Lagu dan Permaian Yang Menemani Gue Tumbuh
Hampir semua orang sepakat, bahwa anak yang lahir di tahun 1990-2000 adalah anak-anak dengan masa kecil yang paling bahagia. Dimana di masa itu, kita masih belum terpengaruh dengan kemajuan teknologi seperti sekarang ini. Anak-anak jaman sekarang lebih sering menghabiskan waktu dengan duduk sambil main gadget. Berbeda dengan kita (anak 90-an) dulu, kita adalah anak-anak yang sangat aktif bahkan gue mungkin termasuk anak yang aktifnya kebangetan
Oke, dari pada ngomongin “kita”, takutnya gue nanti malah jadi baper sendiri (you know, laahh…) lebih baik gue ngomongin diri gue sendiri sebagai anak 90-an yang mempunyai masa kecil nan ceria dan bahagia.
Seperti yang sudah gue katakan sebelumnya, gue adalah anak yang lumayan hyperaktif. Gue cenderung lebih suka main keluar rumah dari pada main di dalam rumah (main boneka misalnya).
Ada begitu banyak hal yang bisa gue lakukan diluar rumah, apalagi dulu gue memang tinggal di Desa. Apapun bisa dijadikan permainan, yah, bisa dikatakan sarana dan prasarana permainan di Desa itu udah memenuhi SNA (Standar Nasional Alam).
Ngomongin masalah permainan jaman gue kecil dulu, gue jadi inget satu hal, hampir semua permainan yang pernah gue lakukan, ada beberapa yang juga diiringi dengan sebuah lagu. Dan beberapa diantaranya masih sangat gue hafal. Nada dari setiap lagu sebenernya hampir sama, begitupun dengan daerah lain sepertinya, mungkin cuma liriknya aja kali ya yang diganti?
Ini adalah contoh beberapa lagu pengiring permainan yang masih gue inget sampai sekarang. Berhubung masa kecil gue dulu dihabiskan di tanah Sunda, maka lagu pengiring permainan yang gue akan sebutkan di bawah, tentunya kebanyakan dengan menggunakan Bahasa Sunda.
Lagu pengiring:
Cing ciripit
Satulang sabajing
Saha nu kajepit..
Omeng!
Cara bermain:
Lagu ini biasanya digunakan untuk menentukan pemburu (omeng) dalam sebuah permainan kejar-kejaran. Si pemburu nantinya wajib menangkap salah satu teman yang berlarian ke berbagai arah.
Penentuan pemburu dilakukandengan cara:
Salah satu teman akan membuka telapak tangannya untuk ditempati telunjuk semua peserta permainan. Ketika lagu Cing ciripit telah selesai dinyanyikan, tanpa aba-aba terlebih dulu, telapak tangan yang dijadikan tempat untuk menaruh jari telunjuk semua peserta itu, akan menangkap salah satu telunjuk yang berada pada telapak tangannya yang lamban untuk mengangkat jari telunjuknya. Jika hal itu terjadi, maka telunjuk yang tertangkap, maka ia diwajibkan menjadi pemburunya.
Lagu Pengiring :
Slep dur, slep dur
Dilas dipan dipan debur
Kahijina kaduana
Katiluna kaopatna
Kalimana kagenepna
Katujuhna nu pandeuri
Cara bermain :
Lagu ini biasa dimainkan untuk memerangkap seorang teman dalam sebuah permainan. Cara memerangkapnya, sejumlah teman harus berbaris dan bergiliran masuk ke dalam terowongan yang dibangun oleh dua pasang tangan. Ketika lagu Slep Dur selesai, terowongan yang terbuat dari sepasang tangan tadi seolah-olah mendadak runtuh hingga teman yang sedang lewat dibawahnya.
Sebelum itu, si dua pasangan ini telah menentukan benda apa yang nantinya akan dipilih oleh setiap peserta yang terperangkap.
Misalnya, teman gue pilih anting, dan gue kalung, nantinya kita akan menanyai teman kita yang terperangkap itu, untuk memilih anting atau kalung. Kalau dia memilih kalung maka dia akan menjadi anggota gue.
