIINPUT KAYAK GITU MAH, KENAPA HARUS NUNGGU BESOK SEGALA?!! KENAPA PAK? KENAPA?!!

“Oh, gitu ya pak..” jawab gue putus asa.

“Besok kamu kesini lagi deh ya..”

“Besok kan Minggu pak”

“Oh iya, yasudah hari Selasa, gimana?”

“Mepet banget, Pak, waktunya. Kalau nanti maghrib saya kesini lagi boleh, Pak? Tolong bantu cek servernya, siapa tau udah bisa..” usul gue.

“Hmmm, boleh deh..”

Gue meninggalkan ruangan beliau dengan perasan hampa. Hari itu ternyata gue udah dua kali kena PHP cowo.

Hvft (3).

Tinggal surat keteranga dari senat…

Baru saja kaki gue mau melangkah menuju ruang senat, ternyata pas gue liat jam, sudah jam 16.30. mau tidak mau, gue harus masuk ke kelas dulu.

Setengah jam berlalu, gue meminta izin untuk ke belakang sebentar. Gue berniat untuk menagih janji di FO.

Tapi kemudian gue  mendatangi ruangan senat. Kebetulan disana gue bertemu dengan ketuanya langsung. Mungkin saking banyaknya mahasiswa yang meminta surat keterangan dari senat, mereka sudah tau maksud dan tujuan gue datang menemui mereka. Tidak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjelaskan, mereka akhirnya setuju untuk membuatkan gue juga.

Setelah itu, gue kembali mendatangi FO.

“Mas x ada?” tanya gue kepada staff lain, sesampainya disana.

Dia memberikan ekspresi wajah yang mencurigakan.
Percuma-lo-nyari-dia-ha-!
Kalau dijabarkan, mungkin seperti itulah arti ekspresi wajahnya.

“Mas X ada diruangannya, di deket tangga”
Tanpa menghiraukan ekspresi wajahnya lagi, gue langsung bergegas menuju ruangan yang di maksud.

“Permisi mas, saya mau tanya yang kemarin..”kata gue to the point

“Yang kemarin apa?” dia malah balik nanya.

APA?! MINTA APA?? NGGAK INGET KALAU KEMARIN GUE KESINI MINTA APAA?!

“Kartu mahasiswa sama DNS, mas.. sudah jadi? ” mencoba untuk tersenyum walaupun ati mangkel.

Dia kemudian mengacungkan setumpuk dokumen.

“Kamu nggak liat ini? Banyak banget yang minta juga. Ada 30 lebih. Ya belum selesai lah, segini banyaknya kok..” kata dia mulai sewot

LOH?
Gue malah jadi cengo sendiri. Ini gimana sih? Gue belum punya kartu mahasiwa terus itu salah gue, gitu? Salah temen-temen gue, gitu?
Heol~

“Besok Selasa baru bisa jadi..” lanjut dia ketus.

Tanpa memberi jawaban apa-apa, guepun pergi.
Sebelum itu, gue mampir ke ruang senat dulu sebelum kembali kekelas.

“Kak, suratnya saya ambil hari Selasa sore ya..”

“Loh? Selasa pagi kan batas pengumpulannya, nanti jam 8 malem aja kamu ngambil kesini.. ” jawab salah seorang dari mereka.

Seketika semangat gue yang tadinya berapi-api, tiba-tiba langsung padam.
Gue kembali ke kelas dengan membawa harapan kosong.
Banyak banget yang gue pikirkan saat itu.

Apa gue harus nyerah aja ya? Mungkin belum rezekinya.

Apa gue lanjutin dulu sampai akhir?

Ah masa Cuma kayak gitu doing nyerah.

Tapi, kampret! gue males banget berurusan sama mereka lagi.

Ya Allah, kapan sih semuanya bakalan berjalan lancar?

Huh, kayaknya gue kurang berdo’a nih, makanya Allah belum ngasih hal baik ke gue.

