Sabtu oh Sabtu
“Mbak nanti mau kondangan nggak? Tanggal tua neeh!” Tanya gue
sama mbak-embak yang lagi duduk di sebelah gue, namanya Andri.
“nggak tau nih, lagi bokek juga..” jawab dia.
Tiba-tiba mas Bandi (spv di divisi gue) duduk disebelah gue
dan bilang “gimana kalo kondangannya pas istirahat nanti, biar sekalian bisa
makan siang gratis. Ya anggep aja uang
kondangannya buat beli makan siang”
Seketika gue dan mba Andri saling menatap , kemudian kami berdua berciuman setuju dengan
saran mas Bandi.
Tanpa ba.bi.bu, gue pun
langsung mengajak temen-temen gue yang lain untuk menjalankan siaasat
yang penuh dengan modus ini secara berjama’ah, agar pahalanya berlipat ganda.
Sesuai dengan
harapan gue, mereka pun setuju. Sekali dayung, dua tiga piring tandass! Begitu ucap
mereka yang terdengar begitu bersemangat.
Setelah menghitung jumlah jama’ah yang akan berpartisipasi
dalam Gerakan Karyawan Pabrik Tanggal Tua atau bisa disingkat dengan (GKPTT),
mas Bandi si ketua GKPTT mengeluarkan ide brilliant lainnya, yaitu, dia
membuatkan amplop dengan kertas hvs "biar iritnya tambah greget”
begitu dia bilang.
Kami pun mulai berdiskusi tentang berapa jumlah nominal uang yang
akan dimasukan ke amplop. Salah satu teman gue kemudiam mengutarakan teori nggak-mau-ruginya,yang kurang lebih seperti ini ;
“Kalau kita makan siang di rumah makan
padang kankurang lebih habis 17ribu, nah, biar nggak rugi kita kondangan
20ribu aja. Lagian juga kita nggak telalu kenal sama orangnya “.
Dan ternyata semuanya….
sepakat!
Terkutuklah kami semua Ya Tuhan.
Kebiasaan menyebalkan para karyawan pabrik ketika akan mengadakan hajatan adalah mereka selalu mengundang semua karyawan pabrik
tanpa terkecuali. Mereka (si yang hajat) bakalan minta daftar nama karyawan
sama HRD buat ditulisin di udangan. Mereka ( si yang hajat) nggak begitu
peduli, entah dia kenal atau enggak, pokoknya semuanya harus di undang.
Gue sering kesel sama mereka (si yang hajat), karena setiap kali gue lagi lewat pos
satpam dan si satpam tiba-tiba nyegat gue sambil bilang “ Put, ada titipan undangan nih”, kening guepun
langsung mengkeret, mencoba berfikir dengan keras, “Mamit? MAMIT, siapa
si ya allah” :’(
Lha wong gue aja nggak tau dia yang mana, pernah ngobrol juga
enggak, tiba-tiba dia ngundang gue .
Mereka harusnya berfikir ulang buat ngundang orang-orang
yang nggak mereka kenal, karena siapa tau mereka malah salah ngundang orang, seperti
halnya gue dan temen-temen gue yang nggak mau rugi ini. Bhahah :v . maka rasakanlah!
Bel istirahat sudah dikumandangkan, kami ber-8 segera bergegas ke lokasi hajatan
yang kebetulan nggak begitu jauh dengan lokasi pabrik. Kurang lebih sekitar dua seperempat
menit jika ditempuh dengan menggunakan sepeda motor.
Sesampainya TKP, entah karena dorongan rasa lapar yang
menjadi-jadi atau apa, gue juga nggak ngerti, dua orang temen gue, Fitroh
dan mba Anita langsung berjalan menuju tempat parasman, sementara gue dan
temen-temen yang lainnya ngucapin selamat ke mempelai pria. Sebenernya gue
pengen bisikin ketelinga si mempelai pria “mereka bukan rombongan kita,mas, suer deh!” sambil nunjuk
mereka berdua yang lagi asik mindahin makannan ke piring mereka. Tapi gue urung
kan niat gue, mengingat kemungkinan gue bakalan digampar istrinya karena mepet-mepet ke suaminya.
dari kiri ke kanan ; mas Avian, mab Tari, mba Anita, Fitroh, Pengantennya (lupa namanya siapa), mba Maya, mba Andri, Selgom, dan mas Bandi. |
Merasa sudah cukup untuk berbasa-basi, gue dan temen-temen gue yang lainnya
langsung menuju ke pokok tujuan kita datang kesini, yaitu makan.
kunyah terus!! |
"yang ini bisa dikantongin nggak ya?" |
Perut kenyang, hati senang, kami pun pulang.
