30 Okt 2016

Dua Hal yang Membuat Gue Dilema

Nggak kerasa ya tinggal dua bulan lagi kita ada di tahun 2016.

Nggak kerasa palelu mleduk! Udah lupa kali gimana rasanya waktu seakan bergulir melambat pas tanggal tua.

Ehek.
Kadang, yang bagian itu suka lupa.

Btw mau nanya nih sama klean, apa kabar sama resolusi yang kalian bikin di awal tahun kemarin? Sudah bisa terwujud-kah? 

Kalau sudah, nggih Alhamdulillah. 

Kalo belom, yuk ikut gue ngelem nangis di pojokan. 

Sebenarnya resolusi yang  “besar-besar” gue ditahun 2016 sudah ada beberapa yang bisa gue wujudkan, walaupun belum semua. Cuma ya gitu, ada beberapa resolusi yang justru malah bikin gue dilema, salah duanya adalah pengen konsisten ngeblog dan rajin baca buku.

Yang pertama, perihal nge-blog

Belajar buat konsisten nge-blog itu ternyata nggak segampang ketika kita mau nolak cowok dengan alasan “kamu terlalu baik buat aku”. Gue rasa, setiap blogger di belahan dunia manapun pernah mengalami  fase menjadi seorang blogger murtad, apalagi blogger recehan macam gue ini.

Gue masuk ke dunia blog sekitar dua tahun yang lalu, sebagai seseorang yang sama sekali nggak tau hakikat per-blog-an yang sesungguhnya seperti apa. Dan yang jadi alasan kenapa gue ngeblog  adalah, gue cuma butuh tempat untuk cerita tanpa bisa diketahui oleh orang-orang yang gue kenal. Rasanya suatu masalah kalau belum dilampiaskan dengan cara menuliskannya, perasaan gue belum bisa lega, belum bisa plong.

Gue terpaksa menutup blog gue yang dulu, karena banyak tulisan disana yang tidak lulus sensor KPI. Kalau kalian baca salah satunya, gue yakin kalian bakalan muntah beling. Karena jujur, nggak jarang gue nulis di blog sambil nangis. Yupz! Bisa kalian tebak blog macam apa yang gue  udah gue ciptakan.

Berikut spoilernya..

my EYEEEESSSS!!!

Postingan terakhir gue di sana sekitar bulan May 2015, gue berhenti nulis karena gue bingung mau nge-galau tentang apalagi. Gue kehabisan stok galau gara-gara gue jomblo. Orang yang biasanya jadi tokoh utama di dalam setiap cerita di blog akhirnya memilih buat mutusin gue dengan alasan “dia nggak bisa bahagiain gue”. 
Bentar..bentar… Ini kenapa jadi bahas mantan ya?

Ketika gue sedang desperate-desperatenya nge-jomblo, tiba-tiba munculah coc di kehidupan gue.  Nggak butuh waktu yang lama buat gue akhirnya kecanduan coc, sampai gue  bisa nangis cuma gara-gara kalah war doang. 

Lama-kelamaan, gue mulai cape sendiri sama game sialan itu, gue seperti punya tanggung jawab terhadap game itu dan gue juga merasa terbebani. Temen-temen gue pun mulai khawatir tentang kelakuan gue yang sepertinya malah dikenadalikan oleh game, mereka bilang kalau gue hampir stres gara-gara coc.

Setelah mendengar kata-kata mereka, gue akhirnya, 
baper.

Guys, kalian kampret bets!

Pada suatu hari, entah kapan tepatnya itu, gue cukup lama duduk di depan monitor sambil bengong, gue bingung keyword apa yang harus gue ketik di mesin pencarian google. Karena biasanya memang yang selalu gue cari tidak jauh-jauh dari “base war TH 8, anti naga”, “base farming TH 9” atau “cara attack menggunakan GoWiHog”.

Setelah berfikir selama seperempat abad, akhirnya gue mengetikan ini di google “Adakah orang stress gara-gara coc?” link demi link gue buka, sejauh gue membaca tiap artikel, gue belum menemukan adanya nya berita tentang kasus orang yang stress gara-gara coc, yang ada cuma kasus orang yang bunuh diri gara-gara coc. serem abis! Sampai akhirnya gue berhenti disalah satu artikel penjual obat kuat, gue pun langsung menutup tab artikel itu setelah sebelumnya gue bookmark terlebih dahulu. 