Lanjut enggak, enggak lanjut.

Tau depan aja kali ya?

Ah kampret! Coddingan pake nggak running lagi!

“Woooy! Bengong mulu! Gue lagi ngomong  nggak di dengerin ” Bentak makhluk astral di sebelah gue, Musa.
“Bodo ah! Aku lagi pusing tau…”
“Nanti pulangnya bareng gue aja, gue mau ngambil buku di Meta…” ulang dia.
“hmmm..”

Akhirnya, gue memutuskan untuk pulang. Padahal, seharusnya jam 8 gue ngambil surat keterangan di senat. Tapi, yah... semangat guenya udah hilang.

Diperjalanan pulang, gue masih sibuk beradu argument dengan diri gue sendiri. Musa yang emang hobinya ngecuprus, disepanjang perjalanan cuma jadi backsound doang buat gue. Gue cuma ber-hmmm-hmmm doang, padahal gue sama sekali nggak nyimak apa yang dia omongin.

“Kakak gue, put…..”

“hmmm”
“Udah tengah malem itu…”

“hmmm”

“hahahahahha…”

“hmmm”

Setelah sampai di kontrakan, gue langsung buka laptop dan
.
;
Nonton Drama Korea.

Semoga perasaan gue bisa lebih baik setelah nonton..
\^0^/


  21 komentar:

  1. Anjiis....!! Aku pernah ngalamin hal serupa. Padahal aku udah ngikutin peraturan dan memenuhi semua syarat ketentuan. Pokoknya lengkap. Gegara sekertaris sialan itu. Beasiswa menguap gitu aja. Kesel banget sumpah. Tapi ya masih banyak rizki dari pintu lain sih.

    Semoga kamu dapet beasiswa ya? Biar perjuangan kamu gak sia dia. Si tukang php itu semoga lekas sadar.. ehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah! iya emang bener, kampret banget. kalau kita lagi butuh itu berasa mereka yang kita butuhin ngebantuinnya acuh nggak acuh gitu.
      ksl bgt aku.

      Amiin.

      Kalau untuk PPA tahun ini aku resmi mengundurkan diri. abisaaaan sampai sekarang aja aku cek namaku blm ada juga di web dikti. kan emang beneran sama sekali nggak diurusin.

      hvft tambah kzl.

      Hapus
  2. Itu kajur nga minta maaf yha setelah udah suudzon?
    Dimana-mana birokrasi memang yha~
    Dulu pernah semester 3 dapet beasiswa karena ada yang Baiq hati ngurusin secara kolektif, jadi ada penambahan tenaga khusus buat urus beasiswa.

    Eh tapi pernah ding,mepet tur diangel-angel akibatnya wisudanya ikut periode berikutnya hhh

    Aku meh ngomong kata klise kaya "ntar pasti ada rezeki lain dari Allah" tapi ngerasa nga ena. Maca postingan mu, maca komenmu neng postku, makin merasa kurang syukur banget, Put.
    Pokoke yakin ada pintu lain, pintu 1 ketutup, 10 pintu kebuka
    (Lah akhire ngomong juga)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yakalii mazz~

      harusnya sih gitu ya.
      inimah udah ketauan dari awal kalau mereka ngeluarin beasiswa juga kayaknya nga ikhlas. liat aja, waktunya mepet gitu.

      ya allah, kok malah jadi su'udzan balik ya?

      Itumah pasti, mas.
      ketutup satu, yang lain pasti kebuka.
      kayak misalkan, setelah bete ngurusin beasiswa ternyata gagal, taunya pulang kuliah ada yang mau nganterin, qan mayan, itu juga rezeki. wqwq

      Hapus
    2. yang ngaterin siapa tuh low leh taw?
      ehe
      ehe
      ehe

      Hapus
    3. cpah yaw...
      aku kog agak lupha yaw...

