When You Try Your Best But You Don't Succeed
“Gue
merasa kalau hal-hal baik, jarang sekali menimpa gue..”
Lagi-lagi pemikiran seperti itu muncul di benak
gue yang justru malah membuat gue terlihat menjadi seseorang yang kurang
bersyukur.
Tapi, ya bukan berarti gue selalu ditimpa sama
hal-hal buruk juga sih, gue merasa kalau
semua hal yang gue alami itu cuma hal-hal biasa doang. Jarang banget rasanya ada
keajaiban yang tiba-tiba terjadi di kehidupan gue ini. Semuanya kayak…. datar
aja … mirip dada gue.
Seperti kejadian yang baru saja gue alami ini.
Hari Jum’at kemarin, disela-sela jam kerja,
tiba-tiba Fitroh datang menghampiri gue.
“Puti, kamu mau daftar beasiswa PPA nga?” tanya
Fitroh kemudian.
“Oh? Udah ada pengumumannya?” Jawab gue dengan
nada yang dibiasa-biasain.
Jujur saja, sebenernya pas gue denger kabar
itu, gue girang bukan main. Gue udah nunggu kapan beasiswa PPA itu bakalan ada
lagi. Gue sering bolak-balik nanya ke kajur sampai kajurnya mungkin gedek sama
gue.
“Kamu rajin-rajin cek mading aja. Saya bosen
tiap kali ketemu kamu pasti yang ditanyain beasiswa, sekali-kali kamu tanyain
saya udah makan apa belum, pasti saya bakalan langsung jawab.. ”
Mueheheheh
Ketauan deh kalau gue ternyata ngebet banget
buat dapet beasiswa.
Ya mau gimana lagi, lagian siapa sih yang nggak
mau dapet beasiswa?
Gue juga nggak punya pilihan lain selain ngejar
beasiswa supaya (seenggaknya) budget unruk makan bisa aman karena nggak
dipake buat bayaran. Masa iya gue harus minta sama OM? Omprengan?
Hvft.
Selain beasiswa PPA yang gue tunggu-tunggu itu,
ada juga beasiswa dari yayasan yang mempunyai perannya sama dengan beasiswa pada umumnya,
yaitu digunakan untuk meringankan beban siswa. Hanya saja dari awal gue udah
yakin kalau gue nggak bakalan bisa dapetin beasiswa dari yayasan itu.
Kenapa?
*tjie kepo
Alasannya, karena beasiswa dari yayasan akan
diberikan secara otomatis kepada mahasiswa/i yang mempunyai IPK tertinggi di
kelas, dan ya, IPK gue belum memenuhi atau bahkan tidak memenuhi persyaratan itu
Sementara itu, peryaratan utama untuk mendaftar
beasiswa PPA adalah IPK minimal 3,0, maka dari itu gue merasa lebih percaya
diri untuk mencobanya.
Setelah gue pulang kerja, gue memutuskan untuk
ke kampus.
Harus Berangkat gasik pokoknya.. batin gue.
Sesampainya di kampus, gue mencoba untuk
bertanya langsung ke kajur (lagi). Setelah melihat poin-poin persyaratan untuk
pendaftaran beasiswa itu, gue optimis kalau gue bisa mengumpulkannya dalam
tempo waktu yang sesingkat-singkatnya.
Oh iya, gue belum bilang ya. Jadi, pengumuman
itu di pasang hari Kamis malam tanggal 27 April, dan semua berkas untuk
persyaratan pendaftaran beasiswa itu adalah hari Selasa tanggal 2 Mei.
Sengaja banget ya waktunya di mepet-mepetin.
Harusnya dengan waktu kurang lebih 5 hari itu
nggak jadi masalah sih, kalau saja nggak kepotong sama hari Minggu dan tanggal
merah.
Hvft (2).
Ya,
ini ada….
Ini
bisa….
hmmm..
ok…
Iyaa…
Gampang…
Gue melingkari setiap poin persyaratan yang
menurut gue bisa gue penuhi.
“Pasti dapet, Put. Yang penting mau repot
sedikit..” kata-kata dari Fitroh itu selalu terngiang-ngiang di telinga gue.
Yaaah,
semuanya memang harus ada pengorbanannya…
Lalu gue kembali melihat lagi poin-poin persyaratan
itu, ternyata ada beberapa yang belum gue lingkari.