Lalu tiba-tiba gue memincingkan mata. 

#nocaption #nofilter #noedit #instamood #vscocam #likforlike

Gaya cerita dia beda dari semua artikel yang sebelum-sebelumnya. Akhirnya gue iseng ngubek-ngubek postingannya dia yang lain. Dan gue betah!

Tsssah! padahal dulu taglinenya blog seorang mahasiswa bejat.

Iya, kalian pasti nggak asing sama blog ini, blognya Joga Tjahja Poetra atau Yogaesce atau Yoga siluman Capung. Kalo kebanyakan blogger lain mungkin terinspirasi blog-blog yang sekarang bloggernya udah jadi artis macam Raditya Dika atau Alit Susanto, kalau gue justru terinspirasi dari blog bejatnya mas Yoga, Astaghfirullah.

Dari setipa postingannya Mas yoga ini lah gue bisa merasakan hakikat sesungguhnya menjadi seorang blogger itu seperti apa. Terlebih ketika gue baca komentar-komentar di setiap postingan yang mas Yoga, bikin gue pengen teriak pake toa masjid "Woy, itu kok kayaknya asik banget, ajakin gue dong!"
 
Lama-lama, intensitas gue maen coc pun berkurang karena gue lebih sering baca blognya mas Yoga, dari awal dia jadi blogger. Mungkin dari jaman dia SMA sampai dia mulai magang pas kuliah, kalau sekarang sih orangnya udah lulus. Asik dah! SE. 

Waktu itu gue memang cuma baca blognya mas Yoga aja, sampai suatu ketika pas gue baca postingannya mas Yoga yang ini, gue baca salah satu komentar dari akun google dengan nama Kresnoadi DH.

Wiiih, ini orang songong amat. Batin gue.

Karena gue penasaran, akhirnya gue klik link namanya dia, dan…

Terdamparlah gue di sebuah blog dengan nama Keriba-Keribo yang bahkan lebih sesat dari blognya mas Yoga. Guepun mulai mencium bau konspirasi para blogger yang lain, gue mencoba untuk masuk jauh lebih dalam lagi dan taraaaaa… guepun memutuskan buat bikin blog lagi.

Kemudian gue ketemu sama mas Tomi 

Ketemu Deva yang otaknya bocor alus

Ketemu sama Dibah, yang kadang masih galau gender

Terus ada blogger yang menurut gue dosanya paling banyak, mz Niki 

Dan masih banyak lagi yang lainnya. Mereka semua keren!

Rasanya gue seneng banget bisa ikut nyempil didunia blogger, walaupun gue sadar konten blog gue masih sangat sangat sangat ieuwh banget kalau dibandingin sama yang lain. Contohnya aja isi blognya, gue kadang suka bingung sendiri sama diri gue. Padahal dari awal gue udah tegaskan kalau nantinya isi blog ini ya cuma kayak diary digital milik gue. Gue nulis apa yang ada dipikiran gue,  gak usah yang berat-berat, cukup hal-hal yang sering terjadi di kehidupan sehari-hari gue.

Tapi kadang mental gue mental jauh banget ketika gue mampir ke blog seseorang  yang konten dan isi blognya bagus. Gue berasa jadi remah-remah, gue minder. Kemudian yang terjadi adalah, gue bandingkan dengan blog milik gue, rasanya gue langsung pengen mandi junub Sholat tobat.

Yang ke dua, perihal baca buku

Sumber  : Google Image
Iya, itulah yang gue rasakan.

Ada begitu banyak buku, tapi nggak ada waktu  
ples nggak punya uang buat belinya.
Mungkin kalo perihal uang kita bisa coret ya, soalnya kalau kita mau, diluar sana ada banyak buku yang bisa kita baca tanpa perlu mengeluarkan uang.
Baca di Gramedia misalnya. ehe.

Yang susah itu nyari waktu  dan mood buat baca.
Timing buat baca yang pas itu kapan sih sebenernya ? Dan dimana ?  Waktu dimana kita bisa dengan tenang mencerna setiap kata yang kita baca.

Udah sebulan lebih gue nenteng-nenteng buku “Dilarang Mencintai Bunga-bunga”-nya Kuntowijoyo, kemanapun gue bawa, sampai-sampai pas gue pergi ke bioskop pun bukunya tetap gue bawa, takut-takut mood gue buat baca muncul ketika lampu bioskop dimatikan. Ya nggak gitu juga sih.