Setelah semua peserta berhasil tertangkap, maka akan terbentuk dua grup, yaitu grup anting dan kalung. Setelah itu kita akan melalukan Tarik tambang, yang kalah, bertugas untuk menggendong pemenangnya.
Lagu pengiring :
Paciwit-ciwit lutung
Si lutung pindah ka tung-tung
Paciwit-ciwit lutung
Si lutung pindah ka tung-tung
Cara bermain :
Gue sekarang lagi mikir, kok dulu gue bisa bahagia banget ya mainin permainan ini. Padahal mainnya cuma nyubit punggung tangan temen-temen yang lain sampai membentuk sebuah tumpukan yang tinggi.
Setiap kali kata “silutung pindah ka tung-tung” diucapkan, maka otomatis tangan yang paling bawah akan pindah keatas untuk mencubit punggung tangan yang paling atas.
Kalu dipikir-pikir, permainan ini sampai kapanpun nggak bakalan ada ujungnya.
Lagu pengiring:
Eundeuk-eundeukkan lagoni
Meunang peucang sahiji
Leupas deui ku aki
Beunang deui ku nini
Eundeuk-eundeukkan lagoni
Meunang peucang sahiji
Leupas deui ku nini
Beunang deui ku aki
Cara bermain :
Lagu ini dinyanyikan ketika kita semua, ah, maksud gue ketika gue dan teman-teman gue berada diatas pohon. Sambil menggoyang-goyangkan pohonnya, gue dan teman-teman gue akan menyanyikan lagu tersebut secara bersahut-sahutan.
Semakin keras goyangannya, semakin seru, dan semakin tinggi juga kemungkinan kita jatuh dari pohon karena dahannya patah.
Lagu pengiring:
Ucang-ucang angge
Mulung muncang ka parangge
Digogog ku anjing gede
Anjing gede nu pa lebe
Ari gog, gog cungungung
Cara bermain:
Sebenernya ini bukan permainan, sih. Lagu ini biasanya dinyanyikan oleh orang tua kepada anaknya atau kakak yang lagi ngemong adiknya, atau siapa aja deh yang lagi jagain anak kecil.
Si anak kecil itu akan ditaruh dipunggung kaki sambil diayun-ayunkan. Di penghujung lagu “cungungung….” Maka ayunan akan dilakukan lebih tinggi, setelah itu akan terdengar suara tawa anak kecil tersebut.
Kalau gue emang nggak tau diri sih orannya, walaupun udah gede, tapi masih sering minta ucang angge sama emak gue, ya walaupun yang didapet cuma jitakan doang. Setidaknya gue sudah berusaha.
Lagu pengiring:
Punten mangga, ari ga
Gatot kaca, ari ca
Cau ambon, ari bon
Bonteng asak, ari sak
Sakit perut, ari rut
Rujak asem, ari sem
Sempal-sempil, ari pil
Pilem rame, ari me
Meja makan, ari kan
Kantong kosong, ari song
Songsong lampu, ari pu
Pulau Jawa, ari wa
W*DUK SIA!!!!!
Cara bermain :
Lagu ini bisa dinyanyikan tanpa permainan, bisa juga dinyanyikan dengan permainan. Gue sendiri bingung mau jelasin permainannya. Yang jelas, permainan ini dilakukan oleh dua orang dengan melakukan high five berulang-ulang.
#pembaca mulai ngebayangin
Haduh! Bukan kayak gituu… bukan!
Lagu ini sebenarnya berurutan dengan lagu-lagu yang lain.
Yang pertama diawali dengan lagu
Mi mi mi mi
Mi atas mi bawah
Mi depan mi belakang
Mi 1 2 3
Mi 3 2 1
Mi gulung gulung (menggulung-gulungkan kedua tangan)
Mi gulung gulung
Mi ciut..ciut (posisi semua jari dibentuk moncong)
Mi ciut..ciut
Mi keplek…keplek (mengepak-ngepakan ketek)
Mi keplek.. keplek
Setelah selesai lalu mulai dengan high five diiringi lagu.
bapak bawa apa pak, bawa lemari..
kuncinya dimana pak, ada di susii..
susi minta susu pak, ada di sapi..
sapi minta rumput pak, ada di sawah..
sawah minta air pak, ada di gunung..
gunung minta api pak, ada di kompor..
kompor minta minyak pak, ada di warung..
warung minta uang pak, ada di bank..