Persyaratan yang seharusnya menjadi persyaratan yang paling, yaitu fotocopy kartu mahasiswa, print out data dari Forlap
Dikti, data nilai sementara (DNS) dan surat keterang dari senat.
Perasaan gue mulai nggak enak ketika gue liat
kilatan mata Kajur.
“Ada apa lagi?” tanya beliau.
Tau aja kalu gue mau nanya lagi.
“Gini bu, ada beberapa persyartan yang saya
belum punya, masalahnya, itu diluar kemampuan saya”
“Loh? Maksudnya gimana?”
“Yang pertama, untuk Kartu Mahasiswa. Saya kan belum dapet bu. terus yang kedua, soal data saya di Forlap Dikti,
sudah saya cek, dan sepertinya data saya belum diinput…”
“Ya berarti kamu nggak bisa ngajuin dong? Kita
nggak bisa masukin berkasmu kalau datamu nggak ada di Forlap”
Gue diem, nunduk, liatin kaki gue yang cemong. Teringat
beberapa jam yang lalu gue harus jalan kaki lumayan jauh ke kampus karena
kejebak macet.
Puti, pasukan wani kesel |
Data gue
belum ada di Forlap. Salah gue, gitu? Salah temen-temen gue, gitu?
“Terus gimana dong, bu?” tanya gue meminta
solusi
“Kalau untuk kartu mahasiswa masih bisa saya
urusin, nanti kamu minta ke FO supaya dibuatkan kartu mahasiswa sementara. Nah, Forlapnya itu yang nggak bisa.”
“Kamu yakin udah ngecek di web? Nggak ada? Si xxx
itu saya cek udah masuk kok, dia juga satu angkatan sama kamu. 2016 kan?”
Untuk memastikan ucapan gue tersebut, kami berdua akhirnya sama-sama mengecek langsung di web Dikti.
“Oh, iya nggak ada. Kok bisa yah? Berkasmu
waktu pendaftaran belum lengkap barangkali, makanya nggak di input sama pihak
kampus”
Ampun
deh, di-su’udzon muluuuuk…
Beliau kemudian menyarankan gue untuk menemui
seseorang yang bertugas menginput data mahasiswa di Forlap. Tanpa banyak tanya
lagi gue pun bergegas mencari orang yang dimaksud tersebut.
“Oh iya, saya memang baru input sampai nomor
268, selebihnya memang belum saya input..” tutur beliau.
“Terus saya gimana, Pak? Bapak bisa usahain
input data saya dulu nggak?” pinta gue dengan muka yang agak memble.
“Iya, nanti saya coba. Yang penting kamu kumpulin
dulu berkas yang lain. Lengkapin semua, jangan sampai nggak jadi ngajuin gara-gara
ini”
Gue akhirnya mengiyakan saran beliau.
Tinggal
kartu mahasiswa…
Guepun mendatangi bagian FO dan meminta untuk
dibuatkan kartu mahasiswa sementara.
“Nanti jam 7 malem kamu kesini lagi. Sebentar juga
jadi kok” kata salah satu staffnya.
Lagi-lagi gue mengiakan dan percaya begitu
saja.
Hari itu gue memang ada jadwal kuliah jam 8
malam. Tapi gue berinisiatif untuk masuk ke kelas lain (yang jam 7) supaya bisa
pulang lebih awal.
Kalau jam
8 ngambil kayaknya masih keburu deh… pikir gue.
“Waduh, belum saya buatkan mba.. gimana kalau
besok saja mbak kesini lagi? Sorean sekitar jam 3 ya mbak. Sekalian sama daftar
nilai sementaranya nanti saya buatkan”
Gue sebenernya sudah menduga kalau kalimat itu
yang bakal gue dengar.
Keesokan harinya, yaitu hari Sabtu, gue datang lagi
ke Kampus.
Jadwal kuliah gue hari itu jam 16.30, tapi
berhubung gue harus ngurusin hal yang belum selesai kemarin, jam 2 siang gue
udah siap-siap berangkat untuk mengantisipasi kalau macet.
((KALAU MACET)
Oot sebentar
Sudah hampir 3 bulan gue berhadapan dengan yang
namanya macet. Macet kali ini bukan sembarang macet, tapi bener-bener macet
total, sampai kadang angkot yang gue tumpangi nggak bisa jalan sama sekali. Untuk
kalian yang tinggal atau melewati jalan di daerah CIMONE-BITUNG mungkin kalian
tau banget soal kemacetan ini, yang nggak tau kapan akan berakhir. Gue denger-denger
katanya ini semua gara-gara penutupan gerbang tol karang tengah.