Gue bukan tipe orang yang beli buku setelah bahan bacaan gue abis, justru sebaliknya, gue adalah si penimbun bacaan. Ada yang bilang kalau sebenernya gue itu nggak suka baca, gue cuma jatuh cinta sama buku.

W-w-what the--?! Jatuh cinta sama buku. Bentar deh gue coba tela’ah dengan seksama.

Mata gue selalu berbinar ketika gue melihat buku, buku apapun itu kecuali buku catatan hutang.

Jantung gue selalu berdebar kencang ketika gue ada di toko buku, apa lagi pas lagi ada diskonan.

Perasaan ingin memiliki sebuah buku yang sangat berlebihan.

Dan benci ketika temen sendiri punya buku yang sama dengan gue.

Lebih milih beli buku ketimbang beli baju lebaran

Mungkinkah itu semua yang dinamakan cinta?

Wallahualam~

Semoga secepatnya waktu bisa berpihak sama gue, supaya gue bisa dengan bebas menjamah seluruh tubuh buku yang gue punya.

Oke, itu adalah salah dua resolusi tahun 2016 yang belum bisa gue wujudkan, semoga tahun depan.
Yaelah kelamaan.  

Ya intinya gue berharap untuk kedepannya gue bisa menulis hal-hal yang lebih bermanfaat di blog, dan juga bisa dengan bijak menggunakan waktu.

Kalau kalian gimana? Resolusnya tahun 2016-nya apa kabar?

28 Okt 2016

Postingan Ter-Gak Jelas di Pagi Buta

“Welcome to the new world” begitu kata mahasiswa-mahasiswa terdahulu terhadap para mahasiswa baru.

Guepun sempat bertanya-tanya dalam hati, apa arti sebenarnya dari kalimat itu ? Apa kalimat itu memang benar merupakan sebuah  ucapan selamat datang bagi kami atau,
Hmmm...
yang tau hanyalah Tuhan dan mereka yang selalu bilang “welcome to the new world” sambil menebar senyum penuh arti-nya Mr. Bean si IYKWIM.

Genap sudah sebulan gue menjadi seorang mahasiswa yang sekaligus menyandang status sebagai ... maba tua.
-_-

Dan rasanya jadi mahasiswa itu,
hmmm...
biasa aja .
-______-

sumber : Google Image

“Put kok kayaknya kamu kuliahnya nggak antusias gitu sih?” tanya salah seorang temen gue. Gue cuma bisa nyengir tapir tanpa bisa menjawab pertanyaan dia.
Yaiyalah! jangankan mau jawab, mau buka mulut aja susah banget, anjis! Waktu itu gue lagi sariawan stadium empat, bahkan sampai mau dilarikan ke RSCM, tapi nggak jadi, karena gue tau itu bakalan cape banget.

Perihal kenapa gue keliatan nggak antusias di mata temen-temen gue,  menurut gue sih, cuma karena gue nggak pernah meng-ekspose kegiatan yang sedang gue lakukan di medsos. Gitu.
Misalnya nih ; gue lagi di kampus, terus foto selfie pake alamamater, fotonya di pake buat dp bbm, dan pmnya "rame banget sih kelasnya, udah kayak pasar malem aja"
Atau ketika gue pulang kemaleman dan gue bikin status di sosmed "pulang kampus malem-malem sendirian."
hestekceweksetrong.

Hih! Kekinian banget sih!

Justru biasanya yang over antusias di awal, nanti pas udah akhir-akhir malah memble, energinya udah habis kepake di awal, kan malah bahaya. Mending kayak gue *benerin kerah baju  
saiki tak setel kendo sik wae, urusan akhire arep kepie, pasrah wae neng gusti Allah.
#dilemparinbatujumroh

Balik lagi ke masalah antusias atau enggak nya gue di kampus. Siapa bilang gue enggak antusias, gue loh yang setiap hari duduk dikursi paling depan ((PALING DEPAN)) dalam arti yang sesungguhnya. Mungkin gue harus segera beli kacamata biar bisa ikut bergabung dengan genq-genq hitz yang gue yakini udah terbentuk di barisan-barisan belakang.