Dua kali high five dilanjut dengan.
Bang-bang-bang..
Kalima-lima gobang-bang..
Bangkong ditengah-tengah sawah-wah..
Wahai tukang bajigur-gur..
Guru sakola desa-sa..
Saban poe ngajajar-jar..
Jarum paragi ngaput-put..
Purti nu gareulis-lis..
Lisung kadua-dua halu-lu..
Luhur kapal udara-ra..
Rangrag di Jakarta-ta..
Taun dua rebu-bu..
Buah meunang ngala-la..
Lauk meunang nga jaring-ring..
Ringkok aki-aki.. Aki ngaringkuk disuguan t*i orok lila-lila jadi montok...
Udah gitu doang.. kentang banget kan lagu nya?
Lagu pengiring:
Cing ogo-ogo..
Kalau mancing bogo..
Sidakep bari balem..
Cara bermain:
Semua peserta permainan harus jongkok. Aturannya, nggak boleh keliatan gigi, ketawa, keliatan celana dalam (kalau anak cewek dulu sering pake rok), atau baju/roknya nempel ketanah. Kalau itu terjadi, berarti dia nanti yang jadi kucing.
Setelah ada yang jadi kucing (pokonya kita akan mencari kesalahan sekecil apapun, kalau tetep nggak ada pelanggaran, bisa jadi "gerak" juga termasuk pelanggaran), nanti dia harus nangkep salah satu temen lain supaya dia nggak jadi kucing lagi.
Aturan selanjutnya, setiap kucing tidak bisa menangkap kita kalau kita jongkok, jadi kalau misalkan kita sudah mau ketangkap, kita harus buru-buru jongkok. Yang jongkokpun tidak sembarang bisa bangun, dia harus dibangunkan dulu oleh peserta lain yang sudah bangun.
Kalau dipikir-pikir sekarang, ngapain ya kita minta dibangunin kalau nantinya bakalan dikejar sama kucing, mending juga jongkok aja sambil scrolling TL Instagram.
Eh, gimana deh?
Lagu pengiring:
Kotak pos mari kita isidengan para pelaku,
Yang ditanya harus menjawab…
Kita sudah buat kesepakatan nama- nama yang akan dipakai untuk permaian ini, misalkan nama hewan.
Mainnya sambil bikin lingkaran, telapak tangan kita ditumpuk sama telapak tangan sebelah kita, cara mainnya dengan menepuk tangan teman di sebelah kita.
Si Puti minta hurup M (orang Sunda nggak bisa ngomong ef)
Lama-lama menjadi Monyet..
Nah, pas “nyet”nya itu berakhir ditangan siapa, maka dialah nanti yang akan mempunyai nama samaran Monyet.
Cara bermain:
Setelah semuanya mempunyai nama samaran, tersisa satu orang tanpa nama samara, biasanya yang paling akhir, maka kita akan mulai bermain kucing-kucingan (lagi), bedanya, yang jadi kucing matanya harus ditutup kain.
Si kucing harus menghafal semua nama samara, sebab kalau dia berhasil menangkap salah seorang pemain, dia harus menyebutkan nama samarannya. Kalau salah, berarti gagal.
Disini yang jadi kucing bakalan apes banget deh pokoknya. Kalau nggak hati-hati bisa-bisa benjol karena nabrak sesuatu yang tidak diinginkan.
Lagu pengiring:
Pak camat jualan tomat
Yang beli harus hormat
Bu siti jualan anting
Yang beli orang sinting
Pak camat ketiban papan
Matinya jam delapan
Dikubur tahun depan
Yang bergerak anaknya setan
Cara bermain:
Setelah lirik terakhir diucapkan, seketika kita semua tidak akan bergerak layaknya patung. Nanti kalau ada yang gerak berarti dia kalah.
Terus diapain? Cuma diketawain doang, abis itu nyanyi lagi, gitu terus berulang-ulang sampai pak camat ketiban papan beneran..
Lagu pengiring:
Ampar-ampar pisang..
pisang ku belum matang..
masak sebiji digulung blai-bali..
mangga lepok mangga lepok..
masak sayur lepok...