Balik lagi ke topik semula.
Gue sampai di kampus sekitar jam 4. Pertama-tama
gue cari staff FO yang kemarin berjanji membuatkan gue kartu mahasiswa.
“Mas, liat Mas X nga? Saya mau ngambil yang
kemarin itu..” tanya gue pada salah sati staff FO yang lain
“Oh mas X nya lagi sibuk banget sekarang, nanti
kamu kesini lagi jam 5, kayaknya sudah dibuatkan”
Gue mengiayaka lalu kemudian pergi untuk
menemui orang yang menginput data di Forlap Dikti.
Sesampainya disana.
“Bawa fotocopy KTP?” tanya beliau.
Lha? Kemaren
emang bilang suruh bawa fc KTP? Kok gue nggak denger.
Untung saja, gue sudah mempersiapkan hal
semacam itu. Sejelek apapun foto kita di KTP, gue yakin fotocopy-an KTP sangat
diperlukan untuk hal-hal semacam ini.
TERUS KORELASINYA APA, MPRET!
“Tulis NPM sama nama Ibu kandung”
Gue manut menuliskannya.
Beliau kemudian mulaimengetikan jarinya di
keyboard. dan beberapa detik kemudian...
“Servernya down, jadi nggak bisa saya input
sekarang..” kata beliau dengan muka datar ngalahin tembok.
KENAPA NGAK LANGSUNG DIINPUT KEMARIN PAS SAYA
DATENG KESINI? KALAU MEMANG BISA LANGSUNG DIINPUT KAYAK GITU MAH, KENAPA HARUS
NUNGGU BESOK SEGALA?!! KENAPA PAK? KENAPA?!!
“Oh, gitu ya pak..” jawab gue putus asa.
“Besok kamu kesini lagi deh ya..”
“Besok kan Minggu pak”
“Oh iya, yasudah hari Selasa, gimana?”
“Mepet banget, Pak, waktunya. Kalau nanti
maghrib saya kesini lagi boleh, Pak? Tolong bantu cek servernya, siapa tau udah
bisa..” usul gue.
“Hmmm, boleh deh..”
Gue meninggalkan ruangan beliau dengan perasan
hampa. Hari itu ternyata gue udah dua kali kena PHP cowo.
Hvft (3).
Tinggal
surat keteranga dari senat…
Baru saja kaki gue mau melangkah menuju ruang
senat, ternyata pas gue liat jam, sudah jam 16.30. mau tidak mau, gue harus
masuk ke kelas dulu.
Setengah jam berlalu, gue meminta izin untuk ke
belakang sebentar. Gue berniat untuk menagih janji di FO.
Tapi kemudian gue mendatangi ruangan senat. Kebetulan
disana gue bertemu dengan ketuanya langsung. Mungkin saking banyaknya mahasiswa
yang meminta surat keterangan dari senat, mereka sudah tau maksud dan tujuan
gue datang menemui mereka. Tidak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
menjelaskan, mereka akhirnya setuju untuk membuatkan gue juga.
Setelah itu, gue kembali mendatangi FO.
“Mas x ada?” tanya gue kepada staff lain, sesampainya disana.
Dia memberikan ekspresi wajah yang
mencurigakan.
Percuma-lo-nyari-dia-ha-!
Kalau dijabarkan, mungkin seperti itulah arti
ekspresi wajahnya.
“Mas X ada diruangannya, di deket tangga”
Tanpa menghiraukan ekspresi wajahnya lagi, gue
langsung bergegas menuju ruangan yang di maksud.
“Permisi mas, saya mau tanya yang kemarin..”kata
gue to the point
“Yang kemarin apa?” dia malah balik nanya.
APA?! MINTA APA?? NGGAK INGET KALAU KEMARIN GUE
KESINI MINTA APAA?!
“Kartu mahasiswa sama DNS, mas.. sudah jadi? ”
mencoba untuk tersenyum walaupun ati mangkel.
Dia kemudian mengacungkan setumpuk dokumen.
“Kamu nggak liat ini? Banyak banget yang minta
juga. Ada 30 lebih. Ya belum selesai lah, segini banyaknya kok..” kata dia mulai
sewot
LOH?