Hari Sabtu merupakan hari yang mengharuskan kaki gue bekerja
lebih cepat daripada otak, gimana enggak? jadwal kuliah gue jam 3, iya jam 3,
padahal gue keluar kerja jam setengah 3. Bisa dibayangin gimana gue harus gece ke kampus, nyari-nyari tebengan ke depan, dan bermacet-macetan di angkot, dan itu
nggak cukup dengan waktu cuma setengah jam. Ditambah, hari Sabtu adalah hari
menuju malam minggu. Gak perlu dijelasin, kalian yang udah baligh pasti ngerti.
Beberapa menit sebelum bel pulang bunyi, spesial untuk hari Sabtu, biasanya gue udah ready
duluan di pos satpam. Hari Sabtu itu kudu, harus, musti, wajib TengGo. Namun apa yang terjadi seteah gue
cekroll absen? “BRESSSS, DUAARRR” hujan deres yang tiba-tiba turun
disertain dengan gluduk. Kalian bisa bayangin gimaa perasaan gue saat itu. Hancur!
Gue berjalan menuju pintu lobi, dan berharap ini semua cuma
mimpi. Sempat terlintas di pikiran gue buat
bolos kuliah, “hujan-hujan gini enaknya tiduran dikasur sambil ena-ena sama
bantal guling” bisik setan di kuping kiri. Dan malaikat dikuping kanan pun
menjawab “ ada baiknya sebelum tidur makan indomie kuah rasa soto pake telor,
cabe rawitnya lima dan sawinya sekebon”.
Bhangkay! ini setan sama malaikat malah bikin
gue dilema gini sih?!
Setelah gue pastikan lagi, ternyata yang berbisik di kuping
sebelah kanan gue adalah si setan, lalu, kemana gerangan si malaikat? Oh rupanya
dia lagi tidur sambil ena-ena, sama bantal guling . Bajirut memang!
Jam udah menunjukan pukul 14.45, gue masih berdiri di depan
lobi mengharapkan akan datangnya keajaiban. Sambil ngitung kancing baju “bolos, enggak,
bolos, enggak” kalo sampe ujung kancing ternyata “enggak” gue bakal ngulangin
lagi sampe berakhir dengan “bolos”. Nthaps!
Gak lama kemudian, gue liat hujan deres udah mulai berubah jadi gerimis, yang lumayan deres juga. karna gak mau meniya-nyiakan kesempatan emas ini, akhirnya gue nekat lari keparkiran kayak orang kesetanan buat nyari tebengan. Seperti yang udah gue bilang, kaki gue bisa bergerak lebih cepat dari pada otak gue.
Singkat cerita, gue sampai dikampus jam 15.20 dengan kondisi
baju kayak gembel. Iya, baju gue kecipratan genangan air yang ada dijalan
ketika gue berdiri di pinggir jalan buat nunggu angkot. Sedih baget lah kalo
diceritainmah :"(
Gue adalah mahasiswa
langganan telat di hari Sabtu, dosen gue untungnya udah memaklumi itu, dengan konsekwensi gue harus siap jadi bulan-bulannanya dia ketika pelajaran berlangsung. Hari itu cuma ada dua mata kuliah, yaitu Akuntansi dan
Ekonomi. Sepertinya semesta sedang berkonspirasi buat menguji kesabaran gue lagi, tanpa
persiapan apapun, ke dua makul itu mendadak ngadain pre-test. Kampret sekali
bukan?!
Ditengah semua keputusasaan ini, ingin sekali rasanya gue
menyampaikan penggalan hadits ini kepada bapak dosen ;
“Barang siapa yang mempermudah kesulitan orang lain, maka Allah ta’ala akan mempermudah urusannya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim).
