Cerita tentang DDP
Setelah hidup selama
hampir 22 tahun, akhirnya gue merasakan bahwa ternyata hidup gue juga bisa
berguna untuk orang lain.
Mba Anis nggak bisa donor karena apa yang Iswati khawatirkan sebelumnya terjadi sama mba Anis, yaitu, HBnya kurang. HB mba Anis hanya 12.5 saja, sedangkan syarat untuk melakukan donor darah HB harus diatas 12.5.
Karena gue terlalu tegang, akibatnya sampai sekarang postingan ini gue publish, tangan gue masih kerasa banget sakitnya.
*standing applause
please..
Muhahaha
Sudah sejak lama gue
ingin melakukan donor darah, dan baru kali ini gue berhasil mewujudkannya.
Sesaat setelah gue keluar dari gedung PMI, gue merasakan kebahagiaan yang tiada
terkira, berbeda dengan teman gue yang terlihat seperti kurang darah (yakali
abis donor darah terus jadi kurang darah -_-). Gue justru sangat bersemangat
sampai-sampai gue pengin koprol keliling parkiran. Gue merasa kalau gue sudah
jadi pahlawan untuk kehidupan seseorang di luar sana. Andai saja gue bisa
melakukan sayembara seperti:
“Siapapun yang menerima darah gue nanti, kalau dia laki-laki maka akan gue jadikan suami, dan apabila yang menerima darah gue adalah perempuan, maka perempuan itu harus mempunyai saudara laki-laki yang nantinya akan dijadikan suami gue…”
Ntaps jiwa!
Seperti yang gue
katakan, gue memang sudah memendam hasrat ingin melakukan donor darah sejak
lama. Selain karena ingin menolong sesama, tujuan utama gue yang sebenernya
adalah, gue sangat ingin mengetahui golongan darah gue.
Ha-ha-ha-ha
Puti. 22tahun, belum
mengetahui golongan darahnya sendiri
Gara-gara gue tidak
tahu golongan darah gue itu apa, gue sering kali mengosongkan pertanyaan di sebuah
formulir yang mengharuskan gue untuk mengisi golongan darah gue. Atau kadang,
kalau misalkan harus banget diisi, biasanya bakal gue isi asal-asalan (hehe maafkeun~).
Kadang-kadang gue isi O, atau AB, atau malah darah suci.
Dan sepertinya memang
gue sudah punya firasat kalau golongan darah gue adalah O, soalnya pas kemarin
dicek, golongan darah gue mamang benar-benar O.
Puti Daebak!
Puti Jjang!
Puti Jjang!
*koprolkelilingBlog
Selain masalah
pengisian folmulir, ada juga masalah lain yang selama ini sangat membebani batin
gue karena ketidaktahuan gue tentang golongan darah gue sendiri. Masalah
itu adalah, gue nggak bisa baca artikel tentang sifat-seseorang-berdasarkan-golongan-darah.
Syedih rasanya.
Jadi selama ini gue tetap
bertahan membaca ramalan bintang doang.
Hvft.
Balik lagi ke masalah donor darah. Gue dan ketiga
teman gue yang lain, yaitu Mba Anis, Iswati, dan Isti sepakat untuk pergi ke
PMI di daerah Curug, Tangerang, dengan menggunakan Grab, kebetulan juga, hari itu gue ada jadwal
kuliah, dan lokasi PMI tersebut memang tidak jauh dari kampus.
"Habis donor langsung kuliah..." fikir gue
"Habis donor langsung kuliah..." fikir gue
Belum apa-apa, mba
Anis yang notaben-nya adalah orang yang selfie-addict sudah mewanti-wanti gue.
“Puti, nanti aku dicandid ya…”
Sementara gue sedang sibuk ngurusin kode promo Grab, mereka dengan tidak tahu malu malah selfie di dalem mobil.
ah, elah, punggung gue ngga fotogenik banget woy! :')
Sesampainya disana, kami berempat disambut oleh gerombolan bapak-bapak yang lagi rumpi-rumpi nggak ganteng
"Dek mau kemana?..." dengan tatapan tidak bersahabat
"Anu pak, mau donor darah..."
Seketika wajah bapak-bapak itupun berubah menjadi sedikit bersahabat.
"Oh ya, silahkan, langsung masuk saja ya..." menunjuk pintu masuk.
Gedung PMI saat itu kebetulan sedang sepi, jadi suara percakapan gue dan teman-teman gue yang sebenernya cuma bisik-bisik doang menjadi terdengar sangat keras karena gema.