      Hapus
  3. gila gila gila gue bacanya jadi ikutan kesel, eh tapi gue bingung, lo kuliah 2016 tpi belum dpt KTM kenapa? emang lama gitu ya bikinnya? gue KTM udah dapet h-seminggu masuk kuliah lo

    BalasHapus
    Balasan
    1. apalagi yang nulis.
      hvft.

      iya, belum dapet aku. soalnya waktu itu bikinnya juga akhiran. hehe

      terus ktmnya nyatu gitu sama atm. yang langsung bisa jadi malah kartu perpusnya.

      Hapus
  4. gue termasuk yang gak pernah ngurus beasiswa gara2 persyaratannya ribet. apalagi beasiswa tingkat provinsi, sampe ke kantor catatan sipil segala :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. berarti ada dong ya yang ribetnya ngalahin ceweq? ngurus beasiswa.

      Hapus
  5. Ga usah nyesel mbake, masih banyak yang lebih sial dari mbak :v

    BalasHapus
    Balasan
    1. bukan nyesel. tapi kezzzeeel. KEZZZELL!

      Hapus
  6. Suliiiit sekali ngurusin beasiswa. Tapi ya, kenapa solusinya nonton drama korea? MAKAN NASI PADANG ITU TERBAIK!

    Ya, mungkin pesan moralnya "jangan menggantungkan harapan ke orang yang ngurusin banyak orang. Cari aja yang nggak ngurusin siapa-siapa". Oke, ini sesat. HAHAHAHAHAH.

    BalasHapus
    Balasan
    1. malem-malem masa makan nasi padang, yang ada nanti gagal gurih. hahaha

      aku mau ngasih wejangan juga deh buat kamu kalau gitu.

      kamu kan baru lulus smk, dari pada pusing2 kuliah lagi mendingan ternak lele aja dek. wqwq

      Hapus
  7. Yah...
    Senasib deh

    aku abis dinyatakan enggak lulus seleksi administrasi untuk beasiswa ungulan dikti

    BalasHapus
  8. birokarsi oh dimanapun itu...
    btw endingnya aku jadi elus2 perut yg gendut
    wis mbak, drakor masih banyak yang harus ditonton

    BalasHapus
    Balasan
    1. birokrasi epriwerrrr....
      wqwq

      kalau di elus2 nanti tiba2 ada yang nendang dari dalem bakalan kaget nga kira2? wqwq

      yo.ih. harus semangat iki!!

      Hapus
  9. Dada lo datar kaya lapangan terbang yah?

    Wkwkwkwk

    Put, put, kalo lagi kaya gitu lo bawa gue, BIAR GW BENTAK ORANGNYA !

    Gw pernah ngebentak orang kaya gitu dulu waktu ngampus. Mbak-mbak sama bapak-bapak yang mukanya innocent, yang pengen banget gw jedotin ke tembok, dengan seenaknya ngeping-pong gue tanpa memberi solusi. Akhirnya gw bentak aja:

    HEH, ANDA ITU DISINI DIGAJI SAMA NEGARA TUGASNYA UNTUK MEMBANTU MAHASISWA ! KALO GAK MAU BANTU SAYA BILANG DARI AWAL, BIAR ANDA SAYA LAPORKAN KE DEKAN ! MASIH BANYAK DILUAR SANA YANG ANTRI UNTUK MENGGANTIKAN ANDA !

    Gw maki-maki di depan banyak orang dan mahasiswa. Habis itu mereka langsung bantuin gue, wkwkwk

    Lu boleh pake cara ini kalo muka lu tembok kaya gue dan punya nyali besar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. mana ada lapangan terbang -_- yang ada itu burung terbang, pesawat terbang...

      mukaku lebih mirip raisa daripada tembok.

      Hapus
    2. Raisa? Pait..pait...pait...

      Hapus

Tinggalin jejak dulu ya sebelum close tab,.. ^0^
Biar bisa dikunjungin balik \m/

Aku Adalah

Puti Andini

Pengabdi Wifi Telkom...

Bagian dari

Your Lucky Number

Kategori