Entah bagaimana caranya gue melewati itu semua, yang jelas gue lihat jam tangan udah menunjukan jam 18.05, gue tersenyum lega, itu tandanya semua mata kuliah sudah berakhir, hanya menyisakan kondisi gue yang udah nggak karuan.
kurang lebih seperti ini |
Senyum gue
tiba-tiba mengkeret lagi setelah gue inget kalo malam ini gue ada jadwal buat
nugas sama temen-temen kelompok gue. Angan-angan tentang kasur dan indomie
telor pun mendadak sirna seketika.
Gue cuma bisa
berharap mereka amnesia dan lupa kalau ada jadwal buat kelompokan.
Ditengah
keributan kelas, gue mencoba berjalan jinjit-jinjit menuju pintu kelua, tanpa sepengetahuan mereka. Ketika tangan gue sempurna memegang
gagang pintu itu, dan kemudian memutarnya, tiba tiba gue denger seseorang
manggil gue.
“woy,
put, mau kemana lu? Jadi kan malem ini?”
Gue sadar,
dia adalah temen satu kelompok gue. mulut ini berbisik “faklah”
Sambil
nyengir kuda gue pun menjawab dengan nada sok tegar
“saya mau ke mushola
dulu, mas (alibi). Ma ngerjain tugas, ya? Hmm iya, jadi kok, nanti saya tunggu di samping
perpus”
“ok!” jawab dia
mantap.
Gue melangkah
gontai menuju ke perpustakaan, sampai di sana, gue ngeliat mereka udah pada
kumpul.
Setengah jam
untuk bahas tugas, dan dua jam untuk bahas hal-hal yang awalnya nggak
peting, tapi lama-lama jadi bahasan yang yang cukup berat untuk sebuah bahasan
malam Minggu.
Percakapan
dimulai dari gue yang bertanya perihal agama sama salah seorang temen kelompok
gue, mas Syahroni. Dari awal gue liat dia di kelas, gue yakin dia adalah tipe
orang yang pemahaman agamanya baik. Terus mas Dani ikut-ikutan nanya soal
mimpi-mimpi aneh yang sering dia alami, dan mas Musa yang mengeluh kenapa dia
sekarang lalai daram beribadah.
Semuanya
dijawab dengan santai oleh mas Syahroni. Dia bahkan menceritakan tentang salah
seorang temannya yang pernah mengalami mati suri. Dia cerita bagai mana awal mula temannya itu meninggal
sampai ada di alam kubur. Apa aja yang temennya lihat di sana, temennya juga
bilang tentang jembatan siratal mustaqim. Banyak banget pokoknya, sampe-sampe
gue minta mereka berhenti ngobrol. Gue merinding banget. Sumpah.
Gue sempet
bilang kalo gue nggak percaya sama temennya mas Syahroni itu, tapi kemudian mas
Syahroni malah nantangin gue buat ketemu orangnya secara langsung. Jelas gue tolak!
Gila aja, Cuma dengerin dari mas Syahroni aja gue merinding apalagi dari
orangnya langsung.
Sampai
akhirnya hujan turun lebih deres lagi, kami ber- 4 memutuskan untuk masuk kedalam
kampus dan tetap melanjutkan sharing sambil nunggu hujan reda.
Acara nugas
gue kali ini nggak zonk lagi kayak yang sebelumnya, yaitu nugas cuma buat jadi
ajang pdkt bagi pihak tertentu. Hih!
Hujan
reda, dan gue memutuskan buat nyari tebengan pulang.
“Akhirnya
hari Sabtu gue sudah berakhir, selamat malam minggu buat kalian para insan yang
sedang bersiap untuk ena-ena di kasur sama batal guling” guemam gue
sambil benerin selimut.
Hujan deres itu kayaknya doa dari yg punya hajat
BalasHapusSeenak jidadnya, dia cuma dijadiin lahan makanan buat neng dkk
helaw, sendirinya gimana?
HapusYes pertamax
BalasHapusNgamplopnya pake HVS,.. itu makan nya banyak banget ya... untung banyak lah...
BalasHapus:))
HapusIni 8 orang cuman 20 rebu atau per orang 20 rebu. Kalo ber-8 terus cuman ngasih 20 rebu agak kampret ya. Tekor bandar mah kalo begitu caranya :(
BalasHapusyha gak lah!
HapusIbu setres yah orangnyah, hahaha
BalasHapusHanya Allah yang tau :))
Hapus