"Ini kita terus ngapain?" tanya gue bingung.
"Ngisi formulir dulu mbak.." jawab Isti
"Lah aku nggak bawa ktp weeh..." Kata iswati polos.
Kami semua memandang iswati dengan tatapan yakali-Is-kita-mau-daftar-pemilu.
hening sesaat lalu terdengar percakapan lainnya.
"Iswati, nanti candid aku ya,,," pinta mba Anis
"Aku juga pokonya..." Isti nggak mau kalah.
Kini giliran gue dan Iswati yang saling menatap.
Akhirnya setelah semua percakpan tidak berfaedah itu, kami memutuskan untuk mengisi formulir..... sambil candid.
bangqe.
Mba yang jilbab merah itu nggak bisa akting dikit kali ya, kalau senyum-senyum gitu nanti nggak keliatan kalau lagi dicandid. |
Auto Tidak pokoknya. |
Setelah selesai mengisi formulir, kami berempat masuk ketempat registrasi. Disana sudah ada petugas PMI yang nantinya akan menginput data kita, apabila kita belum terdaftar, mengecek apakan HB kita cukup untuk melakukan donor darah, memeriksa tensi kita dan tentunya hal yang gue tunggu yaitu, memeriksa golongan darah kita.
#flashback, 6 Jam sebelum donor.
"Mba Put, nanti kalau aku nggakbisa donor gimana ya? soalnya itu ku takut kurang gara-gara jarang makan sayur.." kata Iswati khawatir,
"Itu? itu apa? oh iya, BH ya?" jawab gue sotoy.
"Kok BH sih? HB kali mbak Put.... #@%$&%##%*####$^&*&)(...."
"Muahahahaha, aku lupa, serius!"
Yang pertama melakukan pemeriksaan adalah mba Anis. Sambil memeriksa, petugas itu juga menanyakan banyak hal seperti.
"Tidur cukup?"
"Sedang haid?"
"Sedang mengkonsumsi obat?"
"Punya alergi?"
Mba Anis cuma ngangguk-ngangguk sama geleng-geleng doang persis kayak personil band Projectpop yang lagi manggung.
"leng geleng geleng geleng geleng geleng geleng...
guk angguk-angguk angguk angguk guk..."
Akhirnya gue mengetahui satu hal, kalau ternyata bukan cuma gue doang yang belum memngetahui golongan darahnya sendiri, tapi Mba Anis dan Iswati juga sama-sama belum tahu golongan darah mereka masing-masing.
Setelah pengecekan selesai, akhirnya mba Anis divonis tidak bisa melakukan donor darah karena darah dia adalah darah suci.
Bohong ding.
Bohong ding.
Mba Anis nggak bisa donor karena apa yang Iswati khawatirkan sebelumnya terjadi sama mba Anis, yaitu, HBnya kurang. HB mba Anis hanya 12.5 saja, sedangkan syarat untuk melakukan donor darah HB harus diatas 12.5.
"Berat badan nggak mempengaruhi HB ya, mas?" tanya gue penasaran.
"Enggak, HB ini pengaruhnya sama makanan, kita harus makan banyak sayuran sama kacang-kacangan"
"Kalau kurang tidur?"
"Bisa juga sih..."
Gue kemudian teringat kalau malamnya gue baru tidur setelah jam setengah dua pagi, gue mungkin sering makan kacang-kacangan tapi jadwal tidur gue yang acak-acakan bisa membuat gue terancam gagal donor lagi.
Dari pada penasaran, gue akhirnya meminta untuk langsung dites.
Pertanyaan pertanyaan yang sama dari petugas PMI yang sebelumnya ditanyakan ke Mbak Anis, kembali ditanyakan ke gue.
"Tidur cukup..?"
Gue diem sesaat dan berfikir "Yeah, berbohong demi kebaikan itu nggak apa-apa kok"
"Cukup banget... saya tidur jam berapa ya, sore banget deh pokoknya, mas.."
Tensi gue lumayan tinggi, yaitu sekitar, 130, tapi itu masih normal, kok.
HB gue juga lolos, karena mencapai 12.9, ini semua berkat bubur kacang ijo semalam.
Itu artinya, gue bisa melakukan donor darah.
Tjie, akhirnya ada yang mau megang tangannya. |
A-sa!!