Jadi siklus gue ke kampus tiap hari adalah, masuk kelas-duduk-nerima materi-pulang. kesempatan gue untuk berinteraksi dengan teman-teman lainnya hampir jarang banget  buat dilakukan. 

Gue akui, gue masih payah dalam perihal berteman. hiks T.T
Masih banyak anak-anak di kelas yang bahkan belum tau nama gue itu siapa.
Entah karena  guenya yang terlalu asik sendiri di depan (ngitung berapa kali dosen nguap) atau sebenernya gue ini adalah makhluk tak kasat mata, sampai-sampai mereka nggak merasakan kehadiran gue.

wallahualam.

Eh iya, menurut kalian jadi introvert itu menyenangkan gak sih? kok gue tiba-tiba mikir kalo kayaknya malah asik ya? Seorang introvert itu hidupnya tenang, gak banyak drama, nggak rempong dan mandiri.

Iya mandiri, kan nggak punya temen. ehe.

itumah bukan introvert, tapi dikucilkan dari pergaulan -_-


23 Okt 2016

Sabtu oh Sabtu

“Mbak nanti mau kondangan nggak? Tanggal tua neeh!” Tanya gue sama mbak-embak yang lagi duduk di sebelah gue, namanya Andri.

“nggak tau nih, lagi bokek juga..” jawab dia.

Tiba-tiba mas Bandi (spv di divisi gue) duduk disebelah gue dan bilang “gimana kalo kondangannya pas istirahat nanti, biar sekalian bisa makan siang gratis. Ya anggep aja  uang kondangannya buat beli makan siang”

Seketika gue dan mba Andri saling menatap , kemudian  kami berdua berciuman setuju dengan saran mas Bandi. 

Tanpa ba.bi.bu,  gue pun langsung mengajak temen-temen gue yang lain untuk menjalankan siaasat yang penuh dengan modus ini secara berjama’ah, agar pahalanya berlipat ganda.

Sesuai dengan harapan gue, mereka pun setuju. Sekali dayung, dua tiga piring tandass! Begitu ucap mereka yang terdengar begitu bersemangat. 

Setelah menghitung jumlah jama’ah yang akan berpartisipasi dalam Gerakan Karyawan Pabrik Tanggal Tua atau bisa disingkat dengan (GKPTT), mas Bandi si ketua GKPTT mengeluarkan ide brilliant lainnya, yaitu, dia membuatkan amplop dengan kertas hvs "biar iritnya tambah greget” begitu dia bilang. 

Kami pun mulai berdiskusi tentang berapa jumlah nominal uang yang akan dimasukan ke amplop. Salah satu teman gue kemudiam mengutarakan teori nggak-mau-ruginya,yang kurang lebih seperti ini ; 
“Kalau kita makan siang di rumah makan padang kankurang lebih habis 17ribu, nah, biar nggak rugi kita kondangan 20ribu aja. Lagian juga kita nggak telalu kenal sama orangnya “
Dan ternyata semuanya…. sepakat! 

Terkutuklah kami semua Ya Tuhan.

Kebiasaan menyebalkan para karyawan pabrik ketika akan mengadakan hajatan adalah mereka selalu mengundang semua karyawan pabrik tanpa terkecuali. Mereka (si yang hajat) bakalan minta daftar nama karyawan sama HRD buat ditulisin di udangan. Mereka ( si yang hajat) nggak begitu peduli, entah dia kenal atau enggak, pokoknya semuanya harus di undang. 

Gue sering kesel sama mereka (si yang hajat), karena setiap kali gue lagi lewat pos satpam dan si satpam tiba-tiba nyegat gue sambil bilang “ Put, ada titipan undangan nih”, kening guepun langsung mengkeret, mencoba berfikir dengan keras, Mamit? MAMIT, siapa si ya allah” :’( 
Lha wong gue aja nggak tau dia yang mana, pernah ngobrol juga enggak, tiba-tiba dia ngundang gue . 

Mereka harusnya berfikir ulang buat ngundang orang-orang yang nggak mereka kenal, karena siapa tau mereka malah salah ngundang orang, seperti halnya gue dan temen-temen gue yang nggak mau rugi ini. Bhahah :v . maka rasakanlah!

Bel istirahat sudah dikumandangkan,  kami ber-8 segera bergegas ke lokasi hajatan yang kebetulan nggak begitu jauh dengan lokasi pabrik. Kurang lebih sekitar dua seperempat menit jika ditempuh dengan menggunakan sepeda motor.