Bengkok dimakan api..
apinya cang kesurupan... (akibat lupa lirik)
Bengkok dimakan api...
apinya cang kesurupan..
Cara bermain:
Lagu ini dinyanyikan oleh dua orang dengan cara...
mmmm ...
Mainnya pake kaki gitu deh.
#pembaca mencoba ngebayangin lagi.
Bukan tendang-tendangan juga, masya Allah..!!
Ah udah nga usah dibayangin. Salah muluk!
Lagu pengiring:
Minyak kayu putih digosok kebadan,
Bendera merah putih, tandanya menang.
Cara bermain:
Lagu ini dipakai kalau mau suit. Sama halnya kayak,
Lagu pengiring:
Cang kacang panjang,
Nu panjang omeng!
Cara bermain:
Biasanya lagi-lagu pendek kayak gitu dipakai cuma buat mennentukan siapa kucingnya doang.
"Mau main apa neeh kita teman-teman?"
"Petak umpet aja yu..."
"Yang jaga siapa?"
"Yaudah, pake minyak kayu putih aja.."
Selain lagu pengiring mainan, ada juga lagu yang hanya dinyanyikan saja, tanpa ada permainan khususnya.
Nah, lagu ini biasanya dipake buat mengejek seseorang, atau temen yang nyebelin. Kalau sekarang kan biasanya sindir-sindirannya pake status di medsos, kalau dulu pake lagu.
Trang trang kolentrang
Si londok paeh nundutan
Tikusruk kana durukan
Mesat gobang kabuyutan
Nyeh prot, nyeh prot
Bujur kudu cecendeteun
Dibura ku laja tuhur
Laja tuhur beunang ngunun
Beunang ngunun tujuh taun
Kadalapan di burakeun
Kalau yang diatas mungkin cuma sebatas menyindir atau mengejek, lagu yang satu ini digunakan untuk mengajak berkelahi.
Kalau tawurannya Genji mungkin diawali dengan “Genji---eeeeh !!! Urrrryaaaa…!” kalau tawuran ala gue kecil dulu, ya dengan lagu itu, tapi kita nggak pernah sampain berantem beneran juga, sih.
Biasanya aksi saling ejek ini terjadi antara kubu anak laki-laki dan anak perempuan.
Tampolong bahe,
Belut ditalian,
Ulang ngomong bae,
Gelut sakalian.
Putih-putih melati Alibaba..
Merah-merah delima Pinochio..
Siapa yg baik hati Cinderella..
Tentu disayang Mama..
Aa masa? Ya gengsi dong..
Apa lo liat-liat...
Bapak lo jago silat...
Ta* nya bulat-bulat..
Seperti kue donat..
Telur-telur... ulet-ulet,,,
kepompong kupu-kupu,,
kasihan deh lu...
Kalau yang terakhir ini mungkin lebih familiar ya? Gue dulu sampai hafal beberapa variasi gerakan tangannya. Kalian iya nggak?
Terus yang terakhir, lagu yang bahkan sampai sekarang gue nggak ngerti apa maksudnya.
Ja leuleu ja
Tulak tuja eman gog
Seureuh leuweung bay
Jambe kolot (je) bug
Ucing katinggang songsong ngek!
Yang gue tau artinya cuma kalimat terakhir doang. Tapi kok dulu gue sering banget ya nyanyiin lagu itu ?
Masih menjadi sebuah misteri.
Sebenernya masih ada banyak lagi lagu pengiring dan permainan yang pernah gue mainkan. Tapi gue cuma ulas beberapa aja, soalnya takut kepanjangan juga. Kasian yang baca, mending kalau ngerti, kalau enggak?
Yang jelas, gue sangat berterimakasih kepada pengarang lagu-lagu itu dan juga tentunya para penemu permainan-permaian tersebut. Karena berkat kalian semua, masa kecil gue menjadi sangat menyenangkan.
Mau nutup postingan pakai kalimat apaan ya?
hmmm..
Yaudahlah, pakai pertanyaan aja..
Coba dong sebutin lagu pengiring permainan dan permaianan di daerah kalian apa aja?
sumber semua gambar: Google images
Saya orang kaya
BalasHapusKamu orang miskin
Saya minta anak
Anaknya siapa
Ini main apa namanya?