Dilanjutkan dengan Isti, yang juga lolo, lalu kemudian Iswati. Sayang sekali Iswati tidak lolos karena tensi dia yang rendah, yaitu dibawah 110.
"Ini anak penyabar banget kayaknya.." batin gue.
Kami semua digiring menuju padang Mashar tempat dimana gue dan Isti akan menyerahkan sekantong darah kami berdua. Antara grogi dan antusias bercampur menjadi satu. Gue sama sekali tidak merasa takut, hanya saja, gue tidak berani untuk melihat jarum suntik yang digunakan untuk menyedot darah gue. Ngilu banget rasanya, liat jarum segede gitu.
Untuk merileks-kan pikiran gue, gue mulai menanyakan banyak hal sama si petugas PMI. salah satunya adalah:
"Mas, sakitan diputusin pas lagi sayang-sayangnya atau ditusuk jarum itu?"
Teman-teman gue malah histeris sendiri mendengar pertanyaan gue.
Demi menjaga situasi agar tetap kondusif, gue akhirnya menggani pertanyaan gue yang lebih berbobot. seperti :
"Manurut mas, darah suci itu golongan darahnya apa, ya?"
Masnya cuma diem, senyum, sambil nahan emosi. Mungkin saat itu dia berfikir untuk menyedot darah gue sampai habis, supaya gue nggak berisik.
10 menit berlalu, kantong darah gue tidak kunjung terisi penuh, gue juga melihat kalau darah gue warnanya hampir hitam. Kata mas-mas petugasnya, itukarena gue kurang minum air putih.
Ya iya lah, orang gue kalau aus minumnya air bening -_-
Ya iya lah, orang gue kalau aus minumnya air bening -_-
Mas-mas Petugas itu lalu memberikan gue sebuah bola kecil, teksturnya lumayan kenyal, kemudian dia meminta gue untuk meremas-remasnya secara perlahan.
"Mba, kalau takut bilang aja, janga tegang..."
Kalimat mas-mas petugas itu langsung menohok harga diri gue.
Akhirnya ketahuan juga kalau gue sebenernya takut setengah mampus.
Karena gue terlalu tegang, akibatnya sampai sekarang postingan ini gue publish, tangan gue masih kerasa banget sakitnya.
Sial.
Meskipun begitu, gue sama sekali tidak kapok untuk kembali mendonorkan darah gue lagi. Setelah tiga bulan, gue akan berjanji akan kembali lagi untuk mengunjungi mas-mas petugas PMI.
Perlahan tapi pasti, akhirnya kantung darah gue terisi penuh. Gue menatap takjub kantung itu.
"Darahku, kau harus berguna bagi orang lain ya..."
Begitulah cerita tentang Donor Darah Pertama gue.
Semoga nanti gue bisa cerita lagi tentang Donor Darah ke-Dua dan seterusnya.
Whaaa....!! Baru tau golongan darahnya. Yah. Berarti belum nyobain diet sehat berdasarkan golongan darah yaa... *iihh apaan sih.
BalasHapusAku belum pernah donor soalnya gak pernah memenuhi kreteria 😑
iya niihh.. huhu
Hapusaku baru aja jadi orang gendats baru mbak, belum kepikiran untuk diet. wqwqwq
pasti bhnya kurang ya?
eh, hb maksudku.
dilanjutkan nak, perbuatan terpuji.
BalasHapusjangan kayak Bapak, donor darah pertama langsung pingsan >.<
pingsan abis donor darah apa pingsan liat jarum suntik ^ω^
Hapussiaaap!
Hapusbuceeet pak, kok bisa gitu?
itumah kamu kali, Ji. -_-
Hapusalkhamdulillah, akhirnya donor juga
BalasHapusnanti ketagihan lho put *ini berdasarkan pengalaman pribadi heheheh
kalau di tempat ku dulu, jaman sd ada smacam pemeriksaan darah gitu. jadi anak-anak sd udah bakalan tau golongan darah mereka apa. ya walaupun pas di ambil darahnya juga banyak yg nagis teriak-teriak XD
iya, pengennya sih malah nggak mau nunggu 3 bulan, biar bisa donor lagi. uhuy~
Hapusdulu tempatku cuma imunisasi biasa doang. dan, ya sama.. pad anangis histeris gitu liat jarum suntik. wqwqwq
Abang mw kok Nerima darah qm
BalasHapus.
Abang pernah dlu tes golongan darah pas masih sma
Eh lupa
Dia termasuk golongan yg apa
Kayaknya sih golongan darah yg beriman
.