Sesampainya TKP, entah karena dorongan rasa lapar yang menjadi-jadi atau apa, gue juga nggak ngerti, dua orang temen gue, Fitroh dan mba Anita langsung berjalan menuju tempat parasman, sementara gue dan temen-temen yang lainnya ngucapin selamat ke mempelai pria. Sebenernya gue pengen bisikin ketelinga si mempelai pria “mereka bukan rombongan kita,mas, suer deh!” sambil nunjuk mereka berdua yang lagi asik mindahin makannan ke piring mereka. Tapi gue urung kan niat gue, mengingat kemungkinan gue bakalan digampar istrinya karena mepet-mepet ke suaminya.
dari kiri ke kanan ; mas Avian, mab Tari, mba Anita, Fitroh, Pengantennya (lupa namanya siapa), mba Maya, mba Andri, Selgom, dan mas Bandi.

Merasa sudah cukup untuk berbasa-basi, gue dan temen-temen gue yang lainnya langsung menuju ke pokok tujuan kita datang kesini, yaitu makan.
kunyah terus!!
"yang ini bisa dikantongin nggak ya?"

Perut kenyang, hati senang, kami pun pulang.

Hari Sabtu merupakan hari yang mengharuskan kaki gue bekerja lebih cepat daripada otak, gimana enggak? jadwal kuliah gue jam 3, iya jam 3, padahal gue keluar kerja jam setengah 3. Bisa dibayangin gimana gue harus gece ke kampus, nyari-nyari tebengan ke depan, dan bermacet-macetan di angkot, dan itu nggak cukup dengan waktu cuma setengah jam. Ditambah, hari Sabtu adalah hari menuju malam minggu. Gak perlu dijelasin, kalian yang udah baligh pasti ngerti.

Beberapa menit sebelum bel pulang bunyi, spesial untuk hari Sabtu, biasanya gue udah ready duluan di pos satpam. Hari Sabtu itu kudu, harus, musti, wajib TengGo. Namun apa yang terjadi seteah gue cekroll absen “BRESSSS, DUAARRR” hujan deres yang tiba-tiba turun disertain dengan gluduk. Kalian bisa bayangin gimaa perasaan gue saat itu. Hancur!

Gue berjalan menuju pintu lobi, dan berharap ini semua cuma mimpi. Sempat terlintas di pikiran gue buat bolos kuliah, “hujan-hujan gini enaknya tiduran dikasur sambil ena-ena sama bantal guling” bisik setan di kuping kiri. Dan malaikat dikuping kanan pun menjawab “ ada baiknya sebelum tidur makan indomie kuah rasa soto pake telor, cabe rawitnya lima dan sawinya sekebon”.  
Bhangkay! ini setan sama malaikat malah bikin gue dilema gini sih?! 

Setelah gue pastikan lagi, ternyata yang berbisik di kuping sebelah kanan gue adalah si setan, lalu, kemana gerangan si malaikat? Oh rupanya dia lagi tidur sambil ena-ena, sama bantal guling . Bajirut memang!

Jam udah menunjukan pukul 14.45, gue masih berdiri di depan lobi mengharapkan akan datangnya keajaiban. Sambil ngitung kancing baju “bolos, enggak, bolos, enggak” kalo sampe ujung kancing ternyata “enggak” gue bakal ngulangin lagi sampe berakhir dengan “bolos”. Nthaps!
Gak lama kemudian, gue liat hujan deres udah mulai berubah jadi gerimis, yang lumayan deres juga. karna gak mau meniya-nyiakan kesempatan emas ini, akhirnya gue nekat lari keparkiran kayak orang kesetanan buat nyari tebengan. Seperti yang udah gue bilang, kaki gue bisa  bergerak lebih cepat dari pada otak gue.

Singkat cerita, gue sampai dikampus jam 15.20 dengan kondisi baju kayak gembel. Iya, baju gue kecipratan genangan air yang ada dijalan ketika gue berdiri di pinggir jalan buat nunggu angkot. Sedih baget lah kalo diceritainmah :"(

Gue adalah mahasiswa langganan telat di hari Sabtu, dosen gue untungnya udah memaklumi itu, dengan konsekwensi gue harus siap jadi bulan-bulannanya dia ketika pelajaran berlangsung. Hari itu cuma ada dua mata kuliah, yaitu Akuntansi dan Ekonomi. Sepertinya semesta sedang berkonspirasi buat menguji kesabaran gue lagi, tanpa persiapan apapun, ke dua makul itu mendadak ngadain pre-test. Kampret sekali bukan?!