Gue malah jadi cengo sendiri. Ini gimana sih? Gue
belum punya kartu mahasiwa terus itu salah gue, gitu? Salah temen-temen gue, gitu?
Heol~
“Besok Selasa baru bisa jadi..” lanjut dia ketus.
Tanpa memberi jawaban apa-apa, guepun pergi.
Sebelum itu, gue mampir ke ruang senat dulu
sebelum kembali kekelas.
“Kak, suratnya saya ambil hari Selasa sore ya..”
“Loh? Selasa pagi kan batas pengumpulannya,
nanti jam 8 malem aja kamu ngambil kesini.. ” jawab salah seorang dari mereka.
Seketika semangat gue yang tadinya berapi-api,
tiba-tiba langsung padam.
Gue kembali ke kelas dengan membawa harapan
kosong.
Banyak banget yang gue pikirkan saat itu.
Apa gue harus nyerah aja ya? Mungkin belum
rezekinya.
Apa gue lanjutin dulu sampai akhir?
Ah masa Cuma kayak gitu doing nyerah.
Tapi, kampret! gue males banget berurusan sama
mereka lagi.
Ya Allah, kapan sih semuanya bakalan berjalan
lancar?
Huh, kayaknya gue kurang berdo’a nih, makanya
Allah belum ngasih hal baik ke gue.
Lanjut enggak, enggak lanjut.
Tau depan aja kali ya?
Ah kampret! Coddingan pake nggak running lagi!
“Woooy! Bengong mulu! Gue lagi ngomong nggak di dengerin ” Bentak makhluk astral di
sebelah gue, Musa.
“Bodo ah! Aku lagi pusing tau…”
“Nanti pulangnya bareng gue aja, gue mau
ngambil buku di Meta…” ulang dia.
“hmmm..”
Akhirnya, gue memutuskan untuk pulang. Padahal, seharusnya jam 8 gue ngambil surat keterangan di senat. Tapi, yah... semangat guenya udah hilang.
Diperjalanan pulang, gue masih sibuk beradu argument
dengan diri gue sendiri. Musa yang emang hobinya ngecuprus, disepanjang
perjalanan cuma jadi backsound doang buat gue. Gue cuma ber-hmmm-hmmm doang,
padahal gue sama sekali nggak nyimak apa yang dia omongin.
“Kakak gue, put…..”
“hmmm”
“Udah tengah malem itu…”
“hmmm”
“hahahahahha…”
“hmmm”
Setelah sampai di kontrakan, gue langsung buka laptop
dan
.
;
Nonton Drama Korea.
Semoga perasaan gue bisa lebih baik setelah
nonton..
\^0^/
Anjiis....!! Aku pernah ngalamin hal serupa. Padahal aku udah ngikutin peraturan dan memenuhi semua syarat ketentuan. Pokoknya lengkap. Gegara sekertaris sialan itu. Beasiswa menguap gitu aja. Kesel banget sumpah. Tapi ya masih banyak rizki dari pintu lain sih.
BalasHapusSemoga kamu dapet beasiswa ya? Biar perjuangan kamu gak sia dia. Si tukang php itu semoga lekas sadar.. ehehe
wah! iya emang bener, kampret banget. kalau kita lagi butuh itu berasa mereka yang kita butuhin ngebantuinnya acuh nggak acuh gitu.
Hapusksl bgt aku.
Amiin.
Kalau untuk PPA tahun ini aku resmi mengundurkan diri. abisaaaan sampai sekarang aja aku cek namaku blm ada juga di web dikti. kan emang beneran sama sekali nggak diurusin.
hvft tambah kzl.
Itu kajur nga minta maaf yha setelah udah suudzon?
BalasHapusDimana-mana birokrasi memang yha~
Dulu pernah semester 3 dapet beasiswa karena ada yang Baiq hati ngurusin secara kolektif, jadi ada penambahan tenaga khusus buat urus beasiswa.
Eh tapi pernah ding,mepet tur diangel-angel akibatnya wisudanya ikut periode berikutnya hhh
Aku meh ngomong kata klise kaya "ntar pasti ada rezeki lain dari Allah" tapi ngerasa nga ena. Maca postingan mu, maca komenmu neng postku, makin merasa kurang syukur banget, Put.