Duh main minta anak y?
Yg itu tuh
SIM SIM terimakasih SIM
Simpan daun rambutan Tan
Tanduk ular mati ti
Tikus maen di loteng teng
Tengok ayam bertelur lur
Luri jalannya maju ju
Jual minyak wangi ngi
Lupa lagi liriknya
Wah berarti neng udah tua y?
Pak guru niki masa kecilnya tinggal di kota?
Hapusunbelievable.
teuteup..
masih tuaan pak guru Niki, kok.
:P
Udah komen panjang tetiba kehapus. Huh.
BalasHapusAku tau semua permainannya cuman bahasanya beda. Kalo sampe sekarang aku masih main jari sama ponakan. Lagunya gini "tek etek nyaimu mbeleh ketek. Bung kecibung ceklek". Waktu berakhir nyanyiannya, jari yang ditunjuk, dilipet.
yang sabar yaaa.. itu ujian..
Hapusaku juga sering ngalamin hal kayak gitu.
mau nulis u;ang jarinya udah cape.
huhuhu
owwwhh iya kau tau permainan itu, ditempatku lagunya giman ya?..
hmmmm
kulupa.
Yah, gue kelahiran 2002 dan masa kecil gue sangat bahagia. Gue masih inget gue seneng baget main hompimpah bareng temen-temen. Itu aja udah seneng banget, padahal ya kalau gue pikir-pikir sekarang mah ga ada gregetnya :v
BalasHapusWaaah, sama adeku masih tuaan adeku....
Hapuscuma Hompim[ah doang bisa bikin kamu bahagia, dek?
berati pepatah emang bener ya.
bahagia itu sederhana.
wqwqwq
kalau kurang greget, boleh dicoba hompimpahnya di kadang buaya.
Syukurlah saya masih termasuk masa kecil yg bahagia.
BalasHapusEmm.. saya jadi ngilu saat ngebayangin neng Puti mainin permainan yang...
"Semakin keras goyangannya, semakin seru,..."
Ah, bukan gitu. Maksudnya tuh, klo jatuh emang gak sakit atau cidera? Trus lama-lama bisa habis dong ranting pohon di daerahnya neng Puti...
Ohya, buat nentu'in kucingnya, dulu lagu ini yg sering kita (eh, saya dkk) pake:
wo dowo sing dowo ndadi.
ndek indek sing indek ndadi.
Bisa dikolborasi'in jadi:
wo dowo sing dowo ora ndadi.
ndek indek sing indek ora ndadi.
Cara main:
Beberapa anak berdiri membentuk lingkaran, gak perlu gede atau bulet2 amat, oval juga boleh. Tangan kanan menempel rileks pada badan, sikut ditekuk. Macam orang bawa buku di ketiak gitu deh. Lalu nyanyi'in lagu tsb bareng2.
Posisi awal itulah yg selanjutnya dinamai 'indek' (pendek). Nah, pas 'dowo' (panjang), tangan tadi diluruskan ke depan. Pas kata 'ndadi', lagu berhenti dan akan terlihat siapa yg salah/gak ngikutin 'indek' atau 'dowo' pada lagunya, maka dia akan jadi kucingnya.
Begitu terus sampe ketemu 1 anak yg salah. Makin cepet nyanyi'in makin seru, kan konsentrasinya agak buyar tuh. Untuk kolaborasi 'ora' (tidak), tergantung siapa yg nyanyi'in nya paling keras. Biasanya yg lain reflek ngikutin.
Nah, kemudian main petak umpet, seringnya pada malam hari, habis isya'. Area ngumpet bisa sampe satu dusun. Apalagi kala itu listrik belum masuk desa dan rumah2 juga jarang. Jadi ya bisa blusuk'an di kebon. Bahkan ada juga lho yg ngumpetnya manjat pohon. Tapi gak pake goyang2 segala. Mungkin takut ngilu atau bisa aja kan yg nunggu pohon jadi marah. Hiiii.....
Pernah sih ada kejadian. Jadi begini...... Wah kok jadi kepanjangan ya? Udah ah. Tar aja disambung lagi.
jadi inget main ini tiap sore dulu :D
Hapusanak tau, kayak lagi main ayunan.