Ditengah semua keputusasaan ini, ingin sekali rasanya gue menyampaikan penggalan hadits ini kepada bapak dosen ;
“Barang siapa yang mempermudah kesulitan orang lain, maka Allah ta’ala akan mempermudah urusannya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim).

Entah bagaimana caranya gue melewati itu semua, yang jelas gue lihat jam tangan udah menunjukan jam 18.05, gue tersenyum lega, itu tandanya semua mata kuliah sudah berakhir, hanya menyisakan kondisi gue yang udah nggak karuan.
kurang lebih seperti ini
Senyum gue tiba-tiba mengkeret lagi setelah gue inget kalo malam ini gue ada jadwal buat nugas sama temen-temen kelompok gue. Angan-angan tentang kasur dan indomie telor pun mendadak sirna seketika.
Gue cuma bisa berharap mereka amnesia dan lupa kalau ada jadwal buat kelompokan. 

Ditengah keributan kelas, gue mencoba berjalan jinjit-jinjit menuju pintu kelua, tanpa sepengetahuan mereka. Ketika tangan gue sempurna memegang gagang pintu itu, dan kemudian memutarnya, tiba tiba gue denger seseorang manggil  gue.

“woy, put, mau kemana lu? Jadi kan malem ini?”

Gue sadar, dia adalah temen satu kelompok gue. mulut ini berbisik “faklah”

Sambil nyengir kuda gue pun menjawab dengan nada sok tegar  
“saya mau ke mushola dulu, mas (alibi). Ma ngerjain tugas, ya? Hmm iya, jadi kok, nanti saya tunggu di samping perpus”

“ok!” jawab dia mantap.

Gue melangkah gontai menuju ke perpustakaan, sampai di sana, gue ngeliat mereka udah pada kumpul.
Setengah jam untuk bahas tugas, dan dua jam untuk  bahas hal-hal yang awalnya nggak peting, tapi lama-lama jadi bahasan yang yang cukup berat untuk sebuah bahasan malam Minggu.

Percakapan dimulai dari gue yang bertanya perihal agama sama salah seorang temen kelompok gue, mas Syahroni. Dari awal gue liat dia di kelas, gue yakin dia adalah tipe orang yang pemahaman agamanya baik. Terus mas Dani ikut-ikutan nanya soal mimpi-mimpi aneh yang sering dia alami, dan mas Musa yang mengeluh kenapa dia sekarang lalai daram beribadah.

gerimis syahdu di malam Minggu dan  bahas soal kematian.

Semuanya dijawab dengan santai oleh mas Syahroni. Dia bahkan menceritakan tentang salah seorang temannya yang pernah mengalami mati suri. Dia cerita bagai mana awal mula temannya itu meninggal sampai ada di alam kubur. Apa aja yang temennya lihat di sana, temennya juga bilang tentang jembatan siratal mustaqim. Banyak banget pokoknya, sampe-sampe gue minta mereka berhenti ngobrol. Gue merinding banget. Sumpah.

Gue sempet bilang kalo gue nggak percaya sama temennya mas Syahroni itu, tapi kemudian mas Syahroni malah nantangin gue buat ketemu orangnya secara langsung. Jelas gue tolak! Gila aja, Cuma dengerin dari mas Syahroni aja gue merinding apalagi dari orangnya langsung.

Sampai akhirnya hujan turun lebih deres lagi, kami ber- 4 memutuskan untuk masuk kedalam kampus dan tetap melanjutkan sharing sambil nunggu hujan reda.

Acara nugas gue kali ini nggak zonk lagi kayak yang sebelumnya, yaitu nugas cuma buat jadi ajang pdkt bagi pihak tertentu. Hih!

Hujan reda, dan gue memutuskan buat nyari tebengan pulang.

“Akhirnya hari Sabtu gue sudah berakhir, selamat malam minggu buat kalian para insan yang sedang bersiap untuk ena-ena di kasur sama batal guling” guemam gue sambil benerin selimut.

Aku Adalah

Puti Andini

Pengabdi Wifi Telkom...

Bagian dari

Your Lucky Number

Kategori