Pokoke yakin ada pintu lain, pintu 1 ketutup, 10 pintu kebuka
(Lah akhire ngomong juga)
Yakalii mazz~
Hapusharusnya sih gitu ya.
inimah udah ketauan dari awal kalau mereka ngeluarin beasiswa juga kayaknya nga ikhlas. liat aja, waktunya mepet gitu.
ya allah, kok malah jadi su'udzan balik ya?
Itumah pasti, mas.
ketutup satu, yang lain pasti kebuka.
kayak misalkan, setelah bete ngurusin beasiswa ternyata gagal, taunya pulang kuliah ada yang mau nganterin, qan mayan, itu juga rezeki. wqwq
yang ngaterin siapa tuh low leh taw?
Hapusehe
ehe
ehe
cpah yaw...
Hapusaku kog agak lupha yaw...
gila gila gila gue bacanya jadi ikutan kesel, eh tapi gue bingung, lo kuliah 2016 tpi belum dpt KTM kenapa? emang lama gitu ya bikinnya? gue KTM udah dapet h-seminggu masuk kuliah lo
BalasHapusapalagi yang nulis.
Hapushvft.
iya, belum dapet aku. soalnya waktu itu bikinnya juga akhiran. hehe
terus ktmnya nyatu gitu sama atm. yang langsung bisa jadi malah kartu perpusnya.
gue termasuk yang gak pernah ngurus beasiswa gara2 persyaratannya ribet. apalagi beasiswa tingkat provinsi, sampe ke kantor catatan sipil segala :(
BalasHapusberarti ada dong ya yang ribetnya ngalahin ceweq? ngurus beasiswa.
HapusGa usah nyesel mbake, masih banyak yang lebih sial dari mbak :v
BalasHapusbukan nyesel. tapi kezzzeeel. KEZZZELL!
HapusSuliiiit sekali ngurusin beasiswa. Tapi ya, kenapa solusinya nonton drama korea? MAKAN NASI PADANG ITU TERBAIK!
BalasHapusYa, mungkin pesan moralnya "jangan menggantungkan harapan ke orang yang ngurusin banyak orang. Cari aja yang nggak ngurusin siapa-siapa". Oke, ini sesat. HAHAHAHAHAH.
malem-malem masa makan nasi padang, yang ada nanti gagal gurih. hahaha
Hapusaku mau ngasih wejangan juga deh buat kamu kalau gitu.
kamu kan baru lulus smk, dari pada pusing2 kuliah lagi mendingan ternak lele aja dek. wqwq
Yah...
BalasHapusSenasib deh
aku abis dinyatakan enggak lulus seleksi administrasi untuk beasiswa ungulan dikti
kray berjama'ah hayuk.
Hapusbirokarsi oh dimanapun itu...
BalasHapusbtw endingnya aku jadi elus2 perut yg gendut
wis mbak, drakor masih banyak yang harus ditonton
birokrasi epriwerrrr....
Hapuswqwq
kalau di elus2 nanti tiba2 ada yang nendang dari dalem bakalan kaget nga kira2? wqwq
yo.ih. harus semangat iki!!
Dada lo datar kaya lapangan terbang yah?
BalasHapusWkwkwkwk
Put, put, kalo lagi kaya gitu lo bawa gue, BIAR GW BENTAK ORANGNYA !
Gw pernah ngebentak orang kaya gitu dulu waktu ngampus. Mbak-mbak sama bapak-bapak yang mukanya innocent, yang pengen banget gw jedotin ke tembok, dengan seenaknya ngeping-pong gue tanpa memberi solusi. Akhirnya gw bentak aja:
HEH, ANDA ITU DISINI DIGAJI SAMA NEGARA TUGASNYA UNTUK MEMBANTU MAHASISWA ! KALO GAK MAU BANTU SAYA BILANG DARI AWAL, BIAR ANDA SAYA LAPORKAN KE DEKAN ! MASIH BANYAK DILUAR SANA YANG ANTRI UNTUK MENGGANTIKAN ANDA !
Gw maki-maki di depan banyak orang dan mahasiswa. Habis itu mereka langsung bantuin gue, wkwkwk
Lu boleh pake cara ini kalo muka lu tembok kaya gue dan punya nyali besar.
mana ada lapangan terbang -_- yang ada itu burung terbang, pesawat terbang...
Hapusmukaku lebih mirip raisa daripada tembok.
Raisa? Pait..pait...pait...
Hapus