Hapuskalau jatuh ya paling cuma lecet2 doang. belum sampai ngalamin yang sampai cedera sih. soalnya kan pohon yang aku cs naikin nggak terlalu gede+tinggi. soalnya kalau gitu dia pasti susah goyang2innya. wqwqwq
hhh, mending cedera, lecet2 dikit gara2 jatoh dari pohon, dari pad cedera hati gara2 jatuh cinta.
emalah baper...
maaf, maaf..
ohh, itu kacang2 panjang versi Jawa ya?
nadanya gimana deh, aku jadi penasaran.
Sekarang lagu-lagu masa kecil kita sudah tiak lagi terdengar di telinga kita ya mba, yg ada hanyalah anak kecil yang memegang android/smartpohen saat ini
BalasHapusyap! betul sekeleus.
Hapuswqwqwq
yang lagu Slep Dur itu "ular naga" versi sunda kah? hehe
BalasHapusdi tempatku sini nyanyi nya tetep pakai bahasa indonesia, ngga ada bahasa daerahnya
tapi permainan tradisional emg asik lho, ibarat kata mah "timeless", tetep asik dimainin sampai kapanpun. kadang-kadang kalau lagi gabut apa iseng gitu, suka nyoba mainan jaman2 dulu lagi bareng temen-temen yg udah pada tua-tua ini XD
iya, ular naga versi Sunda.
Hapustapi cara meinnya sama kan?
eh serius? maen ular naga gitu?
Kalau gambar nomor 3, kalau dikampungku namanya cubla-cublak sueng. Lagu pengiringnya beda tapi nadanya hampir sama. Ya, permaianan tidak ada habisnya, naik-turun dan cubit.
BalasHapusAku tau lagu cublak-cublak suang, cuma nga hafal.
Hapuskira kira kalau anak jaman sekarang dikenalin mau kagak ya...kalau ga maen gadget kan hemat listrik he...
BalasHapusbisa jadi mau, bisa jadi enggak sii mas. soalnya mental anak-anak sekarang juga udah ikutan berubah.
Hapusbukan cuma hemat listrik, hemat kuota juga.
Bila di lingkungan rumah sudah tidak ada permainan anak yang demikian, semoga di sekolah ada kepedulian untuk membiasakan anak-anak bermain demikian.
BalasHapuskalau main di sekolah bkalan nga puas dong ya..
HapusPAK BOLENDEM
BalasHapusTAPAK KEBO LELE MENDEM
Cara maennya :
Muka temen kita dicemplung2 kan ke lumpur sawah...
sadis tapi mjd kenangan yg manis :)
duh, ketahuan tuane kiyeh tah!
gkgkgkgk
aku jadi kurang yakin kalau itu permainan.
Hapushhhh
aku udah tau kalau kamu udah tua keleus mas.
foto profilmua menjelaskan semuanya.
yang sunda nga tau. yaiyalah haha
BalasHapusnah yang mi gulung gulung mi ciut ciut tuh
sama susi minta susu
ampar-ampar pisang
putih pitih melati alibaba
ini kok bisa booming gimana yha kurikulumnya bisa sama kali yah penasaran gue. kok bisa rata-rata main sama lagunya sama hemm
kita sama-sama [enasaran mas... toss dulu aaah..
Hapus#proook
aku suka paman dolit
BalasHapustidak tahu malu pake kacamata
mata hampir buta
kalo memanggil cewek ting tung ting tung
eh tapi tiap daerah disesuaikan pake bahasa daerah sendiri
kayak slepdur klo gak salah dari bahasa belanda (Slepdur, Slepdur, Timan timan ondedur, delat devandedur.) tapi klo di saya dulu namanya kerupukan
duh pengen balik SD rasanya haha
Waguhh, bahasa Belanda ada juga ternyata?
Hapusjangan-jangan yang nyiptain semua lagu2 itu di Indonesia itu orang Belanda lagi...
balik aja mas kalau mau balik mah. wqwqwq mau aku anterin?