Kalo sering donor darah
Darahnya bisa abis g?
Kan kesedot mlu
Tapy darahq darah ninqrat, bg~
HapusPak guru niki emang punya darah ya? setauku cuma manusia doang loh yang punya darah..
Hapushmmmm
SELAMAT SUDAH DONOR DARAH HAHA! Gue juga di usia 22 kemaren baru pertama kali donor :))
BalasHapusBH -__-
sekilaas baca tulisanmu aku bacanya "gue juga di usia 22 kemaren baru pertama kali pake BH"
Hapusbhhahaha
Kenapa pada demen sok candid gitu, sih? Gak natural itu euy! Gue malah belum pernah donor. Selalu gagal saat cek berat badan. Minimal 50. Huft. Udah gitu anaknya juga jarang banget tidur cukup. :(
BalasHapusnggak tau juga deh, wqwqwq mungkin ada kenikmatan tersendiri kali saat mereka sok-sok canded gitu.
Hapusminimal 45 kok kalau tempat ku.
yaaa bener aja nggak bisa donor darah, lagia kamu itu manusia apa kelelawar, kok jarang banget tidur(-cukup)
Weh, ternyata baru tahu ya golnya apa..hehe
BalasHapusAku sendiri tahu sejak SMA. Tapi untuk donor darah sendiri belum pernah sama sekali.. hehe
Bakal se4ru kalau yang kedua kalinya nanti, karena sudah tahu seperti apa rasanya ya. Berbeda kalau yang belum sama sekali.hehe
iya nih, baru tau.. wqwqwq
Hapuscobain deh, bener kata mas wisnu, pasti bakalan nagih.
Waduh
BalasHapusAku enggak deh
Fobia jarum suntik hahahhahahhaa
XD
Jadi inget dulu jaman masih kuliah temen-temen rebutan donor darah demi paketan pop mi dan berbungkus-bungkus snack wkwkwkkw
wqwqwq fobia jarum suntik ya?
Hapusyaudah nga usah dipaksain donor, nanti malah pingsan, lagi.
dasar ya, anak kost~
Nasib orang kurus begini ya. Bulan Februari lalu dapet surat undangan dari PMR sekolah buat donor. Udah seneng-seneng karena umur nyampe 17 tahun, eh nggak direstuin orang tua karena berat badan.
BalasHapusLah, udah 22 tahun belum tau apa goldarnya? Nggak bisa nyocokin di OA Line dong. Emang dulu nggak masuk kelas Biologi? Aku aja tau goldar dari situ, ngecek sendiri. Keren, kan. Ngahaha.
oh, ada batasan umurnya juga toh? baru tau aku.
Hapusmakanya, banyakin makan, jangan ngeblog mulu sampe lupa makan.
hehe iya. nah itu juga tuh.
enggak, aku dapet biologi pas SMP, itu juga kan cuma sebentar doang karena campur-campur sama fisika dan kimia.
akurat nga tuh btw?
OMG,,, ngakak abis baca artikel ini...Digiring ke padang mashar :D...
BalasHapuswaah iri banget bisa donor darah,,,Berat badanku sellalu kurang,,,makanya ga pernah lolos :(... abis itu dikasih makanan nggak sih?? aku dulu nganterin temen donor, pada dikasih susu dan roti gitu.. trus karena mereka nggak selera, aku yg makan wkkkk
terbukti, ternyata masih banyak perempuan yang mendambakan badan ndats ya..
Hapuskayak kita-kita ini~
iya, dikasih kok. hehehe
Darah lu pait put !
BalasHapusPait...pait...pait...
emang pernah ngeraisain? sotoy nih.
Hapusbilangin sama neng Bekasi loh!
waaa aku juga deg deg an pertama kali donor, takut ga boleh haha. untungnya boleh dan enak sih abis donor seger dan dapet banyak makanan hahah
BalasHapuskalau nga deg2an malah nga bisa donor sis. kan matek. eh.
Hapusiya, aku juga khawatir nga bisa donor pas dites.
hmm kalau aku nggak ngerasain efek samping apa-apa kecuali tangan bekas tusukan jarum yang sempet bikin pegel tangan semingguan.
"Kok BH sih? HB kali mbak Put
BalasHapushahahahahahahhaahhahahahahahahaha
Semoga bisa lanjut terus niat positifnya, rutin donor darah
BalasHapus