Yaa Allah inget semua permainan ini :')
BalasHapusapalagi yang bayi diangkat pake kaki orang :'D dulu waktu adek aku masih umur 2 tahunan suka nangis terus dihiburanya gitu, eh malah ketawa dia dan ketagihan :'D
teh puti, kangen ih riska main ginian. kita main ampar-ampar pisang yuk?! :'D
Main sama saya aja.
Hapusmuehehehehe, itu emnag cara ampuh untuk ngemong anak kecil Ris.
Hapusjangankan anak kecil, aku aja seneng kalau digituin.
ayoookk...
jangan mau main sama Robby, Ris. nanti dia tiba-tiba ngilang di tengah permainan lagi. pas ditanya kenapa, dia pasti bakal jawab. "Maaf ya, soalnya aku lagi fokus UNBK.."
yang aku herankan, yang nyiptain lagu dan permainan itu siapa yak?? :D pas ketemu banyak orang Indonesia di Jerman, mereka juga cerita masa kecilnya main dan nyanyi begituan, meskipun bahasanya beda tapi permainannya mirip2... ada teman dari papua juga bilang halyang sama... lalu pikirku, nah yang nyiptain lalu nyebarin permainan ini siapa donk?
BalasHapusHahaha iya, tiap nonton Bolang lagunya kok beda ya.
Hapusiya, aku juga penasaran. nenek moyang kita ternyata bukan cuma seorang pelaut. tapi juga hebat. wqwq
Hapusmbaknya ini di Jerman?
waaah keren sekali
Wahaha, banyak banget ternyata. Sebagai generasi terakhir anak 90-an, saya tetep ngenalin.
BalasHapusYang bikin terowongan di daerah saya disebutnya ular naga. Agak curang sih kalo mau lewat terowongan, dibisikin dulu, "Nih, lu pilih ini." Udah janjian dulu.
Kalo mainan kotak pos saya nggak pernah kalah dong. Pengetahuan saya akan kosa kata luas. Ehehehe. Ehehe. *songong*
ngenalin doang nga cukup dek. harus puasin main. wqwqwq
Hapusiya, kadang juga aku suka curang gitu, yang keliatannya badannya gede aku pengaruhin supaya dia mau masuk kelompokku. wqwqwq
dasar --_
Main-main wain trozen wa istana bergoyang-goyang, A B C.
BalasHapusHhaaaha... Jadi bernostalgia.
mas Wirwan masa kecilnya dulu di daerah mana?
Hapustjie yang bernostalgia..
sorry typo.
HapusMas Mirwan maksudnya..
^^
wahahaha.. gue baca ini jadi keinget ya. Hmm.. ada beberapa sih permainan 90an yang masih gue inget. Kayak ular naga, trus tak jongkok, sama petak umpet. itu yang sering gue maenin dulu.
BalasHapusDuh, bocah jaman sekarang mungkin ga kenal yg beginian kali ya.
anak sekarang kalau disamper temennya main keluar, sampe diluar diem-dieman, pada asik sama gadgetnya sendiri.
Hapuseh,
itumah kita ya?
Alahmdulillah kamu termasuk anak 90an yang terselamatkan hehehe, bayangkan jika masa kecilmu sudah dicekoki dengan gadged dan gak mudeng permaiann seperti di atas, bakalan hampa hidupmu gak punya cerita buat anak cucumu nanti.
BalasHapusIntinya sih permainannya sama kayak di daerahku tapi yang bikin beda lagu pengiringnya.
Alhamdulillah mas Santo ya, sesuatu...
Hapusehemmmm...
iya, rata-rata emang kayak gitu. kadang malah lagu pengiringnya sama lho, nadanya maksudku, yang bikin beda cuma bahasanya aja.
eh itu yang naek ke atas pohon itu di kampung juga pernah pas kecil dulu. naeknya pohon mangga ato pohon singapor. yang gatau di daerah laen nama pohon itu apa, pokoknya buahnya bulet2 merah kecil. wkwkwkwkwkwwk
BalasHapuseh itu ular naga panjangnya kan, sampai sekarang kalo ga gimana aku masih suka maen kok sama anak2 kecil deket rumah. wkwkkwkwkkwkwk
Cing ciripit
BalasHapusSatulang sabajing
Saha nu kajepit..
Omeng!
Hahahaa... ini bahasa apaan sih?